Senin, 22 Desember 2008

Belu, satu potret kala Ultah NTT

(Memperingati 50 tahun NTT pada 20 Desember 2008)

Bau kotoran kambing menusuk hidung, sangat terasa, tetapi sepertinya tidak ada yang peduli dengan keadaan sekolah itu. Dinding gedung SD Katolik Malaka Tengah di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berbatasan langsung dengan negara Timor Leste nyaris itu ambruk. Kondisinya tidak jauh berbeda seperti divisualisasikan dengan gemilang dalam film Laskar Pelangi.

Begitulah penuturan salah seorang guru wanita, yang tak bersedia mengungkapkan indentitasnya, kepada Antara, pekan lalu. Sebuah cerita yang layak dikonsumsi oleh pemimpin bangsa.

"Saya malu untuk menjelaskan keadaan sekolah ini. Jika siang hari gedung reot digunakan untuk kegiatan belajar dan mengajar, malam harinya menjadi tempat berteduh binatang seperti kambing dan sejenisnya," keluhnya.

Miris memang, tetapi kenyataanya memang demikian. Saat Provinsi NTT merayakan ulang tahun emasnya ke 50 tahun pada 20 Desember, ternyata kondisi pendidikan di daerah, khususnya di kabupaten Belu dengan angka kemiskinan di atas 60% itu tidak berbeda jauh dengan 50 tahun ke belakang.

Kondisi itu diperparah dengan isu tidak sedap yang menimpa sang Bupati, Joachim Lopez. Dia dituduh menyimpangkan keuangan daerah untuk kemenangan Pilkada putaran kedua pada 11 Desember. Jika benar tuduhan itu, maka benarlah bahwa hati nurani telah mati, terkubur lahan tropis Belu, lindap ditelan angin gunung Ile Boleng.

Pertengahan Oktober, pemerintah melalui Kementerian Negara PPN/Bappenas bahkan menggandeng 10 lembaga PBB untuk meningkatkan pembangunan di NTT, khususnya Kabupaten Belu. Tetapi sepertinya belum membuahkan hasil dan memang perlu kesabaran memang. Belu adalah satu saja contoh untuk refleksi 50 tahun provinsi tercinta ini.

Jika pendidikan disepelekan sedemikian rupa, entah apa jadinya kualitas sumber daya manusia (SDM) daerah. Mau jadi apa putra-putra bangsa kalau dalam 50 tahun usia ini belum mampu berteriak...”Hilangkan kemiskinan kami...Tingkatkan kualitas pendidikan....Enyahlah busung lapar..”

Bagaimana pintar bisa melekat dalam diri kalau asupan gizi putra daerah tidak tercukupi. Masyarakat NTT. Lebih baik miskin harta dari pada miskin ilmu. Orang pintar bisa tahu orang bodoh karena dia pernah bodoh. Sebaliknya pernahkah orang bodoh tahu orang pintar? begitu ungkapan klasik pemikir romawi.

Nyatanya, jangankan mengkonsumsi daging ayam untuk memacu otak lebih agresif melimat rumus ilmu dan etika. Untuk ukuran mengkonsumsi telur ayam saja NTT masih kurang. Padahal telur ayam juga sebagai salah satu sumber protein hewani yang paling sempurna dalam pembentukan gizi dan kecerdasan otak manusia.

Tidak ada yang berharap akan muncul Nirmala Bonat kedua, ketiga, keempat, bahkan keseratus. Tidak ada pula yang berharap NTT akan terkungkung terus dalam kesemrautan masalah pendidikan.

Kondisi prihatin seakan terus datang. Jumlah guru yang berpendidikan S1/D4 hanya tercatat 9.800 orang, atau 19,4 persen dari total 50.521 guru yang tersebar di 20 kabupaten/kota di NTT. Yang terbanyak justru guru dengan tingkat pendidikan SLTA yang mencapai hampir 50%.

Masyarakat butuh potensi-potensi pintar seperti Samuel Sampe, murid SDK St. Maria Assumpta-Kupang dan Yulian AW Purba dari SD Kristen Tunas Bangsa-Kupang yang merebut medali emas pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang IPA di Makassar. Masyarakat butuh jaminan pendidikan untuk anak-anakknya, entah nanti kepintaran apa yang diraih, baik science maupun art..

Luas wilayah daratan NTT mencapai 47.349,9 km2 dan luas wilayah perairannya sekitar 200.000 km2. Kaya akan ikan, komoditas pertanian seperti kacang mete, kopra, dan lainnya. Itu saja memang tidak cukup tanpa ada SDM yang mampu mengejawantahkan pola pikir ke dalam anugrah Ilahi pada alam NTT.

Jangan sampai ada lagi miliaran rupiah dibuang percuma untuk membangun rumah jabatan Walikota, padahal tidak ditempati seperti yang terjadi pada Walikota Kupang Daniel Adoe. Dari pada mubazir, mending dananya dialokasikan untuk pendidikan selayaknya atau buat petani di bantaran Sungai Noelmina, yang padinya hanyut terbawa banjir, pekan lalu.

Memperingati 50 tahun NTT, saya selaku putra daerah, yang belum menjadi apapun, hanyalah buih kecil di lautan Adonara, mengharapkan provinsi ini bisa terlepas dari masalah yang selalu melekat padanya. Sonde ada lagi penderitaan....kemiskinan...rendahnya pendidikan...lapangan kerja...

Semoga Pak Frans Lebu Raya, Gubernur NTT, bisa lebih baik lagi dalam membangun provinsi ini. Salam.

Gambar: olkes D/CIS Timor

Minggu, 30 November 2008

Skenario Dadakan Ala Benny Dollo

(Cerita Futsal XL Cup)

“Maaf kawan-kawan, gue ga bisa ikut maen futsal. Gw lagi di luar kota, cielah.” Begitu bunyi wasiat Sepudin Zuhri via SMS yang gue terima jam 08.00 pagi, sayang banget dia tidak bisa datang, padahal tim kami sedang kekurangan pemain, dia malah menambah daftar absen.

Gue, termasuk Sepudin yang biasa dipanggil Asep, bergabung dalam tim futsal Bisnis Indonesia yang pada hari itu (29 November) bertanding melawan tim Investor Daily dalam kejuaraan XL Cup 2008, kejuaraan antar wartawan.

Demi sebuah sejarah baru, pekan lalu, kami ‘begundalan trainee’ ini terpaksa begadang main futsal di lapangan dekat Mall Ambasador meski sebelumnya tidak punya track record pemain pelatnas, atau primavera futsal. Gue masih inget banget cerocos Asep pada malam itu.

“Bro, besok kita tandem ya di depan. Kita bantai anak-anak Investor itu. Tenang aja, gua semangat nih, kemarin gue baru nganterin Rita ke Tebet, jadi kaya di-charge nih tenaga gue,” obral janji si anak Comal ini.

“Siip,” timpal gue.

Sekedar informasi, selepas ditinggal kawin sama mantan pacarnya, Asep seringkali limbung pikirannya. Gue masih inget Agustus lalu, semilir angin malam lantas tak mengurungkan niat anak UI ini berkontemplasi di Monas, entah ngapain, sama siapa. Wajar saja, anak ini memang wetonnya Legi, jadi agak-agak mistik.

Asep ternyata lebih memilih pulang kampung ke Comal ketimbang memperkuat skuad futsal kami. Tentu saja, kalau gue diposisi dia juga mungkin lebih mementingkan keluarga. Yang tidak habis gue fikir, kenapa anak ini terlalu membual sebelum berperang? Kalau tidak bisa datang, janganlah memberi harapan semu. Apa kata dunia? Bisa-bisa menimbulkan rasa benci yang laten.

Sayang sekali, selain Asep, ternyata kawan-kawan lainnya pun banyak keperluan. Menurut Mas Fahmi Ahmad (Asred-Perbankan),

“ternyata pasukan Redaksi Bisnis kali ini sama dengan yang sebelumnya. Banyak yang NATO. Endang Muchtar sibuk arisan, Asep bersedih ditinggal kawin (jawaban atas pertanyaan di atas mengapa dia ke Monas), Agust jadi pagar bagus, Aris cedera hati tak ditonton Dewi, Dadan ngantar bini pulang kampung, Andry foto berbalut stagen, Munir Haikal terkapar tifus (get well soon amigo).”

Tapi semangat tetap dikobarkan bung, apalagi lawan kali ini tim kompetitor media milik grup Lippo, Investor Daily.

“Her tenang aja, lo semua pasti menang besok, gue ada acara keluarga kaga bisa. Investor mah tua-tua, santai aja gue prediksi 7-1 deh lo menang,” motivasi bang Endang, Fotografer Bisnis.

“Satu lagi Her, yang penting gaya ya, skor belakangan deh, he-he,” selorohnya menghibur.

****
Jam sembilan tepat, gue terpaksa ke kantor lagi di Karet Tengsin, RayDion Goban ternyata disibukkan pula dengan agenda liputan. Jadi, biar pun dia bawa boil tetap saja tidak bisa sekalian ke kantor lagi untuk mengambil kostum dan kaos kaki milik sponsor resmi, XL.

Perjalanan gue dari rumah yang kurang lebih 60 menit melintasi Kali Malang hingga Kuningan itu menjadi altar pemikiran strategi bertempur siang nanti. Tapi belum terbayang formasi apa yang akan diterapkan akhirnya nyampe di kantor.

Gue absen sebentar (seperti kebiasaan begundalan trainee yang lainnya), gue coba tengok keadaan si Aris setelah keluar dari kantor.

Tiba di kosan, bau terasi kaos kaki menyeruak, entah muilik siapa. Aroma hangat tai ayam itu mulai memaksa memori mengingat masa lalu. Udara kurang harum itu kian merajai udara kos-kos itu. Dalam hati terbesit tanya,

(“Ini bau kaos kaki Fajar, Irvin, Asep, Aris, atau keempatnya?”)

Di atas ketemu Aris terbaring tak berdaya. Sehari sebelumnya, kami latihan di lapangan futsal ambassador, terjadi kemelut dan lutut Aris terkelupas dan akhirnya menampakkan ‘tato naga berair’.

“Ris lo maen ga?” sapa gue berharap.

Padahal, sebagai teman yang baik, selayaknya pertanyaan yang pertama adalah “Ris, lo ga kenapa-napa? Gimana keadaan lo? Tapi namanya juga lagi eror.

“Wah Her sori banget, kaki gue berait nih, udah gitu Dewi lagi liputan di luar kota lagi,” alasannya pria yang mengaku mau melepas lajangnya dengan nudes party di Inul Vista.

Di kamar Irvin, skuad lainnya, terpaksa gue bangunkan dari kematian sesaatnya. Gue salut sama sia, meski males tapi mau dateng demi harga diri koran kami.

****

Tiba di Hanggar Gatot Subroto, dekat arena Gocart, perasaan udah kembang kempis lihat tim lainnya bertanding. KONTAN tertinggal 0-3, Rakyat Merdeka menang lawan …, Gatra juga menang. Ditambah lagi anak-anak cuma segelintir saja, Gue, Irvin, Dion Goban, Karnain (pemain cadangan yang namanya gue coret trus diganti Pak Afriyanto-redaktur BIM), dan Mas Fahmi bareng istri dan anaknya.


“Her, parah juga kami kekurangan pemain nih,” kata Adi, wartawan KONTAN yang sebelumnya tes bareng di REPUBLIKA akhir tahun lalu.


Tenang aja mereka ga bagus kok, asal kalian tenang mainnya jangan porsir dengan gocek melulu,” nasihat gue, (dalam hati ketar ketir juga.)


“Priiiiiiittttttt….LAPANGAN TIGA AKAN BERTANDING BISNIS INDONESIA VERSUS INVESTOR DAILY, HARAP PERSIAPKAN TIMNYA,” toa bergumang dan semakin cepat pula aliran darah ini, panik.

“Tenang Her, pasti menang,” gue coba proyeksi.

Goban jadi kipper, cocok sama postur tubuhnya tinggi besar, Irvin di depan, gue tengah, di belakang ada libero mas Fahmi dan Stoper Pak Afri (Gue salut ma Bapak ini, sudah senior tapi mau main dan mendorong darah baru seperti kami). Mas Fahmi atur strategi bak Benny Dolo.

"Her tenang aja, dulu gue di UPH jadi manager plus kapten, ga pernah kebobolan. Lo fokus di depan aja," cerocos Goban bangga bukan sombong.

"Oke Bro, awas gool ya" ancam gue.

Pertandingan di mulai: Wasit berkumis baplang mulai menipu pluit,......"Priitt..Priiit."


Bola ditendang tim lawan, namun berhasil kami kuasai. Kini ball position kami lebih besar, ada kemungkinan bisa menang nih. Pak Afri memulai dengan liukan ala Ronaldinho, bawa, seret, goreng, tendang. Sayang masih melebar.


Kami tetap berkobar. Serangan demi serangan dipatahkan lawan. Maklum kiper tim lawan seperti Markus Horison, penjaga gawang Nasional. Sebuah peluang dari Irvin hanya menggoda mistar gawang, tak berhasil.

Gue coba menyisir dari sisi kiri, gocekan di selasar selangkangan lawan terlewati, sayang sekali lagi Si mArkus ini menepisnya. Gue coba sekali lagi, umpan bagus pak Afri kembali lurus mendekati sisi kanan gue, pelan-pelan gue olah, tahan, lalu 'menari'. Sayang gagal lagi.

