Minggu, 25 Januari 2009

Perdagangan alternatif dikekang, komoditas dikokang

Perhatian bagi pialang berjangka! Sebulan lagi, seluruh broker anggota bursa berjangka diwajibkan melakukan transaksi kontrak komoditas.

Artinya, mau tak mau, pialang yang selama ini mengeruk komisi dari duit nasabah yang ditransaksikan lewat valas valuta asing dan indeks saham asing atau melalui sistem perdagangan alternatif (SPA), harus 'mampir' ke komoditas.

Ketika berbincang di ruang kerjanya pada akhir pekan lalu, Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Deddy Saleh mengatakan paling tidak Februari akan diterapkan kebijakan wajib transaksi komoditas. "Persentasenya nanti akan dibicarakan dengan BBJ [Bursa Berjangka Jakarta]."

Rasanya kewajiban baru itu cukup berat bagi pialang. Di satu sisi, kontrak komoditas belum banyak ditransaksikan di BBJ dan belum menarik bagi pialang, sehingga tidak ada patokan harga. Di sisi lain, transaksi melalui SPA sangat likuid. Bukan bisnis namanya kalau pialang melepaskan kesempatan likuidnya transaksi.

Sekelumit kalimat sakti di atas sering kali dijadikan alasan pialang belum hijrah ke komoditas. Maka jadilah, kontrak komoditas di BBJ ada, tapi tiada berwujud.

Usulan ini sebenarnya sempat diajukan BBJ dan PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI) sejak 3 tahun lalu kepada Kepala Bappebti pada era sebelumnya, Titi Hendrawati, tetapi mental. Mungkin saat itu kebijakan 'pemaksaan' belum sesuai, atau memang ada alasan riil yang lain.

Pada Mei 2008, juga sempat diusulkan agar pialang wajib bertransaksi komoditas minimal 2% dari total perdagangan bulanannya. Namun, sekali lagi, tidak ada dukungan.

Bappebti berusaha mendorong volume transaksi komoditas primer. Pasalnya, sejak BBJ berdiri hampir 9 tahun lalu, volume transaksi di bursa komoditas itu justru dikuasai SPA.

Sekadar mengakrabkan istilah, BBJ punya dua jenis kontrak. Pertama, kontrak berjangka komoditas yang terdiri dari lima kontrak yaitu olein, kontrak indeks emas, kontrak gulir emas, dan kontrak gulir emas denominasi dolar AS.

Kedua, kontrak yang diperdagangkan di luar bursa (over the counter/OTC) melalui sistem perdagangan alternatif yaitu kontrak indeks saham asing, valas, dan kontrak komoditas perdagangan amanat bursa luar negeri (PALN). Kontrak komoditas itu biasa disebut multilateral dan OTC disebut bilateral.

SPA sendiri pada awalnya hanya dijadikan motor penggerak bagi keuangan BBJ. Maklum, pada saat itu BBJ belum sehat secara finansial dan tidak disubsidi pemerintah. Pendanaan utama sebetulnya diharapkan dari kontrak komoditas, tetapi sayang masih melempem.

Bumi dan langit
Perbandingan antara total volume transaksi OTC dan komoditas sepanjang 2008 memang ibarat bumi dan langit. Transaksi OTC mencapai 5,56 juta lot, sedangkan komoditas hanya 53.788 lot.

Ketika dibuka pada awal tahun, kontrak komoditas sempat mencapai 5.426 lot lebih tinggi dibandingkan dengan Januari 2007 yang hanya 1.740 lot. Pada akhir tahun masih melorot jadi 1.383 lot. Padahal pada pengujung 2008, BBJ menambah satu kontrak yakni kontrak gulir emas denominasi dolar AS. Kenaikan tertinggi 10.394 lot hanya terjadi pada Oktober akibat kenaikan kontrak indeks emas.

Dengan paparan ini sudah selayaknya Bappebti bisa mengambil langkah tegas dengan mewajibkan pialang masuk ke komoditas, asalkan ada jaminan keringanan, kompensasi, atau insentif. Biar bagaimanapun pengusaha tetap pengusaha yang mencari keuntungan. Hari gini siapa yang tak mau untung.

