gambar, putihkucing.blogspot |
KADANG-KADANG saya
menggumam sendiri: bisa enggak sih saya menjadi penulis, tapi apa yang mau
ditulis? Fiksi, nonfiksi, atau apa? Pernah suatu kali saya mau menulis sebuah
novel. Ada mungkin sekitar 1.500 karakter sudah saya ketik di laptop, temanya
soal cinta..hahaah..tapi kok buntu ya, apa karena saya sudah tak mungkin lagi
jatuh cinta untuk yang kedua kali?
Tapi sudahlah, lupakan.
Saya akhirnya berhenti menulis tentang cinta, karena tadi itu, saya khawatir
kurang mendalami. Barangkali saya bukan seorang pujangga yang pandai merangkai
kata, kata Base Jam. Persoalan cinta memang tak mudah diutarakan dengan
kata-kata. Maka hebatlah para novelis yang mampu membuat saya terpana, terharu
membaca novel mereka, puisi-puisi mereka. Itu yang membuat saya ingin jatuh
cinta lagi.
“Setiap hembusan angin
membawa harumanmu
Untukku
Setiap kicauan burung
mendendangkan namamu
untukku
Setiap mimpi yang hadir
membawa wajahmu
untukku
Aku milikmu, aku milikmu
jauh maupun dekat
Dukamu adalah dukaku
seluruhnya milikku
di manapun ia
tertambat.”
Gila ini lirik yang
ditulis seorang sufi Persia, Hakim Nizami Ganjavi dalam kisah kesohor Laila
Majnun.
“Bukankah suatu kegilaan
bila kita terbakar selamanya
dalam nyalaan api?
Bukankah suatu kegilaan
jika tidak makan dan tidur sedikitpun?
Semakin obat dicari
semakin parah sakitnya
Begitu dekat, namun
terasa begitu jauh.”
Saya kadang ingin sekali
mengumbar kata-kata asmara sampai tandas seperti Nizami itu. Saya mencoba,
misalnya, ‘Ah! Hatiku tak mau memberi...Mampus kau dikoyak-koyak sepi.” Eh ini
sajaknya Chairil Anwar. Ah, saya memang tak berbakat menulis novel atau puisi.
“Jika kau tak memberiku
hati, berilah nafas ini untuk mencinta”...apa
sih...**^^&%*$&...Kayaknya saya kok kurang romantis yah, kurang pintar
melumat kalimat asmara seperti kepintaran Habiburrahman El Shirazy menulis
novel Ayat-Ayat Cinta.
“Wahai orang yang lembut
hatinya, Anggaplah saat ini Aku sedang mencium kedua telapak kakimu, dengan air
mata haruku.” Dahsyat ini.
Oke, saya belum sampai
ke tahap itu. Lebih tepatnya belum berani memulai. Baiklah, saya berusaha
mencoba tema baru. Saya mau menulis tentang perjalanan hidup.
Nama saya Tahir, umur
sekian, lahir tanggal sekian, asal Flores.
Bla....bla..
Bla.. bla....Duh garing
banget.
Kayaknya terlalu
berlebihan, memangnya saya ini siapa. Dan siapa yang mau mengorbankan waktu
yang berharga mereka untuk membaca perjalanan hidup saya? Saya cuma butiran
debu, cuma riak kecil ombak. Apakah menarik perjalanan hidup saya bagi orang
lain? Barangkali menarik, tapi apa? Di situ kadang saya merasa sedih..loh.
Baiklah, saya akan
menulis tentang perusahaan tempat saya bekerja. Tapi nanti sajalah. Semua orang
punya kisah masing-masing, kenangan-kenangan. Lalu apa yang menarik dari
kisahku? Jadi saya benar-benar bingung tema apa yang bisa saya tulis.