KUCING HITAM
Oleh Taher Saleh
Kucing itu meregang nyawa di tengah jalanan
Oleh Taher Saleh
Kucing itu meregang nyawa di tengah jalanan
Ringkihannya
diredam deru knalpot
Terkulai
lemas tak berdaya dengan tatapan mata setengah terpejam
Tangannya
bergerak-gerak tak tentu arah, kiri kanan, atas bawah
Seolah-seolah
mencari pertolongan
Nafasnya
mendengus
Seorang
pengendara berjubah hitam turun dari tunggangannya
Menarik
kulit kepala kucing berwarna gelap itu dengan tangan kiri. Yang kanan, membopoh
badan dan kaki kucing malang itu
Ada
selaksa haru di raut wajah
Di
seberang jalan lampu merah Kalibata,
pengendara
itu meletakan saja si kucing tak berdosa itu ke tanah
Dan
Dia pergi
Seketika
burung dan kupu-kupu mendekat, seperti makhluk purba yang berat dan berbisa, sayapnya seperti sayup-sayup bersabda
memanggil malaikat
Malaikat
pencabut nyawa
Awan
putih, tapi kucing itu masih bergerilya dengan waktu
Menderita
dengan nafas
Mencerap
kegetiran hidup
Seorang
pengendara dengan keegoisan mungkin tak sengaja menyenggolnya
Ketika
binatang kesayangan Nabi itu hendak menyebrang di Jalan Kalibata
Di
seberang sini, aku hanya memandang
Bulunya
sudah mulai berubah warna
Baluran
darah yang keluar dari mulut
Gerak
kaki dan tangannya perlahan-lahan melambat
Lehernya
membelok ke kiri
Matanya
kembali berkerlip meski sekali dua kali
Dia
menatap awan
Atau
menyambut malaikat pencabut nyawa
Malaikat
yang dipanggil kupu-kupu dan burung tadi
Kucing
yang menderita itu akhirnya tewas, di bawah awan.
Di
seberang sana, pemakaman Kalibata, seorang bekas pejabat dikebumikan dengan
damai diantar sejawat dan kerabat
Pejabat
di era pemerintahan otoriter yang mampu menabuh drama pemerintahan penuh
kekuasaan
Memberondong
bedil atas nama keadilan dan stabilisasi
Kekuasaan
yang akhirnya merenggutnya di usia tua
Kucing
itu melangkah pergi menyusul orang-orang penting dengan masalah teruk di masa
lalu.
Kucing
itu tewas saat segerombolan orang bersipongang
Melagukan
elegi mengantar si pejabat itu berbaring untuk selamanya di Kalibata
Kalibata,
sebuah taman raya
Di
ketinggian sana
Di
mana kata-kata sudah percuma, sebab si mulut telah menjelma jadi bunga
Yang
ada hanyal doa
12
oktober 2011
Gambar: shw.leenbee.fotopages.com
huks...
BalasHapusMeong
BalasHapus