BBJ dan KBI sempat mengimingi pialang dengan membebaskan biaya transaksi sebesar Rp5.000 per lot, iuran bursa Rp2 juta per bulan, iuran KBI Rp3 juta per bulan, dan biaya bulanan frame relay atau pembayaran komunikasi melalui sistem BBJ (JAFeTS2) yang seharusnya Rp3 juta per bulan. Namun, tetap saja SPA jauh lebih menggoda. Keuntungan SPA jauh lebih besar dari pada insentif itu.

Celaka 12 jika sampai dari total 70 pialang, hanya 10 pialang yang ikut meramaikan transaksi kontrak komoditas di BBJ. Apalagi BBJ juga dihadapkan pada calon pesaing baru, PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia.

Lalu apakah harus diberikan sanksi bagi pialang yang membandel? Terkadang memaksakan kehendak juga tidak bisa menyelesaikan masalah, lagipula yang namanya peraturan kadang muncul kebiasaan jelek dan membudaya bahwa sebuah peraturan diciptakan untuk dilanggar.

Terlepas dari itu semua, inti kebijakan ini tentu dengan harapan visi dan misi BBJ sebagai sarana untuk melakukan lindung nilai, spekulasi, dan penentuan harga khususnya kontrak komoditas bisa terwujud. Kapan bisa mencatut informasi harga CPO tidak lagi di Mdex Malaysia atau Rotterdam Belanda?

Perlu ada kejernihan pikiran melihat apakah kewajiban ini adalah pil pahit atau tidak, entahlah, yang jelas pil ini harus ditelan. (redaksi@bisnis.co.id

Ditulis oleh M Tahir, dikutip dari Harian Bisnis Indonesia, edisi Rabu, 21 Januari 2009

Gambar: daniel acker/bloomberg

Minggu, 11 Januari 2009

Quo vadis pialang berjangka?

Kalau Bursa Efek Indonesia punya Asosiasi Emiten Indonesia, Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) memiliki Asosiasi Pialang Berjangka Indonesia (APBI) atau Indonesian Futures Company Association.

Namanya juga asosiasi, himpunan, atau organisasi tentu jumlah anggotanya lebih dari satu. Begitu pula dengan APBI, sekitar 34 perusahaan mendirikan dan membesarkan organisasi ini hingga sekarang.

APBI lahir di Jakarta pada 8 Januari, sehingga pekan ini genap 9 tahun kumpulan ini eksis di industri perdagangan berjangka komoditas meski perannya masih diragukan sebagian pelaku industri berjangka.

Ibarat anak umur 9 tahun, belum banyak asam garam pengalaman yang direguk atau pahit getirnya cobaan yang dirasakan. Namun, setidaknya pergolakan yang terjadi di industri berjangka belakangan ini pada galibnya menjadi tolak ukur revitalisasi organisasi. Jika tidak, apa jadinya wajah APBI di tahun bershio kerbau ini.

Benarlah kata Rene Descarte, cogito ergo sum, bahwa keraguan menandakan eksistensi. Singkatnya keberadaan APBI masih tanda tanya. Betapa tidak, sudah lebih dari tiga pialang lenyap dari peredaran setelah dicabut izin usahanya oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).

Menjelang terompet tahun baru dibunyikan, otoritas yang akan pindah kantor di Salemba itu masih sempat mencabut izin usaha satu pialang yakni PT Quantum Futures pimpinan Gamal Putra, meski BBJ 'memaafkan' pialang itu dengan mencairkan pembekuan SPAB.

Apabila direnungkan, mengapa perusahaan yang dicabut izinnya itu tidak belajar dari pengalaman pialang lain? Apakah gugurnya PT Graha Finesa Berjangka, Artha Berjangka Nusantara, Caymant Trust, dan lainnya tidak bisa dijadikan pelajaran? Sekali lagi peran APBI dipertanyakan. Hendak kemana organisasi ini kalau anggotanya tidak taat peraturan?. Quantum seharusnya menjadi kontemplasi bagi pialang lainnya.

Pamor meredup
Pamor APBI terlihat mulai redup ketika Inez Fairuz, pada saat itu menjabat Bendahara APBI, merupakan Direktur Graha Finesa sehingga muncul spekulasi di mata mantan nasabahnya, jangan-jangan duit nasabah lari ke kantong lain.