Kini serangan balik terjadi, mereka kompak menyerang, kami seakan terpana, Mas Fahmi terlewati, Irvin jauh di depan, Pak Afri juga ketinggalan, dan GUa....di mana? Ternyata gue kecapean males balik menjaga pertahanan, sisi Pertahanan goyah, Goban dag dig dug, reputasinya di UPH dipertaruhkan, striker mereka menendang dan

GOOOOOOL,

GOOOLLL.

Dion Goban terpana, kecewa gawangnya jebol untuk pertama kali dalam karis profesional sepak bolanya. kami kebobolan.

Nafas sudah tercengal, saat itu seakan-akan kami puasa di tengah gurun Gobi. Berkali-kali gue berhenti, heran banget deh, padahal gue ga ngerokok tapi karena jarang latihan cepet sekali stamina terkuras.

Tiim lawan yang kini menguasai kami, tapi berhasil kami rebut. BOla di kaki Pak Afri, Bapak ini lincah sekali, dia mulai bergerak dari sisi kiri gawang lawan, berhasil terlewati, dan ....dan

kembali ia memutar badan untuk mengoper ke Irvin, sayang tendangannya menusuk jala di samping gawang.

“PRIIItttt” time out,” pekik Pak Ketut, wasit nasional yang juga anggota KOSTRAD Cijantung.

(dalam hati: akhirnya minum juga)

***
Tim mereka melakukan pergantian pemain full, maklum kelebihan stok, sementara kami, hanya pasrah, seperti baterai handphone, low bath. Terbukti, sudah kalah serangan, kalah motivasi (wartawan bisnis ga ada yang nonton kecuali, Karnain yang ga bisa main karena direkrut Forum Wartawan Telco).

Kemarin, banyak yang bilang insa Allah mau nonton. Tapi insa Allahnya orang kita kan tahu sendiri maknanya. NATO lah-no action talk only,he2.

BABak kedua dimulai. Tapi staminan gue sudah tidak kuat lagi. rasanya pengen diganti tapi mau bagaimana, skuad kami terbatas.

"Her lo pasti-bisa" "ayo temen" bisik hati gue memberi stimulus.

Petaka kembali muncul bung.

Dua gol kembali bersarang ke gawang Goban. Dengan mudahnya mereka menguasai lapangan. Strategi baru kami terapkan. Akhirnya mAs Fahmi pindah posisi jadi kiper. Semoga dengan pergantian inisiatif sendiri itu bisa mendatangkan semangat baru. Namun sepertinya ketika latihan malam itu, mas Fahmi terkilir kakinya. Jadi, lengkap sudah penderitaan ini. Masalahnya cedera membuat pergerakan nyong Ternate ini agak melambat. Strategi baru si Benny Dollo tim Bisnis ini tak berdaya.

Gue sudah ga sanggup lagi turun naik, lari dari depan ke belakang, bahkan bola di depan mata juga seakan meledek.

Akhirnya kami kalah 0-6, tapi Alhamdulillah, dengan kekalahan ini kami terpicu untuk rutin latihan mulai pekandepan he222. Di futsal ini pun terbangun sportifitas antar media, meski dalam pertandingan tadi gua mentacle pemain lawan sampai jatuh terguling-guling dan pelanggaran. Tapi tetap sebagai pemain profesional (he2) gua sapa dan salam seperti anjuran Aa Gym.

Trakhir seluruh wartawan disuguhi tontonan menarik, Cheerleaders dari XL yang seksi dan mulus, tentu bukan Luna Maya, apalagi simpanse-maskot baru XL.

Semoga tahun depan ada lagi. ya XL Cup.

“Her gimana skornya?menang ga?” sms dari Agust selang beberapa menit kemudian.

"Kawan-kawan menang ga? sms dari Aris di inbox

“Tenang, kita kalah orang bro, Cuma kalah 0-6, mereka ga bagus-bagus amat kok, stamina kita abis,” bales gue mencari pembenaran.

“Dasar”

“*&()&)(^(%%”

Gambar: andybatt.com

Jumat, 28 November 2008

maryamah karpov


INFORMASI.

Ada pesan singkat dari komunitas facebook yang doyan baca bukunya Andrea Hirata. Isinya ga jauh dari promosi buku terbaru dari si penulis ikal ini. Isinya bisa dibaca:


Rumadi Hartawan sent a message to the members of Maryamah Karpov.

--------------------
Subject: Cuplikan Novel Maryamah Karpov yang Menangiskan Pendengarnya

Setelah sukses mengukir prestasi sebagai penulis novel terlaris di ranah Nusantara, Andrea tak henti-hentinya membuat kejutan. Manisnya keberhasilan juga diraup melalui film Laskar Pelangi yang sampai tulisan ini dimuat telah mematahkan rekor AAC (Ayat-Ayat Cinta) dengan total 3,8 juta penonton dalam waktu 42 hari. Selain itu, gudang kejutan Andrea masih akan bertambah dengan siap diterbitkannya novel pamungkas dari tetralogi Laskar Pelangi yang sudah ditunggu-tunggu banyak pembaca, termasuk orang-orang yang hadir di Ubud Writers and Readers Festival, pada 14-19 Oktober 2008.

Tidak kurang dari 100 orang memenuhi auditorium museum Neka yang luas dan berangin semilir. Umumnya peserta datang dari kota-kota di sekitar Pulau Bali, utamanya volunteer festival yang sengaja bolos tugas untuk bertemu Andrea. Namun, banyak juga para peserta yang berasal dari orang-orang asing, yang seperti pengagum dari Indonesia, tidak kalah agresif berebut tanda tangan. Mungkin inilah salah satu kelebihan Festival Ubud yang tahun ini menghadirkan banyak penulis lokal. Andrea pelan-pelan bergerak menjadi ikon penulis internasional.

Akan tetapi, seperti pada puluhan diskusi sebelumnya, rupanya pertanyaan tentang A Ling dan Lintang tetap menjadi pertanyaan yang diminati oleh publik. Andrea menggolongkan pertanyaan ini ke dalam FAQ (Frequently Asked Questions), satu kelompok dengan pertanyaan lainnya tentang di mana Arai berada, kenapa Arai tidak masuk Laskar Pelangi, bagaimana cara bertemu dengan Lintang, dan lain-lain. Namun, Andrea toh tetap sabar dalam meladeni pertanyaan-pertanyaan itu.

Andrea sendiri pada acara di Festival Ubud ini tidak membacakan Maryamah Karpov. Andrea hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar karya terakhirnya dan tokoh-tokoh dalam Laskar Pelangi. Dalam acara spesial ini, pembaca cuplikan Maryamah Karpov pun tergolong spesial. Berkaca mata minus dan penyuka tanaman, pembaca Maryamah Karpov adalah CEO Bentang Pustaka, Gangsar Sukrisno. Rupanya, darah teater yang sempat dicicipi sejak di GSSTF UNPAD dulu masih berbekas kuat. Hadirin banyak yang menangis berjamaah. Tidak hanya terpukau oleh sihir kata-kata Andrea, akan tetapi oleh gerak ritmis sang CEO yang tiba-tiba berubah menjadi seorang aktor teater kawakan. (Dilaporkan oleh Salman Al-Faridi).[]


Ternyata lebih mengasyikan membaca laskar pelangi, edensor, dan sang pemimpi dari pada buku seri terakhir tetralogi ini. Dari segi tuturan lebih hidup ketiga buku awal.

Senin, 24 November 2008

Ekonom dadakan


Suatu ketika gue nelpon Fauzi Ichsan, salah satu ekonom cerdas, muda, ganteng, calon bapak (coz istrinya lagi hamil), parlente, dan selalu dipuji rekan gue. Pertanyaan gue ga jauh dari apa saran dia sebagai ekonom senior Standard Chartered Bank dalam menyikapi depresiasi mata uang kita. Pengen tahu tanggapannya tentang rupiah yang ga punya salah apa-apa tetapi diseret dan ditarik-tarik dolar AS agar merosot terus.

"Halo Mas Aji?" tutur gue memulai pembicaraan so akrab

"Oh iya maaf ni siapa? Dia bingung

"Taher nih, maaf mengganggu bisa minta waktu sebentar Mas?"

"Taher mana?” Tegas dia

"Itu mas yang waktu itu ketemu di Seminar Economic Outlook Bisnis Indonesia," gue mencoba bersabar, coz ga dikenal.

"Saya punya temen namanya taher juga, yang mana nih?

"Pliss deh," sedikit merajuk

"Oh iya-iya, yang rambutnya kriting dan lucu tapi manis itu kan? Dia mencoba bergurau.

"Ah bisa aja, iya," gue tersipu.

"Wah saya lagi makan nih, sms aja yah ntar," ujar dia, terdengar bunyi garpu bertalu-talu.

SMS pun gue kirim dengan dana yang tersisa.

Akhirnya beberapa menit kemudian dia nelpon gue balik. Saran mantan pialang surat utang di Singapura ini salah satunya melakukan swap dan repo.

“Untuk mencari pasokan dolar yang terbang ke luar negeri (capital flight), Indonesia harus mencari bantuan dari negara yang punya dolar AS banyak dan mata uangnya tidak terpuruk,” jelas dia, dan gue masih mangap-mangap mendengarkan dengan serius.

“Tapi kan negara yang punya dolar AS ya AS itu sendiri. Tapi mereka aja lagi susah kan?” cerocos gue so mengimbangi.

“Yup, ini yang menjadi kendala, negara lainnya China, tetapi aapak mereka mau megang rupiah dan kita beli dolar AS dari mereka? ini yang menjadi kendala” dia kecewa.

Sebelumnya, Farial Anwar, analis valas, juga bilang kalo perlu adanya revisi rezim devisa bebas menjadi sistem devisa terkendali. “Tak usah menunggu revisi UU hingga enam bulan lamanya, keburu rupiah tercekik,” katanya.

Kalau revisi UU itu lama dia nyaranin adanya peraturan pengganti UU atau Perpu yang ditandatangni Presiden. Rezim devisa bebas itu, kurs rupiah diserahkan mekanisme pasar, kalo terkendali, BI mematok rupiah pada kisaran tertentu. Tau ndiri, rupiah sempat Rp13.000 per dolar AS.

Kalau depresiasi masih berlanjut, yah susah buat semua. Apalagi gua kalo mau belanja komputer ke glodok yang patokannya dolar AS pasti blingsatan juga. Belum lagi yang lain.

Banyak banget masalah di negara ini, selain rupiah. Harga di pasar saham kita terpangkas paling besar dibandingkan dengan pasar saham dunia meski Hang Seng, Nikkei juga parah.

Belum lagi persoalan sesama menteri yang 'berkelahi' soal bagaimana menyikapi sebuah saham korporat nasional bernama PT Bumi Resources Tbk, salah satu aset emas PT Bakrie and Brothers Tbk milik keluarga Aburizal Bakrie. Majalah Tempo saja dilaporkan oleh mereka ketika memberitakan persoalan laten di balik terus berlanjutnya suspensi saham Bumi. Suspensi itu karena saham Bumi anjlok terus, kalo kaga dipending gitu ya mirip perosotan.

Tetapi ada kabar baik, harga minyak mentah dunia di bursa New York Merchantile Exchange (Nymex) sudah turun ke level terendah hingga US$48 per barel. Yah, walaupun masih muter-muter pada kisaran US$50 per barel toh ini melegakan kita semua. Namun sayang banget. Harga minyak turun, harga CPO (minyak sawit mentah/crude palm oil), kakao, karet juga turun. Kasihan petani kita.

Petani sawit kita menjerit harga sawit tinggal 20% dari normal. Padahal harga sawit tidak ada hubungannya dengan macetnya kredit pembiayaan rumah (subrpime mortgage) yang bangkrutkan raksana Lehman Brothers dan temen-temennya.

Lalu kemana orang pintar kita?

Kemana orang-orang cerdas di negara kita?

Mungkin lagi sibuk ikut ngantri formulir Indonesian Idol? entahlah

Atau kemana calon-calon sarjana kita?

Ternyata, calon-calon orang cerdas [baca:mahasiswa] sibuk tawuran dengan sesama jenis lainnya. Lihat saja ulah ‘sebagian’anak UKI, Univ.Muhammadiyah Makasar, Univ.45, Univ Nusa Cendana, YAI Jakarta, dan Univ lainnya.

Tetapi gue tetap optimis, coz krisis ini beda dengan 1998 di mana hanya Asia yang mengalami depresi. Kalo yang sekarang memang berawal dari negara maju dan mengancam negara berkembang.

Gue tetap optimis sama halnya dengan Cyrillus harinowo, komisaris independent BCA, Unilever, dan Ketua STIE Perbanas, yang bilang kita ini sangat beruntung punya dua kekuatan besar yakni population base economic dan resources base economic. Maksudnya?

Jumlah penduduk kita lebih dari 225 juta dengan jumlah pendapatan per kapita hampir US$2000 itu memberikan kekuatan yang besar pada ekonomi. Terus, SDA kita masih belum dimanfaatkan, geothermal atau panas bumi, di mana kita punya cadangan 40% cadangan dunia namun baru 1000 megawatt listrik yang kita manfaatikan.

Gue optimis meski kadang rasa pesimis pengen ngikut-ngikut. Rasa optimis itu muncul diiringi kemenangan Barrack Obama menjadi Presiden AS terpilih menggantikan si Bush Junior.

Bush junior, saat pergantian pada 2001, udah bawa AS dari surplus APBN jadi defisit sehingga AS mengalami defisit neraca pembayaran luar negeri dan APBN. Tapi dengan hadirnya Obama.