Tubuh APBI kian limbung bak dihantam palu ketika Suparman, Ketua APBI periode lalu, ternyata orang nomor satu di Caymant Trust Futures.
Perusahaan pialang itu juga mendapat kartu merah dari Bappebti. Citra asosiasi kembali tercoreng.

Tujuan organisasi itu sendiri adalah melindungi dan memelihara persatuan sesama anggota.
Sebuah organisasi juga berfungsi sebagai forum silaturahmi dan kerja sama antaranggota untuk memberikan kontribusi yang positif bagi kemajuan usaha anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Ini menjadi pekerjaan rumah bagi jajaran asosiasi pialang berjangka itu, khususnya I Gede Raka Tantra yang didaulat menggantikan Suparman sebagai Ketua APBI pada 15 Oktober 2008.
Selama setahun, Direktur Utama PT Harumdana Berjangka ini bertekad memberikan perubahan yang lebih baik bagi asosiasi.

''Meski saya hanya melanjutkan kepemimpinan sebelumnya, tetapi semoga bisa lebih baik lagi,'' ikrarnya pada saat itu.

Gede juga memperkenalkan beberapa misi asosiasi di antaranya pendidikan dengan memberikan penjelasan dan pemahaman atas sejumlah ketentuan-ketentuan baru yang diterbitkan Bappebti.

Ada yang bilang keroposnya wewenang asosiasi itu disebabkan pengurus APBI bukan pengambil kebijakan di perusahaan atau bahasa lainnya bukan owner pialang.

Jika memang demikian, wajar kebijakan APBI sulit untuk diterima dan dijalankan perusahaan anggotanya karena dapat dipastikan 'mentah' di tingkat atas. Oleh karenanya momen ulang tahun sebaiknya dijadikan titik pijak perubahan organisasi agar lebih bertenaga.

Apalagi beberapa tokoh yang tergabung dalam Dewan Pakar APBI cukup berpengalaman seperti Arifin Lumban Gaol yang merupakan mantan Kepala Bappebti dan kini Komisaris Utama BBJ yang tentu saja paham betul perdagangan berjangka.

Namun, tugas pembinaan bukan hanya di pundak APBI, Bappebti dan BBJ juga tidak bisa lepas. Pialang anggota layaknya anak yang terus dibina dan diperlakukan dengan adil.
Apabila ada pelanggaran, berarti ada ketidakpahaman peraturan atau telmi, telat mikir. Forza, APBI. (redaksi@bisnis.co.id)

Ditulis Oleh M Tahir, dikutip dari Harian Bisnis Indonesia, edisi 8 Januari 2009.

Gambar: en.vivanews.com

Sabtu, 03 Januari 2009

Zion

Zion, orang yahudi asli, masih keturunan Nabi Ibrahim AS sebab itu terkadang bangsanya diistilahkan bangsa Ibrani. Secara etimologi Ibrani berasal dari bahasa Arab yang artinya menyeberang dan menurut alkisah, Nabi Ibrahim membawa kaumnya menyeberang sungai eufrat.

Sekarang Zion betah di Israel, satu-satunya Negara yahudi yang tetap eksis di dunia. Sekedar informasi, nenek moyang Zion dahulu dengan susah payah merebut tanah Palestina hingga kini.

Sedari dulu, bangsa Zion terkenal tidak pernah pernah menepati tepat. Buktinya, pada resolusi pertama Peserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Negaranya Zion, memperoleh jatah 50% dari tanah Palestina sesuai perjanjian, nah parahnya pada 1948 dengan bangganya mereka mendeklarasikan berdirinya Negara Israel secara de facto yang kemudian menguasai 80% wilayah Palestina.

Pada 1967, genderang perang mulai ditabuh lagi sehingga Israel mampu menguasai 100% tanah Palestina.

Bukan itu saja, dalam resolusi yang kesekian kalinya pada 1967, juga ditekankan agar Israel keluar dari Jerusalem, karena merupakan wilayah yang terpisah dari Palestina (corpus separatus istilahnya). Tetap saja resolusi tetaplah sebuah pernyataan yang berfungfi untuk dilanggar.

Berbagai perjanjian damai seringkali bahkan menjadi tradisi untuk dilanggar oleh bangsa Zion, masih ingat mungkin pada 14 agustus tiga tahun lalu, ketika invasi menghancurkan Hizbullah di Libanon. Dan sabtu, 27 Desember 2008, menjelang tahun baru Islam…Israel melancarkan serangan udara yang menewaskan lebih dari 400 warga sipil.

Serangan terus berlangsung, saat kita sedang merayakan tahun baru masehi di Monas, atau tempat lainnya, Palestina kembali diserang militer Israel dengan alasan memborbardir kelompok Hamas.

Inilah kado terburuk pada tahun baru Islam 1430 H dan 2009 M, kado yang tak pernah lekang oleh detik waktu yang berdenting. Bukan ucapan selamat tahun baru penuh harapan, tapi linangan air mata yang terurai. Bangsa Zion ini kembali menegaskan diri mereka ada bangsa terbaik, semua negara muslim hanya mengutuk tapi tanpa usaha duka itu takkan sirna.

Tentu Zion, betah di Israel. Betah dengan kehidupan mencengkram bangsa lain, betah dengan ketidakberdayaan bangsa lain.

Sedikit menakar
Dari sebuah buku yang pernah saya baca, judulnya “Yahudi menggenggam dunia” karya Wiiliam G carr, eks wartawan, diceritakan bangsanya Zion menguasai Amerika Serikat, negara adidaya, negara patokan ekonomi dunia selain China dan Jepang, negara asal mula suprime mortgage. Padahal, populasi mereka hanya 2% dari populasi warga AS.

Namun dengan prinsip kaum yahudi adalah kaum yang terbaik di dunia ini dan menganggap bangsa lain adalah gentiles (Dalam bahasa ibrani berarti “goyim”, dalam bahasa arab disebut “umamy’ artinya bangsa lain yang diciptakan Tuhan untuk kepentigan yahudi semata sebagai bangsa pilihan) mereka mampu menguasai AS.

Mereka merajai merajai dunia informasi. Sebut saja New York Times, The wall Street Journal, dan Washington Post. Oplah dan sirkulasi New York Times mampu menembus angka 1 juta lebih, selain itu NYT.CO memiliki puluhan perusahaan surat kabar lainnya, stasiun radio dan perusahaan penerbit buku.

Wall Street Jurnal merupakan media dengan sirkulasi terbesar di AS. Terakhir Washingto Post, sebuah perusahaan media terbesar dengan produk majalah mingguan yang menempati urutan nomor dua terbesar di AS.

Majalah TIME, NICKELODEON (walaupun saat ini belum nyata menunjukkan orientasi ke-yahudiannya tetapi arahnya secara laten sudah dapat terbaca), DISNEY, FOX, DAILY NEWS, MTV (ini yang paling dahsyat menerpa ideology kaum muda negara muslim, tak dinyana sudah menggurita), dan terakhir televise berita CNN.

Yang jadi pertanyaan kapankan umat muslim mampu menguasai atau setidaknya bisa mengimbangi kejayaan media-media tersebut. Memang butuh perjuangan panjang dalam menakar peluang bagi kejayaan muslim. Berat memang.

Sampai sekarang, mereka tidak pernah berhenti ingin menguasai sepenuhnya wilayah Palestina sesuai apa yang dijanjikan Tuhan dalam kitab mereka, bahwasanya Palestina adalah tanah untuk mereka karena mereka adalah bangsa terpilih.

Dalam buku itu juga didedahkan bangsa Zion adalah otak dibalik revolusi Inggris, Prancis, bahkan mereka pulalah yang merusak citra ratu Prancis dari Austria, Maria Antoinette. Selain itu, mereka adalah ‘sutradara” pada adegan pembunuhan Presiden Abraham Lincoln. Percayakah dengan hal ini tergantung si pembaca…entahlah.

Tapi poin utama cerita ini adalah, sumbangkan sesuatu yang bisa anda berikan bagi mereka, agar bangsa Zion ini berhenti menindas Palestina. Setidaknya doa untuk mereka….yang begitu berharga.

khaibar ya yahud, jaizyu muhammad saufa yaud
Khaibar - khaibar wahai bangsa Yahudi
Tentara Muhammad akan datang!"

Gambar: esharachman.wordpress.com

Entri Populer

Penayangan bulan lalu