Di cover majalah The Economist: NOvember 2008, tertulis judul “Great Expectation”

TIME edisi terbaru menulis “The New New Deal”

Yang lebih menguatkan adalah, pada pertemuan APEC dua hari pada 22-23 November di Peru, mayoritas pemimpin dunia belum mau membahas rencana terperinci penangan krisis ekonomi dunia karena si hitam ini ga hadir. Gila, betapa kuat pengaruhnya.

Padahal, bila mengingat sejarah kelam rasisme di AS betapa manusia kulit hitam dianggap sampah, dilecehkan, dan lainnya. Tapi kini, dengan kuasa Tuhan, skenario itu diwujudkan. Orang hitam ini memimpin AS.

dus, seperti judul cerpen Idrus, “banyak-Jalan menuju Roma"



Minggu, 02 November 2008

Melihat pelangi di Laskar Pelangi

(orang seperti kita akan mati tanpa 'mimpi'---by a hirata)

Belum lama ini gue nonton film Laskar Pelangi. Gak usah gue ceritain detailnya, pasti sudah banyak yang membicarakan film garapan sutradara Riri Riza yang rambut dan kontur mukanya mirip banget sama temen kelas gue, hasyim.

Udah lama banget dunia perfilman Indonesia gak munculin film berkualitas-menurut gue-kaya gini semenjak Petualangan Sherina (juga oleh Riri Riza), tetapi akhirnya penantian itu tidaklah lama karena muncul Laskar Pelangi. Film yang diadaptasi dari novel karya Andrea Hirata. Novelis yang mengaku bukan sastrawan dan bukan penulis. Gue jadi inget telepati dengannya dari jarak jauh....

“Saya bukan seorang sastrawan. Menulis laskar pelangi bukan untuk dibukukan seperti sekarang,” ujarnya rendah hati.

Bayangin aja, 10 hari pertama setelah diluncurin film itu menyedot sejuta penonton lebih. Sekarang sih (Oktober) katanya tujuh juta orang. Jangankan gue sebagai satu dari sejuta penonton itu, sang produser, Mira Lesmana sendiri juga gak percaya dengan angka itu.

“Masa sih her?Ah ekspektasi aku sih ga segitu,” tuturnya belum lama ini, maaf gue lupe di mana.

Sebelumnya gue bosen sama filem yang mengikuti mainstream pasar kaya percintaan anak-anak ABG, misteri, horor, komedi, yang ga jauh dari seks. Bukannya munafik tetapi semunafik-nafiknya orang munafik pasti pengen gak munafik. Maksudnya, edukasi juga perlu. Nah dengan film ini bisa meretas perjalanan darah-darah muda yang merindukan bulir-bulir perubahan.

Sinematografinya gila, semua keindahan Belitong didedahkan abis. Jadi inget pantai Flores tercinta, mulai lagi deh chauvinisme.

Mira dan Riri benar-benar memerhatikan sudut kekampungan Belitong yang kaya, engga ada sama sekali pemain yang dandan. Alami banget, gak seperti sinetron-sinetron jaman sekarang. Bangun tidur pake bedak, ke WC pake lipstik, ke rumah tetangga pake kebaya (mang ada?). Yang jelas gue suka banget tuh yang namanya Mahar. Lucu, gayanya dewasa tapi konyol, setia kawan, suka seni. Gue banget tuh waktu kecil...he2

Menakar Film dari Novel

Sebenarnya sebelum filem ini ada filmAyat-ayat Cinta besutan Hanung Bramantyo yang juga buat gue terharu dan inget ma dos%&*%*%(^*(^*^&&.

Ayat-ayat Cinta dan Laskar Pelangi adalah dua novel yang terbilang sukses diangkat ke layar lebar.

Gue masih inget, meskipun belon lahir, pada 1973 ada filem yang diangkat dari novel juga. Si Doel Anak Betawi arahan sutradara Sjuman Djaya yang diadaptasi dari novel karya Aman Datoek Madjoindo. Kala itu, Si Doel adalah trademark atas sebuh perjalanan seorang menapaki kehidupan anak muda.

Lalu tahun 76, ada Cintaku di Kampus Biru yang digawangi Ami Proyono berdasarkan novel dengan judul yang sama karya Ashadi Siregar. Yang heboh dari filem ini, menurut antropolog Karl G. Heider, Kampus Biru adalah film Indonesia pertama dengan adegan ciuman di bibir secara penuh (ehem2 deh). Padahal emang zaman dulu french kiss masih agak tabu ya.

Para pemainnya antara lai si Roy Martin, yang dua kali masuk bui tuh. Lawan mainnya Yati Octavia. Katanya sih filem ini tidak terjebak pada streotipe film-film percintaan anak muda yang ditayangin sinetron-sinetron sekarang.

Terus masih ada Badai Pasti Berlalu besutan Teguh Karya pada 1977 sesuai novel karya Marga T, temennya marga W dan marga Mulya. Idiom yang dipakai judul film ini sungguh beken, saking ngetopnya sering dikutip sebagai bagian dari pidato pejabat pemerintah. Apalagi dunia kini diserang krisis ekonomi global dari AS, makin banyak kata ini diucapkan.

Dan ininih yang paling gue inget. Gita Cinta dari SMA arahan Arizal pada 1979 berdasarkan novel yang sama karya Eddy D Iskandar. Tokohnya Galih dan Ratna adalah romeo dan julietnya Indonesia pada era 70-an. Soundtracknya diisi oleh alm.Chrisye. es di pasaran, segera dilanjutkan dengan sekuel Puspa Indah Taman Hati.

Jaka Sembung bawa goblok, ga nyambung golok. He2. masih ingat Jaka Sembung? Jaka Sembung Sang Penakluk arahan sutradara Sisworo Gautama Putra pada 1981 berdasarkan Novel grafis Jaka Sembung. Ajian rawa Rawerontek menjadi terkenal di film ini.

Lalu novel Lupus karya Hilman Hariwijaya dibawa ke layar lebar oleh Achiel Nasrun pada 1987 dengan judul Lupus (Tangkaplah Daku Kau Kujitak). Almarhum Ryan Hidayat, sang pemeran Lupus tak pelak segera menjadi idola baru, termasuk kaka gue yang doyan banget nonton. Di tahun yang sama muncul Arini (Masih Ada Kereta yang Akan Lewat besutan alm Sophan Sophian dari novel Masih Ada Kereta yang Lewat karya Mira W, temennya Mira Lesmana.

Lalu masih hangat di ingatan coz belum lama (2003) filem Eiffel...I’m in Love arahan Nasry Cheppy berdasarkan novel Eiffel...I’m in Love karya Rachmania Arunita, gue sempat wawancara dengannya berikut dengan suaminya ketika peluncuran filem dari novel terbarunya.

“Halo mba..rahmah, saya taher?” tanyaku memperkenalkan diri.
“Hi juga...kamu dari mana?” selidiknya
“Dari jawa mba....?” jawabku polos
“Bukan, maksudku kamu dari media mana?”
“Ohhh *(&^&%^&%$^%, maaf”

Lanjut, ada lagi film yang membuat gue merasa bangga jadi mahasiswa Indonesia. Gie karya Riri Riza pada 2005. Film ini hasil interpretasi sutradara yang mirip temen gue hasyim itu, yup Riri Riza, dari buku Catatan Harian Seorang Demonstran yang ditulis aktifis Soe Hok Gie, adiknya Arief Budiman, Sosiolog Indonesia.

Film ini sempat tercatat sebagai film termahal yang pernah dibuat di tanah air. Maklumlah, rumah produksi Miles Films memang tak mau tanggung-tanggung mencarikan ongkos produksi di atas Rp 7 milyar, konon membengkak hingga dua kali lipat, untuk mewujudkan film biopik ini.

Dan kini, Ayat-ayat Cinta lewat karya kreatif Hanung Bramantyo berdasarkan novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrachman El Shierazy dan LAskar Pelangi. Salut buat perfileman Indonesia. Sekarang gue bisa sandingkan cerita-cerita besar karya Holiwud seperti patriot, beautiful mind, remember the titans, dan lain-lain dengan filem nasional kita.

Rabu, 29 Oktober 2008

Awas, aksi pialang 'hitam'

Maksud hati menjadikan Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) tempat berdagang kontrak berjangka komoditas dan menjadi sarana lindung nilai, yang justru marak adalah?? transaksi valuta asing (valas) dan indeks saham asing.

Transaksi komoditas berjangka dengan underlying komoditas primer di BBJ mempunyai payung hukum yang jelas yakni UU No.32/1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi dan Keputusan Presiden No.119/2001 tentang Komoditi Yang Dapat Dijadikan Subjek Kontrak Berjangka.

Sayang disayang justru yang memegang kendali adalah transaksi valas dan indeks saham asing. Padahal dua instrumen itu tidak ada dalam dua suprastruktur tersebut. Transaksi miliaran rupiah itu hanya dilegalkan dengan Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komodti (Bappebti) No.55/2005 yang kemudian direvisi menjadi No.58/2006 mengenai transaksi valas dan indeks saham asing melalui sistem perdagangan alternatif (SPA)

Perdagangan valas melalui SPA inilah yang menuai banyak kecaman dari berbagai pihak lantaran belum ada payung hukum yang kuat untuk melindungi nasabah. Hal itu mendorong pialang berbuat 'nakal' dalam transaksi valas. Imbasnya nasabah dirugikan.

Sepanjang 2006 hingga pertengahan tahun ini Bappebti telah menerima lebih dari 200 pengaduan dari para nasabah dari 64 pialang.

Namun baru 20% yang berhasil diselesaikan Bappebti dengan total pengembalian hingga Rp12 miliar. Sisanya masih diproses, ditindaklanjuti, menggantung, atau bisa jadi tidak diurus.

Salah satu yang mengalami nasib sial adalah Dedi. Dia mulai tertarik menanamkan modalnya ke salah satu perusahaan pialang yang sempat dibekukan oleh BBJ.

Pada 7 Maret setahun yang lalu, dia diajak dua rekannya mengikuti presentasi yang dilakukan oleh senior business manager (SBM) dan overseas consultant (OC) pialang tersebut. Saat penjelasan sebelum dimulainya simulasi transaksi, baik SBM dan OC menyatakan transaksi nanti akan selalu profit dan tidak mungkin merugi.

"Alasannya sih sistem dari mereka [pialang] sudah memproteksi agar investor atau klien tidak mungkin merugi, hanya saja investasinya harus besar, kalau kecil susah dapat keuntungan yang besar," ujarnya.

Singkat cerita dari simulasi yang diatur sedemikian persuasif itu akhirnya para nasabah termasuk dirinya tergiur untuk berinvestasi dan diminta menyetorkan dana keesokan harinya pada 8 Maret.

Pihak pialang juga mengatakan dana akan disimpan di segregate account atau rekening terpisah melalui bank yang sudah ditercatatkan di Bursa dan Kliring. Anehnya, kata Dedi, surat perjanjian (agreement) masih kosong sementara dana sudah ditransfer.

Siapa nyana selama proses transaksi, seringkali OC dan SBM memberikan informasi dan petunjuk mengarah pada kerugian. Sementara apabila transaksi Dedi berpeluang profit maka sistem komputer selalu delay beberapa menit sehingga tetap saja merugi. Buntutnya, dia kehilangan Rp100 juta.

Nasib yang sama dialami Dwi. Pada 12 Juli tahun lalu dia menyetorkan US$30.000 ke rekening terpisah Bank Niaga. Dengan iming-iming akan mendapat bonus PDA (personal data assistant), dia diminta menyetorkan dana lagi US$30.000. OC saat itu mengatakan data dapat diambil kembali sewaktu-waktu dan tidak diikutsertakan dalam transaksi. Tidak diduga OC dan SBM melakukan transaksi di luar kesepakatan sehingga klien mengalami kerugian.

Dua kisah ini merupakan sekelumit dari ratusan aduan yang masih terkatung-katung. Lembaga Perjuangan Hak Konsumen Indonesia (LPHKI) mencatat hingga bulan ini sudah ada 66 pengaduan dari tujuh perusahaan pialang berjangka. Lalu bagaimana kita sebagai calon investor mengamankan dana di bursa berjangka? (redaksi@bisnis.co.id)

Dikutip dari Bisnis Indonesia Minggu (BIM), edisi 3 Agustus 2008

Selasa, 28 Oktober 2008

Info buku

Telah Terbit! (Beli sendiri ga boleh minjem)he2
THREE CUPS OF TEA
Greg Mortenson & David O. Relin
Hikmah 2008
666 hlm


Seorang pendaki gunung, Greg Mortenson, dibawa nasib ke pegunungan Karakoram yang gersang di Pakistan setelah gagal mendaki puncak K2, gunung tertinggi kedua di dunia. Tersentuh oleh keramahan penduduknya, dia berjanji untuk kembali dan membangun sebuah sekolah.

Three Cups of Tea berisi mengenai kisah pemenuhan janji tersebut, beserta hasilnya yang mencengangkan. Ya, selama satu dekade berikutnya, Mortenson telah membangun tak kurang dari lima puluh satu sekolah—terutama untuk anak-anak perempuan—di lingkar terluar daerah terlarang rezim Taliban. Kisahnya adalah sebuah petualangan seru sekaligus kesaksian akan kekuatan semangat kemanusiaan.

“Mencekam dan memesona, dengan penggambaran memikat baik tentang kekerasan maupun persahabatan yang terdengar mustahil. Buku ini akan menawan hati banyak pembaca.”
—Publishers Weekly

“Menggetarkan… bukti bahwa seorang biasa, dengan kombinasi karakter dan kemauan yang tepat, bisa benar-benar mengubah dunia.”
—Tom Brokaw, mantan penyiar NBC

“Misi Mortenson begitu menakjubkan, pendiriannya tak tergoyahkan, wilayah yang digarapnya begitu eksotis dan perhitungan waktunya pun tepat.”
—The Washington Post

“... mengandung amat banyak hal tentang kesalahan Amerika di Afghanistan.”
—The New York Review of Books

“Pembaca yang tertarik pada sudut pandang baru tentang kebudayaan serta usaha pembangunan di Asia Tengah akan menyukai cerita luar biasa tentang perintis kemanusiaan ini.”
—Booklist

Senin, 20 Oktober 2008

Menanti bursa berjangka aman bagi investor

Perusahaan pialang yang dicabut izin keanggotaan
Pialang No. izin usaha Masa pencabutan
PT Piranti Jaya Artha Futures 531/Bappebti/SI/XI/2007 September 2005
PT Dea-U Trade futures 495/Bappebti/SI/X/2004 Desember 2006
PT Sentra Artha Futures 858/Bappebti/SI/I/2006 Juli 2007
PT Total Asia Futures 839/Bappebti/SA/12/2005 Juli 2007
PT Fortune Channel Futures 342/Bappebti/SI/IV/2004 Juli 2007
PT Artha Berjangka Nusantara 70/Bappebti/SI/XII/2000 Juli 2008
PT Graha Finesa Berjangka 334/Bappebti/SI/III/2004 Juli 2008
PT Cayman Trust Futures 645/Bappebti/SI/IV/2005 Oktober 2008

Sumber: Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti)

Bukan harga komoditas yang sebagian besar anjlok yang mendominasi pemberitaan bursa komoditas berjangka di Tanah Air, melainkan prilaku perusahaan pialang berjangka yang dinilai merugikan nasabahnya.

Perilaku negatif perusahaan pialang berjangka terhadap nasabahnya itu menyebabkan jumlah perusahaan pialang yang terdaftar di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) kian menipis.

Pencabutan dan pembekuan izin keanggotaan yang terbaru diambil BBJ pada Jumat, 10 Oktober 2008 dengan alasan yang sama, merugikan nasabah. Dua pialang yang kena sanksi itu adalah PT Cayman Trust Futures dan PT Quantum Futures. Sampai dengan bulan ke-10 tahun ini, BBJ terhitung sudah mencoret keanggotaan tiga perusahaan berjangka.

Pembekuan izin keanggotaan merupakan peringatan keras sebelum BBJ mengeluarkan perusahaan pialang itu dari bursa berjangka. Biasanya jika dalam waktu 30 hari setelah surat pembekuan itu dikeluarkan, perusahaan pialang yang dituju tidak memperbaiki diri maka keputusan pencabutan izin muncul.

Pada 10 Oktober itu, BBJ mencabut keanggotaan Cayman Trust dan membekukan Quantum Futures. Alasannya tentu tidak sepele, audit bersama BBJ dan Kliring Berjangka Indonesia (KBI) menemukan pelanggaran berat perusahaan itu berupa penggunaan dana nasabah untuk operasional perusahaan.

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) sebagai pemegang otoritas bursa menindaklanjuti keputusan BBJ dengan mencabut izin usaha Cayman Trust No. 645/2005 melalui Surat Keputusan Kepala Bappebti No. 483/SA/7/2008.

Lalu apa yang dilakukan Quantum Futures hingga menambah deret panjang jumlah pialang yang dibekukan? Ternyata dalam laporan BBJ, Quantum Futures disebutkan memanipulasi data laporan bulanan kepada Bappebti, BBJ, dan KBI. Namun, Gamal Putra, Presiden Quantum Futures, membantah hasil audit tersebut dan mengklaim perusahaannya tidak pernah mendapat komplain dari nasabahnya.

Jumlah perusahaan pialang berjangka yang tercantum dalam situs Bappebti mencapai 79 perusahaan. Namun, setelah pencabutan izin usaha jumlah perusahaan pialang berjangka di Bappebti hanya 72 perusahaan.

Untung besar
Mengapa ada banyak penyelewengan dana nasabah? Kenapa ada perusahaan yang melakukan pelanggaran? Apabila diamati, futures trading atau perdagangan berjangka memang menawarkan banyak alternatif sekaligus keunggulan dibandingkan dengan 'bermain' di lahan lain seperti reksa dana dan saham.

Fasilitas margin dan leverage misalnya memungkinkan nasabah cukup memanfaatkan sebagian kecil dananya untuk bertransaksi dengan nilai puluhan hingga ratusan juta rupiah.

Sayangnya, fasilitas ini juga memicu peluang terjadinya kerugian besar dalam sekejap. Modal yang dibutuhkan relatif kecil. Leverage yang ditawarkan mencapai 1:1000 yang berarti investor dapat menjual dan membeli hanya dengan menyediakan 1% dari dana yang dibutuhkan sebagai jaminan.

Dari sini terlihat potensi untung besar yang biasa disebut return on investment yang tinggi. Hal yang sering dilupakan adalah keuntungan yang tinggi sebanding dengan risiko yang besar.

Investor memang seharusnya berkuasa penuh dan bertindak secara aktif terhadap investasinya dan broker mengemban tugas memberi saran dan masukan. Namun, beberapa broker justru melanggar ketentuan dan menipu nasabah. Praktik ini yang memicu pembekuan dan pencabutan pialang.

Meski gelombang pembekuan dan pencabutan izin belum tentu reda, optimisme perlu dibangun karena begitu banyak pencari nafkah di bursa berjangka.
Lagipula industri perdagangan berjangka semestinya bermanfaat bagi pengembangan perekonomian di Tanah Air. (redaksi@bisnis.co.id)

Ditulis oleh M. Tahir, dikutip dari Harian Bisnis Indonesia, edisi 15 Oktober 2008

Selasa, 07 Oktober 2008

PUiSi kontemplasi, by jalang

di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
ajal bertakhta, sambil berkata:
"Tunjukkan perahu ke pangkuanku saja."

Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
perahu yang bersama 'kan merapuh!
Mengapa ajal memanggil dulu
sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

manisku jauh di pulau,
kalau 'ku mati, dia iseng sendiri.


Cintaku Jauh di Pulau
oleh si Binatang Jalang
Chairil Anwar

Jumat, 26 September 2008

Menanti gebrakan wibawa kepala Bappebti

Ada yang bilang membangun sebuah lembaga itu lebih mudah ketimbang mempertahankan wibawanya. Mungkin hal itulah yang dirasakan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) yang baru, Deddy Saleh.

Belum dua bulan menjadi orang nomor satu di lembaga pemerintah itu, kredibilitasnya kini diuji publik. Bagaimana dia berjibaku memfasilitasi, mendorong, dan mengawasi tiga masalah pelik, perdagangan berjangka komoditas, resi gudang, dan pasar lelang. Mana yang didaulat terlebih dahulu menjadi prioritas?

Di luar tiga persoalan itu sebenarnya ada satu lagi yang sedang 'panas', penyelesaian pengembalian dana mantan nasabah PT Graha Finesa Berjangka (GFB) yang dicabut izinnya 24 Juli.

Pada Kamis pagi pekan lalu, kantor Bappebti di Plaza Bumi Daya 'diserbu' puluhan mantan nasabah yang tergabung dalam Lembaga Perjuangan Hak Konsumen Indonesia (LPHKI). Sedikitnya 30 nasabah baru dari GFB kembali menduduki kantor di lantai 4 gedung tersebut setelah sebelumnya mencari keadilan ke Bursa Berjangka Jakarta (BBJ).

Bukan kali ini saja para mantan nasabah berunjuk rasa di Bappebti. Bulan lalu sudah tiga kali markas otoritas pengawas bursa itu 'disatroni' mantan nasabah.
Mereka menganggap Deddy Saleh terlalu 'lelet' mengakomodasi kepentingan nasabah pialang yang notabene di bawah otoritasnya. Sebagai pejabat baru, dia ingin membangun Bappebti lebih berwibawa, kooperatif, dan transparan.

Biang kerok masalah adalah ketika Bappebti pada pemerintahan sebelumnya tertantang mengurusi perdagangan valuta asing dan indeks saham asing di luar bursa (over the counter) melalui sistem perdagangan alternatif (SPA).

Pasalnya, kewenangan Bappebti sesuai dengan UU No. 32/1997 adalah mengurusi perdagangan komoditas. Bukan SPA.

Tiga pekerjaan
Dus, masalah yang dihadapi mantan Direktur Kerjasama Bilateral, Regional, dan Multilateral Depdag ini tidak hanya SPA, nasabah, pialang, dan lainnya. Seperti disinggung di muka, ada tiga hal yang coba ditingkatkan oleh Deddy dan pasukannya.
Pertama, perdagangan berjangka komoditas. Sebagai pengawas dan otoritas pembuat peraturan, Bappebti sudah menjalankan fungsinya dengan baik walaupun 'agak terlambat' setelah adanya pelanggaran dari pelaku pasar dalam hal ini pialang sehingga sedikitnya sudah tujuh pialang diberangus dari tahun 2005-2008.

Seperti diketahui kontrak berjangka dengan underlying komoditas yang diperdagangkan di BBJ hanya kontrak indeks emas (KIE), kontrak gulir emas, emas, dan olein.
Kabar gembiranya, rencananya dalam waktu dekat seperti kata Direktur BBJ Jahja W Sudomo, kontrak kakao akan diluncurkan setelah mendapat persetujuan dari Bappebti.
Kedua, penerapan sistem resi gudang (SRG). Saat ini sudah ada empat daerah yang menerapkan SRG yang sesuai dengan UU No. 9/2006, yakni di Jombang, Indramayu (Haurgeulis), Banyumas, dan Makassar.

Realitasnya petani tidak mendapat informasi harga yang sesuai. Di sisi lain petani juga diberatkan dengan biaya penyimpanan di gudang sehingga mereka lebih tertarik menjual komoditasnya lewat pengijon.

Persoalan ketiga bagaimana mengembangkan pasar spot atau fisik yang saat ini sudah ada sebanyak 17 lokasi pasar lelang.

Deddy bersama jajarannya diharapkan dapat melakukan pendekatan dalam mengembangkan pasar lelang lebih jauh lagi dengan membangun sistem, menyiapkan mekanisme lelang, menyusun ketentuan lelang, sosialisasi kepada petani dan pelaku pasar, serta pengadaan pelatihan bagi pengelola dan pelaku.

Potensi keuntungan dari pasar lelang ini luar biasa. Selama kuartal I/2008 saja Bappebti berhasil meraup Rp230,35 miliar dari pelaksanaan pasar lelang komoditas pertanian pada 17 provinsi. Pasar lelang dapat mendukung pelaksanaan sistem resi gudang. Petani pemilik resi dapat membawa resi gudangnya ke pasar lelang tanpa harus membawa komoditasnya.

Tiga soal inilah yang menjadi pekerjaan Deddy demi mengembangkan otoritas pengawas bursa ini lebih baik lagi. Meminjam istilahnya, Bappebti sekarang harus lebih wibawa. Publik menantikan gebrakan selanjutnya. (redaksi@bisnis.co.id)


Ditulis oleh M Tahir, dipublikasikan di Harian Bisnis Indonesia edisi 7 Agustus 2008

Sorot KOMODITAS dunia


Geliat harga jagung dunia di tengah perubahan cuaca AS

oleh: M Tahir Saleh

Harga jagung di pasar internasional akhirnya kembali terperosok ke level US$5 per bushel setelah sebelumnya sempat 'anteng' di angka US$6 per bushel. Entah sudah berapa kali harga komoditas itu turun naik seumpama roda, kadang di atas kadang di bawah. Ternyata penggerak harga salah satu bahan pangan itu adalah kondisi cuaca di AS.

Harga jagung melorot di tengah spekulasi hujan akan mengobati kekhawatiran petani AS akan hasil panennya karena hujan tentunya dapat memulihkan kondisi lahan tanam di negara produsen dan eksportir terbesar di dunia itu.

Dari pantauan Global Weather Monitoring, para petani di Midwest kemungkinan diguyur air hujan lebih dari 2,5 cm pada 6 Agustus seiring dengan perpindahan cuaca dari Selatan Kanada.

Kawasan wilayah Midwest AS yakni Ohio, Indiana, Illinois, Iowa, dan Missouri dikenal sebagai corn belt karena menjadi daerah penghasil jagung yang menyumbang 50% dari total produksi jagung di AS. Iowa dan Illinois merupakan dua ladang terbesar di AS.

Selain AS, dua negara di Amerika Selatan, Brasil dan Argentina juga menjadi negara produsen jagung terbesar dunia. Ketiganya memasok sekitar 70% jagung untuk pakan ternak dan 30% diolah untuk kebutuhan pangan. AS mampu memasok 40% dari total produksi jagung dunia berkat pengelolaan pertanian yang baik dan modern.

Spekulasi cuaca kering dan panas akhir bulan lalu di wilayah produsen jagung terbesar itu tentu mendorong harga komoditas ini sempat menanjak.

Pada saat itu beberapa analis memperkirakan temperatur udara beberapa wilayah di Midwest kemungkinan tidak kondusif untuk panen. Cuaca diperkirakan 12 derajat di atas normal dalam tujuh hari ke depan dan mencapai 98 derajat Fahrenheit (30o celcius).

Lebih parah lagi, QT Information System Inc, salah satu lembaga penyedia informasi harga komoditas yang bermarkas di Chicago Board of Trade, bahkan menyatakan wilayah negara bagian Nebraska hingga Indiana kemungkinan akan kering karena hujan masih berada di wilayah Selatan.

Beberapa analis di AS memproyeksikan panen jagung akan turun. Apalagi lahan pertanian juga semakin berkurang akibat tergerus hujan. USDA dalam laporannya menyatakan panen 15 Juni hanya mampu menghasilkan 57% jagung berkualitas baik.

Produksi jagung pada periode itu lebih rendah dibandingkan dengan awal pekan yang mampu menghasilkan 60% jagung. Bahkan tahun lalu, 70% jagung berkualitas tinggi dapat dihasilkan.

Pada perdagangan akhir Juli harga jagung untuk pengiriman Desember naik 11,25 sen atau 1,8% menjadi US$6,24 per bushel di bursa Chicago Board of Trade (CBOT). Harga jagung naik 9% sejak bergerak pada level rendah selama 17 pekan.

Namun, kemarin harga jagung untuk pengiriman Desember di CBOT turun 1,7% menjadi US$5,75 per bushel. Harga kontrak teraktifnya melonjak 20% pada Juli dan melorot 28% dari rekor US$7,99 pada 27 Juni.

Selain cuaca, pemicu lainnya adalah laporan Departemen Pertanian AS mengenai jumlah ekspor dari negeri Paman Sam itu. AS, sesuai dengan data USDA, mengekspor 152.400 ton jagung ke Jepang pada pekan lalu dan 112.000 ton padi-padian ke Korea Selatan. Dua negara langganan AS.

Pertengahan Juli harga komoditas itu turun ke level US$5,81 per bushel yang merupakan level terendah sejak 30 Mei. Penurunan saat itu terpicu rencana negara pengimpor jagung seperti Jepang yang memangkas impor jagungnya.

Di Tanah Air, masyarakat di Madura dan Nusa Tenggara Timur menjadikan jagung sebagai bahan pangan pokok.

Jagung juga menjadi bahan baku penting untuk pakan ternak di dalam negeri. Umumnya, lonjakan harga jagung akan langsung diikuti dengan kenaikan harga telur dan ayam potong.

Ketergantungan pada jagung impor berdampak buruk terhadap keberlanjutan penyediaan jagung di dalam negeri mengingat komoditas ini di negara produsen utama telah digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk untuk bahan baku biofuel. (redaksi@bisnis.co.id)

Dipublikasikan di Harian Bisnis Indonesia edisi 5 Agustus 2008

Kamis, 25 September 2008

Lintas Garapan, sorot implementasi SRG/UKM


Memperkenalkan resi gudang kepada petani
M Tahir Saleh

Saat panen tiba pada April lalu, Suparman, petani di Karawang, terpaksa langsung menjual gabahnya kepada tengkulak, meski harga jualnya anjlok. Kebutuhan dana saat itu membuat dia tak bisa menunggu saat harga jual tinggi.

Panenan Suparman cukup banyak, sekitar sebanyak 1.000 ton gabah kering, yang dijualnya Rp2.500 per kg. Padahal, beberapa bulan kemudian, harga komoditas itu Rp3.500 per kg.

Suparman berangan-angan, seandainya dia bisa menggadaikan gabahnya, tentu dia akan bisa mendapatkan untung lebih besar dari gabah yang dijual beberapa bulan kemudian. Bukan hanya Rp2,5 miliar yang dia dapat, tetapi Rp3,5 miliar.

Tak hanya Suparman, petani umumnya selalu menghadapi kondisi yang kurang menguntungkan. Justru saat panen tiba, karena harga komoditas hasil jerih payah mereka anjlok.

Suparman dan rekan-rekan petani yang lain seharusnya bisa mendapatkan dana itu, dengan mengagunkan gabahnya, melalui sistem resi gudang. Gabah disimpan di gudang, lalu mendapatkan resi dari pengelolanya, untuk kemudian ditukarkan dengan dana pinjaman.

Sesuai dengan UU No. 9 tahun 2006 tentang Resi Gudang. Resi gudang merupakan surat berharga berupa dokumen bukti kepemilikan atas barang yang disimpan di gudang yang diterbitkan oleh pengelola gudang.

Di negara yang pemerintahnya mulai mengurangi otoritas stabilisasi harga komoditas, seperti India, Malaysia, Filipina, dan Ghana, sistem ini akrab disebut warehouse receipt.

Ini adalah satu instrumen yang dapat diperdagangkan, atau dipertukarkan dalam sistem pembiayaan perdagangan.

SRG juga dijadikan sebagai jaminan atau bukti penyerahan barang untuk pemenuhan kontrak derivatif yang jatuh tempo, sebagaimana dalam kontrak berjangka.

Hanya saja, resi gudang bagi Suparman dan banyak petani lain masih menjadi sekadar angan-angan, karena sistemnya butuh beragam syarat yang tak ringan. Pengelola gudang, disyaratkan modal dasar minimal Rp1,5 miliar,

dengan modal setor Rp600 juta, kekayaan bersih Rp500 juta. Mereka juga harus menguasai minimal satu gudang yang diakui Bapppeti (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi).

Pengelola gudang juga harus memiliki standard mutu dan ISO 9000. Lha, kalau itu harus dipenuhi semua, siapa yang bisa?

Menurut Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI) Surdiyanto Suryodarmodjo, komoditas yang akan disimpan di gudang juga harus memenuhi standar tertentu yang dibuktikan oleh lembaga penilai kesesuaian, seperti Sucofindo dan Surveyor Indonesia.

Semacam fit and proper test, barang diuji sifat, jenis, jumlah, mutu, dan lain. Setelah itu, giliran perusahaan asuransi yang beraksi menilik ganti rugi menanggung risiko apabila barang rusak, hilang, atau musnah.

Selesai asuransi, KBI akan meregistrasi dan mengkonfirmasi proses tadi hingga menerbitkan kode registrasi, lalu lahirlah resi gudang. Ini adalah proses yang menimbulkan biaya.

"Belum biaya penyimpanan atau sewa gudang, biaya registrasi, biaya penilaian mutu, asuransi, termasuk biaya bunga pinjaman dengan agunan resi tersebut," ujar Wakil Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Trisula Majalengka Boy Supanget.

Biaya itu memang dapat ditutup margin harga komoditas setelah disimpan. Di situlah sistem regi gudang berperan.

Tetapi, dia menilai UU resi gudang belum dapat diimplementasikan sepenuhnya, karena masih banyak kendala.

Kesiapan bursa berjangka juga masih dipertanyakan. Hal yang pasti gabah belum termasuk komoditas yang diperdagangkan di bursa berjangka komoditas, meski banyak petani mengharap manfaat sistem resi gudang itu.

Skema pendanaan

Terkait dengan hal tersebut, Kementerian Negara Koperasi dan UKM telah mengembangkan Skema Pendanaan Komoditas KUKM Dengan Jaminan Resi Gudang, sekaligus menyambut lahirnya UU No 9 tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang.

Skema ini dimaksudkan sebagai fasilitas pembiayaan modal kerja dengan agunan berupa barang persediaan, seperti gabah, yang dibuktikan dengan kepemilikan 'resi gudang', yang diterbitkan pengelola gudang.

Pada 2006, Kementerian Koperasi dan UKM menganggarkan dana penguatan modal bagi koperasi untuk pembelian gabah petani melalui sistem 'resi gudang' sebesar Rp24 miliar.

Tahun lalu anggaran ini dinaikkan menjadi Rp26 miliar. Setidaknya ada lima koperasi yang sudah mendapatkan penguatan modal melalui dana bergulir itu.

Skema pendanaan ini mencakup, KUKM individu anggota kelompok atau anggota koperasi paling banyak Rp100 juta per transaksi, sedangkan KUKM massal yang dikoordinasikan oleh kelompok atau koperasi lebih besar dari Rp100 juta.

Plafon pembiayaan ini 70% dari nilai komoditas yang dijaminkan, jangka waktu paling lama tiga bulan, sedangkan bunga atau jasa pinjaman sebesar bunga sertifikat Bank Indonesia + 3% per tahun.

Memang tak hanya gabah saja yang bisa 'diresigudangkan' dalam skema ini, tetapi juga beras, jagung, kopi, karet, kakao, lada, rumput laut serta komoditas lain yang memang memenuhi persyaratan untuk memperoleh pendanaan komoditas.

Volume transaksi minimal yang dapat dibiayai dengan skema ini, adalah gabah kering simpan 14 ton, beras 7 ton, jagung dan gula pasir 7 ton, pupuk 3 ton, kacang kedelai 7 ton, atau komoditas lain berdasarkan kelayakan usaha.

Ispandie, KUD Warga Bhakti - koperasi di Karawang, Jawa Barat yang memperoleh bantuan modal skema itu, mengatakan bantuan modal Rp250 juta dengan limit pengembalian maksimal tiga bulan telah digunakan untuk membiayai komoditas gabah dan beras.

Dana itu dipakai untuk meningkatkan stok gabah dan beras di gudang untuk hedging (lindung nilai) saat harga komoditas itu anjlok.

Ispandie menilai ada banyak manfaat dari pinjaman itu. Stok padi yang awalnya hanya 150 ton bisa digelembungkan menjadi 300 ton.

"Ya, walaupun harusnya bisa mencapai 500 ton, seperti idealnya resi gudang, tetapi itu sudah membantu."

'Resi gudang' Warga Bhakti itu belum bisa dikatakan sebagai resi gudang, karena gabah dan beras memang belum diatur dalam ketentuan bursa berjangka komoditas.

Ini pula yang menjadi salah satu alasan kenapa bank tak mau membiayai resi gudang beras atau gabah, yang belum bisa diperdagangkan di bursa berjangka komoditas.

Meski demikian, 'resi gudang' ini diakui sudah bisa membantu petani anggota koperasi mendapatkan margin penjualan gabah yang lebih tinggi di kemudian hari? (Moh. Fatkhul Maskur) (redaksi@bisnis.co.id)

dipublikasikan di Jurnal UKM edisi sisipan Harian Bisnis Indonesia

Senin, 22 September 2008

Sabtu kelabu di Islamabad


Kini giliran JW Marriot Pakistan
Oleh Tahir Heringuhir

Lima tahun bukan waktu yang singkat untuk melupakan peristiwa penting yang menyita perhatian kita semua saat itu. Bahkan dunia pun berteriak mengutuk peristiwa yang terjadi tepat 5 Agustus 2003. Bom meledakkan Hotel JW Marriott di kawasan Mega Kuningan Jakarta Selatan, sekitar pukul 12.45 WIB.

Sumber ledakkan bom bunuh diri itu berasal dari mobil Toyota Kijang dengan nomor polisi B 7462 ZN. Sedikitnya 12 orang meregang nyawa dan 150 orang cedera. Hotel bintang lima dengan 33 lantai itu pun ditutup selama lima minggu. Itu seonggok kisah yang layak dibingkai sambil mengambil hikmahnya.

Miris memang, karena kebanyakan masyarakat awam yang tidak tahu apa-apa dan berpenghasilan kecil menjadi korban, termasuk satpam hotel. Pastinya, incaran bom itu bukan masyarakat kecil tetapi ekspatriat yang bermukim di hotel tersebut.

Sebab itulah Marriott dipilih, apalagi kawasan Kuningan bertebaran hampir separuh kantor duta besar negara-negara seluruh dunia. Seperti kata pepatah, maksud hati membunuh lalat, justru nyamuk yang jadi korban.

Meskipun ditilik dari kedahsyatan, bom di Kuta, Bali, 12 Oktober 2002 sebenarnya lebih bertenaga dari Marriott, tetapi tetap saja bom adalah bom, tinggal atur waktu lalu Blegerrrr....meledak. Ada korban, ada kerugian fisik, ada kepentingan, dan ada tangis.

Begitulah. Dan lagi-lagi bom kembali ‘berteriak’ di Pakistan. Negara yang dahulunya merupakan bagian dari India itu jadi sasaran serangan entah dari mana, entah siapa? Tidak mungkin tuduhan dialamatkan ke Amrozi, Abu Bakar Baasyir, atau Hambali?

Negeri asal pemikir Muhammad Iqbal itu digoyang bom. Di kala masyarakat Indonesia merayakan gempita ramadhan dengan petasan dan kembang api, di Pakistan iklim itu tidak nampak, yang terlihat hanya duka mendalam.

Bukan karena kain hitam masih menyelimuti negara bekas wilayah India itu pasca terbubuhnya Benazir Bhutto 27 Desember tahun lalu, tetapi bom, lagi-lagi Marriott menjadi pilihan.

Sabtu, 21 September 2008, sebuah bom mobil meledak sangat dahsyat di depan hotel hotel milik Marriott International yang berada di Islamabad itu. Bahkan CNN memberi kemungkinan bangunan hotel itu akan ambruk.

Bisa dibayangkan berapa kekuatan tempur bom itu. Ledakannya tergolong dahsyat karena suara ledakan terdengar dari kejauhan, setidaknya hingga sejauh 15 kilometer.

”Kami langsung berlarian untuk mencari perlindungan, saya melihat banyak orang yang cedera,” cerita Imtiaz Gul, seorang wartawan, tulis KOMPAS mengutip Reuters dan AP.

Bahkan salah satu pegawai hotel berseru "Saya tidak menyadari apa yang terjadi tetapi seperti dunia serasa kiamat," ungkap Mohammad Sultan. Bahkan satu WNI menuturkan ”Ada hembusan angin yang sangat kencang. Saya semula menduga ada bencana alam. Setelah saya membuka jendela dan melongok keluar, masih merasakan adanya hembusan angin yang sangat kuat itu. Beberapa detik kemudian, TV setempat menyiarkan adanya ledakan bom di Marriot.”

KOMPAS minggu melaporkan, bom tersebut menelan korban sementara 60 orang, rata-rata wanita dan anak-anak, termasuk juga petugas satuan pengamanan dan tamu hotel yang merupakan warga negara asing.

Minimal korban cedera sudah mencapai 200 orang, jumlahnya bisa bertambah karena masih banyak orang yang terjebak di dalam hotel

Siapa yang bertanggung jawab atas hal ini? Sejauh ini belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas peledakan itu. Kita tahu bahwa Pakistan adalah negara yang menjadi sasaran terorisme, terutama kelompok Taliban yang menentang kerja sama Pakistan-AS dalam perang melawan terorisme. Seperti Indonesia, Pakistan juga seringkali didera bom.

Yang masih hangat mungkin bom bunuh diri yang menyerang mantan PM Pakistan 1988 dan 1993, Benazir Bhutto. Wanita aktivis gembelangan Harvard dan Oxford itu terbunuh setelah meninggalkan Liaquat national Bagh di Rawalpindi dalam rangka kampanye pemilu 2008. Bagian lehernya ditembus peluru pembunuh yang kemudian juga meledakkan sebuah bom bunuh diri.

Ledakan terjadi pada hotel dengan 290 kamar itu hanya beberapa jam setelah Presiden Asif Ali Zardari yang notabene suami Bhutto, menyampaikan pidato pertama di gedung parlemen, yang berjarak hanya beberapa ratus meter di sebelah timur Marriott. Saat berbicara di parlemen, Zardari mengatakan bahwa akar terorisme akan dikikis habis.

Marriott yang tersebar di 37 negara termasuk Indonesia itu sudah pernah dua kali terkena ledakan di Pakistan namun ledakan Sabtu itu adalah terparah di Islamabad sejak Pakistan bergabung dengan program AS untuk memerangi militansi sejak 2001. Bagi kita ini menjadi tolak ukur sebuah penerapan demokrasi dengan tumbal nyawa manusia, ataukah ada alternatif pendapat lain?

Minggu, 07 September 2008

tulisan Erie Sudewo, dompet dhuafa

PEMIMPIN BUKAN PEMIMPI


Pemimpin galibnya bukan pemimpi. Makna kata pemimpin dan pemimpi antara langit dan bumi. Pemimpin menjejak bumi, pemimpi gentayangan di langit. Pemimpin pasti punya mimpi. Sedang yang dijuluki pemimpi, kaya akan mimpi. Tapi dari sekian mimpi pemimpi, belum tentu mimpinya hendak jadi pemimpin. Jumlah pemimpin yang pemimpi tak terhitung. Tapi pasti lebih banyak jumlah pemimpi yang bukan pemimpin.

Pemimpin harus beresi masalah. Sementara pemimpi hanya mimpi selesaikan. Resiko pemimpin bisa dipenjara atau malah terbunuh. Resiko pemimpi, cuma buyar mimpinya. Maka hanya karena berbeda pendapat, masa depan pemimpin bisa berakhir di tabir pekat penjara. Sedang pemimpi cukup bilang: “Untung saya cuma mimpi. Jika betulan, saya pun meringkuk di situ”.

Itulah pemimpin. Dekat dan bahkan penuh resiko. Apapun kebijakannya pasti punya resiko. Mustahil pemimpin bisa diterima semua pihak, dicintai semua orang dan terhindar dari cela. Pemimpin yang yakin kebijakannya bisa rengkuh semua orang, dia bukan pemimpin. Pemimpin harus sadar, ada pihak yang tak sependapat. Di sinilah pemimpin diuji. Dia bisa jadi the real leader, jika mampu ramu yang tak sependapat jadi kekuatan. Berbeda pendapat bukankah rahmat. Namun berapa banyak pemimpin yang justru membungkam yang tak sependapat.

Belasan tahun Nelson Mandela di penjara. Saat ditanya apakah ia ingin balas dendam pada rezim Apartheid, jawabnya menggetarkan: “Jika tak ada kata maaf, tak ada masa depan bagi Afrika Selatan”.

Mimpi boleh. Tapi pemimpin yang pemimpi berbahaya. Bangsa bisa jadi korban, terjerumus dalam mimpi-mimpinya. Pemimpi yang mimpi jadi pemimpin, sama sekali tak berbahaya. Perlu dikasihani malah. Maka pemimpin harus punya mimpi. Mimpi itu harus dikawal dan dipupuk. Agar bisa terwujud, mimpinya memang musti berangkat dari bumi. Pohon tak ada yang jatuh dari langit. Muncul dari biji, jadi kecambah dan akhirnya menjulang ke atas.

Maka ada yang bilang, pemimpin cukup punya prinsip hidup hanya hari ini. Dengan cuma hidup hari ini, dia akan sibuk. Tiap detik dia pasti benahi keadaan, kembangkan potensi dan berbuat kebaikan. Negara dibenah, yang pembenahan hari ini jadi landasan bagi pembenahan berikut. Karena hanya hidup di hari ini, tak ada lagi waktu berkhayal. Yang ada bersihkan diri dari korupsi, rapihkan kabinet dan bantu rakyat agar tak susah. Yang gemar gusur tanah rakyat, segera diadili. Karena tidak ada lagi hari esok. Pemimpin yang yakin hidup di hari ini saja, pasti benahi ahlaknya dan luruskan kesalahan sendiri.

Pemimpin yang pemimpi, cenderung abaikan hari ini. Dia konsen pada hari esok dan masa depan. Pemimpin yang pemimpi bermain dengan khayal. Menjual diri hanya untuk sebuah dugaan. Pemimpi yakin betul, hari esok akan tiba. Padahal memburu sesuatu di esok hari tak ada jaminan. Esok memang belum dicipta, belum berwujud dan belum bisa dirasa. Maka mengapa sibukkan diri dengan persoalan esok, cemas akan dugaan kesialan esok, takut akan bencana. Senang atau sedih di esok hari, jelas tak satu mahluk pun bisa jamin.

Pemimpin yang pemimpi, selalu menunda soal. Hari esok adalah akumulasi soal hari sebelumnya. Terus bertumpuk. Akhirnya di ujung esok, alih-alih selesai persoalan malah meletup. Pemimpin yang pemimpi, juga tunda berbuat kebaikan. Untuk bantu yang susah, ditunda karena masih ada hari esok. Untuk jenguk yang sakit, tunjukan jalan bagi yang sesat, memberi makan yang lapar serta bantu yang miskin, tak usah hari ini karena masih ada esok.

Pemimpin sejati akan biarkan hari esok datang. Tak usah tanya kabar esok dan tak usah khawatir bencana esok. Karena hari ini pemimpin sudah sibuk berbuat kebajikan. Mungkin pemimpin seperti ini akan dikasihani orang. Seolah tak punya perencanaan ke depan. Padahal yang harus dikasihani, banyak orang berandai-andai tentang esok yang belum tentu matahari akan terbit. Pemimpi terjebak di angan-angan tanpa berbuat di hari ini.

Pemimpin mustinya selalu menjejak tanah. Jika jatuh masih di tanah juga. Menjejak tanah artinya dekat dan tahu persoalan rakyat. Maka pemimpin sejati tak resah kebaikannya dicampakkan orang. Karena itulah realitas kehidupan. Juga tak goyah meski kebaikan itu dibayar dengan permusuhan. Pemimpin tak terkejut pena yang diberikan, ternyata digunakan untuk menghujat dirinya. Pemimpin juga tak kaget, tongkat yang dihadiahkan dipakai untuk menghadang dirinya.

Kebajikan itu sebajik namanya. Keramahan seramah wujudnya. Dan kebaikan itu sebaik rasanya. Pemimpin sejati tak akan menghitung-hitung itu semua. Khalifah fil’ardh, begitu Al Quran menyebut. Tiap orang punya potensi kepemimpinan. Tinggal bagaimana mengeksplorasinya. Maka jika tiap orang bakal ditanya tentang apa yang dipimpinnya, mengapa masih banyak orang yang berebut jabatan dan kedudukan. Hidup jelas bukan sebatas hari ini. Bukan juga cuma untuk esok di dunia. Tapi ada kehidupan setelah mati.

Maka di jelang 2009, berbondong-bondong pemimpi bersiap-siap hendak jadi pemimpin Indonesia. Sementara pemimpin yang sungguh-sungguh the real leader, pasti gentar hadapi persoalan Indonesia. Pemimpi bersumpah dengan sejumlah janji. Pemimpin sejati bicara pun berhati-hati. Lebih-lebih mengumbar janji. Pemimpin memang menjejak tanah. Pemimpi ada di atas langit.

Jumat, 15 Agustus 2008

dita indah sari


'Tchuus' Penindasan

Taher Heringuhir

Sudah saatnya buruh bicara soal politik dan kekuasaan. Tidak cukup perjuangan buruh hanya menuntut kenaikan upah, karena sudah terlalu banyak kebijakan ekonomi yang semakin membuat keadaan buruh terpuruk.

Dita Indah Sari, perempuan aktivis buruh hingga kini masih berkoar demi ketidakadilan nasib kaum marjinal ini. Kali ini.bukan lagi berteriak lantang dengan TOA tetapi kini lebih srategis perjuangannya dengan terjun menjadi ketua umum partai politik PRD/Partai Rakyat Demokratik-bukan peserta pemilu 2009-melanjutkan perjuangan Budiman Sudjatmiko dkk.

"Tidak ada artinya lagi bila hanya berkutat pada tuntutan kenaikan gaji. Saatnya buruh bicara kekuasaan agar orang-orang yang duduk di parlemen baik pusat maupun daerah serta yang duduk di kabinet bukan lagi orang-orang yang merugikan kita tapi bersimpati dan punya hati terhadap kita," katanya kepada penulis dua bulan lalu di Plaza Semanggi.

Paparannya sederhana tapi fundamental. Menurut dia, saat ini buruh dan rakyat terpukul oleh tiga kenaikan sekaligus. Pertama, kenaikan harga kebutuhan karbohidrat a.l beras dan tepung.

Kedua, kenaikan harga kebutuhan protein misalnya minyak goreng dan kacang kedelai. Dan ketiga, membumbungnya harga bahan energi semisal minyak tanah dan gas. Sementara kenaikan gaji buruh hanya sekitar 10-15% per tahun. Tentu saja keadaan itu memprihatikan karena buruh tidak bisa mengejar kenaikan harga tersebut.

Menurut dia itu adalah kondisi pertama yang dihadapi buruh hingga konsekuensinya dalam mengejar kekurangan gaji, buruh harus kerja lembur 12 jam, padahal normalnya delapan jam kerja.

"Ini kerja di luar manusia normal tentunya membuka peluang eksploitasi buruh," katanya.

Kondisi kedua adalah terkait sistem kerja. Semua perusahaan menerapkan sistem kerja kontrak dan outsourching atau yayasan. Kamis lalu (14/8) ribuan massa dari Forum Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) juga menentang adanya sistem yayasan itu. Bahkan, perempuan ini menyoroti dunia media massa yang tak luput dari penerapan outsourching.

"Terutama di dunia media, banyak sekali dari mulai wartawan sampai editor masih dikontrak bahkan setelah bekerja selama dua tahun belum diangkat-angkat jadi karyawan, seandainya diputus ya pasti tidak dapat pesangon," lanjut khawatir.

Dita punya keingingan agar pemerintah harus melakukan perlindungan terhadap industri terutama nasib buruh lantaran jumlah buruh yang di PHK atau dipekerjakan dengan sistem kontrak mulai bertambah, terus dan terus.

Dia mewakili Partai Rakyat Demokratik ingin menyatakan bahwa kinerja kepemimpinan Presiden SBY sekarang tidak maksimal lantaran konsidi kerja semakin buruk.

Sebenarnya bila PRD mampu menjadi salah satu peserta pemilu 2009 dia mengatakan target jangka panjang adalah menekan pemerintah agar mengupayakan berbagai hal untuk melindungi industri dalam negeri. Dia menyanggah bahwa buruh anti terhadap pengusaha atau industri.

"Jangan dianggap buruh itu anti terhadap industri atau pengusaha. Kami menganggap kalau industri kita mati atau sakit maka yang paling menderita adalah buruh. Padahal buruh yang bekerja jumlahnya besar, kontribusi buat ekonomi juga besar karena mereka membayar pajak. Buruh ikut membangun peradaban, tapi mereka tidak dihargai sama sekali, itu yang kami perjuangkan sejak tahun 90-an," tegasnya.

Aktifis yang pernah ditahan di Lembaga Pemasyarakatan di Malang dan Tangerang ini mengharapkan semoga harga BBM stabil serta tarif listrik juga harus murah agar urat nadi industri di Indonesia dapat lebih efisien dan kompetitif.

Kesetaraan Perempuan
Ditanya mengenai kondisi perempuan di Indonesia, Dita mengatakan ada dua kunci dalam proses penyetaraan peran perempuan. Pertama, perbaikan ekonomi sehingga semakin banyak perempuan yang bekerja dan memiliki penghasilan sendiri. Kedua, kontribusi media massa dalam penulisan tema-tema perempuan.

"Saya fikir dalam hal ini sosialisasi ke tengah-tengah masyarakat tanpa diikuti sosialisasi di media massa akan sangat tidak efektif. Wartawan-wartawan dari pers harus kita rangkul mengenai keserataraan gender, sehingga ketika mereka menulis maka pemikiran yang tertuang akan lebih adil, tidak melihat semata-mata fisiknya yang lemah lebut," ujarnya.

Dia mengungkapkan pekerja media juga menjadi bagian dari proses demokrasi bangsa ini oleh karena itu bila media melakukan pencitraan yang buruk terhadap wanita PRD akan mengkritik dan memberi masukan.

Menanggapi penghargaan yang diberikan padanya sebagai satu dari 10 perempuan Indonesia yang berprestasi, dia mengatakan penghargaan tersebut sebenarnya bukan untuknya.

Secara personifikasi memang dia yang mendapatkan namun menurut dia itu adalah pertanda pergerakan buruh kini bisa diterima di masyarakat menengah ke atas, bukan merupakan lagu gerakan yang menakutkan. Tentu saja dia sumringah ketika penulis mengucapkan selamat kepadanya.

Selasa, 12 Agustus 2008

Puisi Sobat

SAMPAIKAN SALAMKU…23 April 2008
11 Juli 2008

Oleh: Endah Sulistiyowati

Sampaikan salamku,
Untuk mereka yang hingga detik ini masih bertahan memperjuangkan hidupnya
Meski terik mentari menyengat dan lelehan keringat membasahi sekujur tubuhnya,
Setidaknya mereka lebih berharga dari siapa pun juga…

Sampaikan salamku,
Pada mereka yang hingga detik ini tak pernah lelah
Menyuarakan keadilan dan memperjuangkan hak-hak kaum tertindas
Meski cerca atau tekanan yang harus mereka tanggung
Semoga kemilaunya dunia tak membuat mereka menjadi goyah
Hingga tak menjadi korban dari kemunafikan…

Sampaikan salamku,
Bagi mereka yang hingga detik ini justru masih asyik tertawa di atas nestapa dan jerit tangis jutaan anak bangsa
Yang dengan santainya merampas sesuatu yang bukan miliknya
Yang tertidur pulas di atas bantal keperihan saudaranya
Sudah saatnya mereka membuka mata!!!
Bahwa mereka tak lebih sebagai sampah yang telah mengotori perjuangan anak bangsa dengan darah dan air mata!!!

Dan sampaikan salamku,
Kepada mereka yang hingga detik ini masih terjaga
Tanpa pernah tahu,
Seperti apa wajah bangsamu kini…



(Terinspirasi ketika perjalanan pulang dari Blok M menuju Cibinong, pedagang kaki lima berlari menyelamatkan dagangan mereka karena dikejar-kejar KAMTIB.
Ya Rabb…, berikan rizki yang berlimpah untuk para pedangang itu demi untuk menafkahi keluarga.)

endah sulis adalah mahasiswi uin jakarta, angkatan 2004. Aktifis yang bergelut dalam dunia anak-anak, salut.

Rabu, 30 Juli 2008

Islam dan Sains

ada apa dengan ISRA ’ MI ’ RAJ
Oleh : Taher heringuhir

Bahagia sekali kita masih diberi kesempatan oleh Allah Swt menikmati usia sampai kini kita memasuki salah satu bulan yang istimewa yaitu bulan rajab. Bulan ini memiliki keistimewaan seperti yang termaktub dalam Al-Qur’an surat at-Taubah.
Allah Swt menyatakan ada empat bulan yang dihormati yaitu Rajab, Zulkaidah, Zulhizah, dan Muharram.

Selain itu bulan Rajab merupakan bulan bersejarah, bulan dimuliakan, diperingati kaum muslimin karena disemisil bulan ini kejadian luar biasa menimpa Rasulullah SAW yakni di-isra’ mi’rajkan beliau dari Masjidil Haram (Mekkah) menuju Masjidil Aqsa di Baitul Maqdis ( Palestina / kota yang disebut juga Haikal Sulaiman), kemudian diperkenankan oleh Allah Swt naik menembus langit ketujuh serta kembali lagi setelah menerima perintah sholat lima waktu bagi seluruh umatnya.

Peristiwa besar ini kita yakini sebagai mukjizat Nabi SAW setelah Al-Quran. Namun orang-orang yang berusaha belajar Islam lalu kemudian mencari titik lemah umat Islam untuk dihancurkan (orientalis) mencoba mengedepankan logika berfikir yang berujung pada ketidakpercayaan akan peristiwa tersebut. Bagaimana penjabaran singkat akan hal tersebut. Dalam surat al-Isra’ ayat pertama Allah SWT berfirman:

“Mahasuci (subhana) yang telah memperjalankan hamba-Nya ( biabdihi-Muhammad ) pada suatu malam ( asra’) dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebahagian dari tanda-tanda ( kebesaran ) Kami, sesungguhnya Allah adalah maha mendengar lagi maha melihat”.

Al-Qur’an dan tafsirnya terbitan UII Yogyakarta melansir bahwa kata subhana ( kalimat tasbih ), sebagian mufassirin mengatakan bahwa kata tersebut menandakan suatu peristiwa besar, sedangkan kata biabdihi (kesatuan antara jasad and ruh) mempertegas bahwa peristiwa itu (isra’mi’raj) dilalui Nabi dalam keadaan sadar, bukan karena tidur.

Asra’ dalam bahasa arab berarti kejadian yang terjadi di malam hari dan kata lailan adalah untuk menguatkan pengertian bahwa peristiwa itu memang benar-benar terjadi di malam hari, karena waktu itulah yang paling utama bagi para hamba untuk mendekatkan diri pada-Nya. Disini tidak diterangkan secara pasti waktunya hanya saja yang diterangkan adalah dimulai dari Mekkah ke Palestina.

Pertanyaan yang timbul adalah mengapa Masjidil Aqsa yang dipilih, dikatakan pula bahwa Masjidil Aqsa itu dan daerah disekitarnya merupakan tempat turunnya wahyu kepada Nabi-Nabi dan disuburkan tanahnya diantara tempat ibadah lain.
Surat al-Isra’ hanya menjelaskan peristiwa isra’, sedangkan mi’raj ( naiknya Rasulullah dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha /mustawa) diisyaratkan oleh Allah SWT pada bagian pertama surat an-Najm, diantaranya ayat 13 dan 14.

“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain”.(13). “(yaitu) di Sidratul muntaha.” (14).

Dalam peristiwa naiknya Nabi Saw ke tempat yang paling tinggi di atas langit ke tujuh (sidratul muntaha-wajib percaya adanya tempat ini, tetapi sebaiknya tidak menerangkan sifat-sifatnya dengan keterangan yang berlebihan kecuali dari hadis, karena ini ghaib), menurut ayat di atas bahwa Nabi SAW melihat malaikat Jibril as dua kali dalam bentuk aslinya yaitu sekali pada saat menerima wahyu pertama dan kedua pada saat isra’ mi’raj.

Kejadian luar biasa ini terjadi pada malam 27 Rajab, satu tahun sebelum tahun Hijriyah – riwayat mashur demikian. Karen Amstrong – penulis buku laris A History of God – menulis dalam bukunya “Muhammad Sang Nabi”, bahwa peristiwa isra’ mi’raj terjadi pada saat Nabi SAW sedang mengunjungi saudara sepupunya Ummu Hani’, saudara perempuan Ali dan Ja’far (anak pamannya Abi Thalib) yang tinggal di dekat Ka’bah. Beliau bangun tengah malam dan membaca Al-Qur’an, kemudian beliau memutuskan tidur sejenak di Hijr, sebuah daerah tertutup di barat daya Ka’bah, kemudian beliau merasa seperti dibangunkan oleh Jibril ; dinaikan ke kuda surgawi yang dinamakan Buraq dan terbang melesat ke Masjidil Aqsa (isra’).

Karen juga melanjutkan bahwa mereka berdua (Muhammad dan Jibril) turun di kuil Mount dan disambut Ibrahim, Musa Yesus (Isa), dan sejumlah Nabi-nabi lain. Mereka memilih minum susu diantara pilihan lain – hal ini menandakan dua pilihan itu sebagai simbol bahwa Islam berusaha mengarahkan “ pertapaan” yang ekstrim dan hedoisme di sisi lain –yang ditawarkan pada mereka.

Sejarah lain dinukilkan dari hadis Anas bin Malik yang diriwayatkan oleh Ahmad bahwa didatangkan pada Nabi Buraq (binatang putih) lebih besar dari khamar dan susu. Selain itu riwayat Bukhari dari Anas bin malik dikatakan bahwa Jibril membeli hati lalu mencucinya kemudian dituangkan iman dan hikmah ke dada beliau.

Selepas isra’, Nabi SAW dan Jibril selanjutnya naik ke langit melalui “tangga/mi’raj”. Dari sumber yang sama dikatakan ketika Nabi naik ke tingkat pertama dari tujuh surga dan mulai menuju tahta Allah SWT (arash), beliau melihat surga pertama dikepalai oleh Nabi Adam, Yesus (Isa), dan John the Baptist (Yahya) di surga kedua, Yusuf di surga ketiga, Noch (Nuh) di surga keempat, Aaron (Harun)di surga kelima, lalu Musa di surga keenam, dan terakhir Nabi Ibrahim di surga ketujuh.

Itulah gambaran peristiwa isra’mi’raj–walaupun belum lengkap–yang sepenuhnya bagi kita merupakan sebagian dari keyakinan .

Bagaimana posisi peristiwa isra’ mi’raj sekarang? Saat ini, kita hidup di era millennium, segalanya serba modern. Hal-hal yang pada zaman dahulu belum mampu dilakukan kini terwujud misalnya pergi ke bulan dengan pesawat ruang angkasa atau menciptakan makhluk hidup dari rekayasa genetika – misalnya dolly (domba cloning), andi (monyet kloning) dan teman-temannya.

Bila kita korelasikan dengan peristiwa isra’mi’raj maka hal ini kemudian membuat orang-orang yang mulai sombong berseloroh melecehkan agama dan menganjurkannya untuk ditinggalkan.

Realita Islam–sejak,dari dahulu–lebih mengetahui IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) ketimbang kaum-kaum yang merasa baru mengecap dunia ilmiah, Islam lebih dahulu ilmiah. Bagaimana jelinya al-Qur’an menerangkan penciptaan awan, manusia, gunung, pemisah dua laut serta kejadian alam semesta yang sesuai dengan sains dan apa yang diteliti oleh para ahli fisika dan astronomi, kita tahu bahwa pada saat al-Qur’an diturunkan ilmu-ilmu tersebut belum lahir. Namun tentu saja sejarah ini bukan men-justifikasi ketertinggalan umat Islam sekarang dengan peradaban barat.

Manusia menurut mereka (orang-orang musyrik) hanyalah sekedar balutan kulit, daging, tulang dan bentuk fisik lainnya. Manusia adalah lebih dari itu.

Menurut psikologi islam manusia adalah ruh dan tubuh. Saat keduanya bertemu maka muncul jwa yang merupakan suatu sistem di mana komponen-komponen yang ada dalam diri berada dalam jiwa itu. Manusia dengan demikian memiliki potensi-potensi di antaranya kemampuan memasuli dunia ghaib dan kemampuan berada di dua lokasi (bilocation).
Isra’ mi’raj merupakan sesuatu yang harus kita percayai, yakini, dan imani karena benar-benar terjadi. Dalam surat Fushilat Allah Swt menyatakan dengan jelas adanya tujuh alam yang diciptakan-Nya bersama-sama dengan alam yang kita huni ini:

“Maka Allah menjadikan tujuh langit (ruang alam) dalam dua hari dan mewahyukan perintah-Nya pada tiap-tiap langit(ruang alam) itu; dan kami hiasi langit dunia itu dengan pelita/bintang-bintang.”

Dengan demikian ada enam alam lain yang tak dapat kita hubungi itu adalah alam ghaib yang memiliki hukum-hukumnya sendiri (sunnatullah) sesuai dengan perintahnya Allah SWT.

Menurut Quraish shihab sesuatu yang mustahil dapat dibagi menjadi dua. Mustahil karena akal kita dan mustahil menurut kebiasaan. Kita sering menilai sesuatu itu mustahil karena akal kita telah terpaku dengan kebiasaan atau dengan hukum-hukum alam/hukum sebab dan akibat yang kita ketahui sehingga bila ada peristiwa yang tidak sesuai dengan hukum itu kita langsung spontan mengatakan tidak rasional/mustahil. Enam alam ghaib yang dijelaskan oleh surat Fushilat tadi memiliki hukum yang berbeda dengan alam kita ini, oleh karenanya hal-hal yang akan kita alami di alam itu merupakan keanehan yang irasional.

Ketika isra’ mi’raj Rasulullah menyaksikan hal-hal yang tidak dapat terjadi di alam kita, maka kita dapat mengatakan bahwa perjalanan itu terjadi di alam lain yang ghaib, tidak berhubungan dengan kita, sehingga tak dapat kita teliti hukum-hukum pengaturannya.

Lain halnya dengan pendapat salah satu ahli astrofisika dengan different point of view, mengatakan bahwa jika berdasarkan teori relativitas Albert Einstein yaitu E=m.c.2, pesawat ruang angkasa apa pun apabila tidak dapat mentransformasikan massa menjadi foton (sesuatu tanpa materi, hanya energi) maka tidak akan mampu melesat secepat kecepatan cahaya (c).

Buraq, sebagaimana diibaratkan “pesawat ruang angkasa”, tentunya mampu menyamai kecepatan cahaya bahkan lebih (belum dipastikan bahwa di dunia ini apakah kecepatan cahaya adalah yang tercepat). Oleh karena itu, benda apapun bila dapat merubah massanya menjadi tak bermateri maka pastilah dapat menembus ruang angkasa ini.

Apapun penelitian mengenai isra’ mi’raj pada dasarnya bukan karena subyektifitas agama akan tetapi diikut sertakan pula alasan-alasan yang ilmiah. Ketika umat Islam memperingati peristiwa dasyat sekitar 14 abad yang lalu maka hendaklah menjadi barometer dalam meningkatkan dan memacu keimanan kita saat diingatkan dengan makna yang terkandung di dalamnya. Perintah sholat lima waktu yang menjadi kewajiban bagi setiap muslim, disamping sholat menempati kedudukan yang tinggi dalam rukun Islam.

Kita patut bersyukur, bagaimana jadinya bila shalat dijalankan 50 waktu sehari? Oleh sebab itu tradisi sholat lima waktu menunjukan bahwa agama tidak dimaksudkan sebagai beban yang memberatkan akan tetapi ini merupakan penerapan disiplin waktu, kebersihan tangggung jawab sebagai manusia terhadap penciptanya.

Semoga tanda-tanda kebesaran Allah yang diperlihatkan kepada Nabi-nya dapat menyadarkan dan menguatkan iman kita akan betapa luasnya jagat raya serta betapa agungnya sang pencipta. Wallahu a’lam bi shawab

01\09\200506\08/20071/08/2008

Wanita "The Second Sex"


kesan akan buku the princess
By taher heringuhir

(maaf bahasa di bawah ini sarkastik, aku hanya sekedar mencoba berontak atas mainstream bahasa sastra. Hasilnya aneh juga sih, tapi simak aja dulu deh)

Dari dulu diskursus tentang wanita telah mengundang banyak pendapat atau persepsi yang tak pernah habis juntrungannya. Dari mulai awal penciptaannya ampe perannya (roles of women) dalam peradaban manusia. Tapi intinya wanita adalah makhluk halus bukan setan, genderuwo en sejenisnya yang yang begitu indah bila dipandang dari sisi mana pun, kaga pernah ngebosenin.

Btw, dulu, cewek biasanya disebut perempuan, cuman karna muncul banyak kata yang menyanding kata perempuan itu terlalu menegasikan aspek-aspek kemuliaan wanita (perempuan jalang, perempuan malam, lacur, dll) maka istilah perempuan lambat laun diganti ama wanita (istilah pemburukan makna itu bahasa indonesianya: peyorasi, kalo ga salah, dah lama banget kaga belajar sih).

Tau ah, apa pun kata yang digunain buat nampilin sosok nan elok ini, baik wanita, perempuan, cewek, atau wadon yang penting adalah ia merupakan manusia yang paling berjasa dalam perjuangan mempertahankan eksistensi manusia di planet bumi ini. Sepakat kan.

Dalam perjalanannya, wanita (gue pake nomenklatur wanita aja) selalu menjadi fenomena yang selalu terpahat dalam lembaran sejarah dunia. Kenal Cleopatra kan? Ratu yang dibuang oleh kakaknya kemudian akhirnya ia berhasil kembali untuk menaklukan Kaisar omawi. Ada lagi Ratu Balqis dan Hatsepsuit. Nama terakhir yang disebut itu sepengetahuan gue dari buku bahwa dia memerintah Mesir selama lebih dari 20 taon. Gila betah amat, tapi yang jelas masih kalah sih sama Presiden Soeharto, 32 tahun memerintah kita.

Nah kalo di dunia sufi lo mungkin inget satu nama: Rabiatul Adawiyah yang populer dengan konsep mahabbah-nya pada Sang Khalik (gue jadi inget lirik sufistiknya ……mau gue tulis tapi lupa, kalo kaga salah Rabiatul nyembah Allah bukan karena ngarep surga atau takut neraka, tapi emang karena Allah semata, subhanallah ya).

Wah pokoknya bejibun dah tokoh wanita di dunia enni. Nah dalam kaitan ini gue mau ngasi kesan tentang sebuah novel (di covernya tertulis kisah nyata, berarti memoar ya) yang baru gue pinjem bersama lima novel lainnya (hehe…minjem atau ngerampok, dasar kaga modal).

Judul tu buku "Princess: Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi". Dikisahkan oleh Sultana tokohnya) lalu kemudian ditulis oleh sahabatnya Jean P Sasson (penulis). Yah ceritanya menyangkut ma kaum wanita seperti yang gue perkenalkan di atas.

Menurut gue, Sultana salah satu cewek yang mengukir sejarah walaupun pengaruhnya belum sepenuhnya diekspos dunia, sebagaimana tokoh-tokoh populis di atas. Dari judul buku gue da dapat konklusi apa aja isinya, meskipun banyak yang melenceng dari prediksi gue.

Banyak banget yang gue dapat dari baca buku ini. Gue jadi tahu posisi wanita di Arab pada umumnya yakni berada pada: second sex (benar-benar jadi jenis kelamin kedua), maksudnya jadi subordinate laki-laki, marjinal. Padahal dalam agama Islam derajat antara wanita dan pria ga ada hierarki, yang membedakan adalah kedekatan kita pada-Nya walaupun wilayah praksis dalam ibadah pria adalah pemimpin namun bukan berarti wanita lebih rendah kan.

Kesian banget ya (kadang gue jadi bersyukur dilahirkan sebagai laki-laki, sigh). Apa pun itu gue prihatin banget. Dari bab atu mpe selesai gue disuguhin kisah tragis yang sebenarnya bermuara pada satu persoalan yang sama dan ini sudah berada pada tahap kultural dan struktural (ilmiyah ya kedengerannya). ah biar enak gue ambil inti-intinya ya:

- Gue jadi paham kenapa Pria Arab memperlakukan istri-istri (umumnya empat istri sesuai jumlah maksimal yang diperbolehkan dalam agama Islam), mereka se'enae dewek. Gila, mas kawin/maharnya aja ampe 27.000 USD (100.000 Real) gimana kaga miris yang mau kawin (h. 294).

Kalo tu cowok miskin bakal jadi bujang apuk deh. Pantes aja, logikanya begini : "Gue dah beli mahal-mahal yah terserah gue dong mau diapain? Ya kan?

- Gue jadi mahfum orang Arab yang pake paham Wahhabi emang ekstrim.
Patriarki banget. Tafsir-tafsir dari paham ini juga bias gender banged. Wanita ga boleh nyetir, ga boleh keluar rumah tanpa didampingi muhrim dll.

- N Gue jadi tahu (pake h ) kenapa TKW kita pada disiksa di Arab, wong wanita selain Arab dianggap rendah kelasnya udah gitu pendidikan TKW kita rendah juga. Mereka mempekerjakan pembantu itu artinya mereka membayar gaji mereka, konsekuensinya mereka berhak atas diri tu pembantu. Terserah mau diapain, lazimnya babu "digarap" oleh majikan sama anaknya, salome.

Menyedihkan. Emang maniak seks banget ya (lo tau? bener ga sih, "dick" orang Arab itu lebih "large" dari yang bukan orang Arab, btw berapa centimeter ya? Diameternya berape?,heheh jadi piktor deh gue. Tapi kata temen gue emang "gede". Ah yaudalah

-,Terus, gue jadi ngertos (sebenarnya dah tahu sebelum baca ini buku) pria punya sex appeal yang berbeda dengan wanita. Tabiat dan nafsuseks pria ditandai dengan nafsu yang keras dan mendesak-desak seperti halnya pemburu mengejar mangsa kaya di pilem dokumenter National Geography. Karakternya cenderung kepada insting kehewanan (bahasa Arabnya al-anthrus: setengah di bawah derajat hewan, setengah lebih tinggi dari budak—ini bahasa buku, cuman gue lupa referensinya).

- Gue juga jadi tahu kenape sebagian wanita-wanita Arab itu desperate. WAnita yang notabene pake abaya dan cadar serba item ini ternyata ga sesuci yang kita kira. Mereka melakukan free sex karena tidak ada harapan akan masa depan.

Yah kaya sebagian mahasiswi di Indonesia. Cuma alasannya di Indonesia berbeda jauh. Ngebahas kemunafikan teringat kepura-puraan para selebritis kita. Tau kan kasus Rosa ciuman bibir ma Ivan Gunawan? padahal da punya suami (hehe doyan gossip juga ya), wah kaga pantes tuh nyanyi soundtrack Ayat-Ayat Cinta (ngerusak makna tulagu), semoga aja para pemeran pilem yat-Ayat Cinta kaya Rianti Cartwright, Fedi Nuril, Carissa, dan Zaskia sesuai sama karakter yang diperankan, minimal mendekatilah. Kok jadi ngalor ngidul gini.Nah gue mau menyoroti kasus di atas. Sesuai apa yang diceritakan si Sultana (tokoh) dalam kehidupannnya bahwa sebagian wanita Arab melakukan perlawanan dengan cara yang laten (terselubung).

Mereka mau pria-pria Arab yang akan menjadikan mereka istri di mana sebelumnya telah terbiasa menjamah wanita lainnya (entah libanon,Amerika dsb) mendapati istri mereka masih perawan. Struggle for revenge mungkin, jadi sebelum malam pertama wanita Arab telah lebih dahulu melakukan hubungan seksual walaupun ga ampe penetrasi.

Biar adil mungkin. Ada juga yang menyembunyikan ketidakperawanan mereka dengan melakukan operasi selaput dara. Dan yang lebih mengerikan dan jijiknya lagi wanita yang tak perawan meletakan beberapa helai hati domba dalam vaginanya (h.273).

Huuh. Gimana rasanya yah? au ah (sabar her, nikah dulu…)Tentang hal ini gue pernah diceritain temen gue (cewek):

"Her lo tau ga?" sapa temen gue
"Ga"
"Kenapa emang."
"Gini, temen gue kan baru merit kemarin."
"Trus, lo mau nyusul?" jawab gue.
"Yee, ngarang, bukan gitu"
"Lah trus?""Gini, temen gue yang baru merit cerita kalo dia takut banget pasmalam pertama anunya kaga bedarah." Temen gue mulai serius, gue juga.
"Wah kacau berarti kaga perawan dong?" sahut ue nyelidik
"Dasar cowok kaga ngerti, ga bedarah bukan berarti tu cewek gaperawan, tapi mang selaput daranya elastis." Temen gue ngejelasin lebih serius, seserius mukanya
"Wah enarik nih, trus?"
"iya dia takut banget dicurigai udah ga perawan sebelumnya, dia was-was banget gimana caranya biar suaminya percaya, akhirnya lo tau apa yang dia lakuin?" GUe geleng kepala so' paham
"Dia nyiletin tangannya pas di WC, nah pas di ranjang, darahnya dicipratin di seprai, yah ampun her dia cerita ke gue ampe nangis, gue ga tega banget."
"Astagfirullah"

Sumpah ini cerita beneran gue alamin.Asli Cccck………… Inilah potret kelam kalau bicara masalah ini: virgin.Keperawanan adalah satu hal yang disinggung dalam kisah Sultana ini.

Selaput dara hanyalah sebuah organ tubuh yang fungsinya sama pentingnya dengan organ-organ yang lain, tapi kenapa jadi icon sebuah "kehormatan". Kalo ada wanita yang selaput daranya elastis dan memang sangat comfortable (dapat melar, melebar dan mengkerut) pada saat penetrasi dari si pria dan itu tidak mnyebabkan pendarahan nah sudah pasti menunggu diceraikan oleh pihak suami padahal tu wanita masih suci, gadis, mateng, dan ranum (emang mangga?)

Nah seharusnya kaum pria Arab (juga seluruh pria konservatif bin kolot di belahan bumi) dirubah pemahamannya. Kalo kaya gitu terus kesian banget si wanita kalo malam pertama seprai ga da bercak merah.

Merubah mindset emang susah karena kultur Arab sudah dari sononya begitu, butuh perjuangan dari siapa pun (dalam novel ini wanita) yang ga mudah seperti apa yang dilakukan Sultana. Padahal Mr.Simone De Beauvoir (feminis tulen) nyang nulis buku second sex bilang :….perempuan bukan merupakan tiruan laki-laki yang tak berguna, melakinkan merupakan tempat yang mempesona di mana aliansi yang hidup antara laki-laki dan alam semesta dihadirkan. Jika perempuan lenyap,laki-laki akan sendirian, orang asing tanpa paspor dalam dunia yang membeku. Ia adalah bumi itu sendiri yang diangkat menuju kehidupan tinggi, bumi menjadi peka dan senang; dan tanpa dirinya, bagi laki-laki bumi terasa SUNYI dan MATI…..

Wah bener banget tuh. Kalo elo pada hormat ma wanita, sama aja lo mengangkat harkat derajat kaum dari nyokap lo, ibu sebuah generasi. Nah nyambung lagi, kalo kasus yang diceritain temen gue terjadi pada umumnya wanita-wanita di Indonesia berarti kaum pria kudu dikasi penataran keperawanan atau seminar sex kali. Setuju?

Terakhir tentang novel ini singkat aja, Dalam novel ini mengajarkan kita bagaimana menciptakan komunikasi yang asertif antara dua jenis manusia. Meskipun ngebaca ni novel, jujur gue belum dapat klimaks dari kisah ini coz datar aja gitu, dari bab satu ampe terakhir. Semuanya hampir seragam kisahnya. Tetapi bagian terakhir di epilog pengetahuan sejarah gue nambah juga sih.hehe..

Novel ini bagus apalagi buat perjuangan kaum feminis yang tetap concern dalam mengobarkan gairah kesetaraan antara pria dan wanita. Karena apa pun jenis kelamin bukan hukuman tapi sebuah anugerah agung dari maha agung yakni Allah SWT. Keseimbangan perlu dibina, perbedaan harus disyukuri, dan keadilan tentunya mutlak ditegakkan.

Seperti sebuah adagium : pria bagai jarum dan wanita adalah magnet yang selalu mempunyai daya tarik yang luar biasa kuatnya.

08/02/08Kritik dan saran tas esai lepas ini dapat dilayangkan ke:tahersale@gmail.com//tahernovosellic@plasa.com

Entri Populer

Penayangan bulan lalu