Rabu, 30 Juli 2008

Wanita "The Second Sex"


kesan akan buku the princess
By taher heringuhir

(maaf bahasa di bawah ini sarkastik, aku hanya sekedar mencoba berontak atas mainstream bahasa sastra. Hasilnya aneh juga sih, tapi simak aja dulu deh)

Dari dulu diskursus tentang wanita telah mengundang banyak pendapat atau persepsi yang tak pernah habis juntrungannya. Dari mulai awal penciptaannya ampe perannya (roles of women) dalam peradaban manusia. Tapi intinya wanita adalah makhluk halus bukan setan, genderuwo en sejenisnya yang yang begitu indah bila dipandang dari sisi mana pun, kaga pernah ngebosenin.

Btw, dulu, cewek biasanya disebut perempuan, cuman karna muncul banyak kata yang menyanding kata perempuan itu terlalu menegasikan aspek-aspek kemuliaan wanita (perempuan jalang, perempuan malam, lacur, dll) maka istilah perempuan lambat laun diganti ama wanita (istilah pemburukan makna itu bahasa indonesianya: peyorasi, kalo ga salah, dah lama banget kaga belajar sih).

Tau ah, apa pun kata yang digunain buat nampilin sosok nan elok ini, baik wanita, perempuan, cewek, atau wadon yang penting adalah ia merupakan manusia yang paling berjasa dalam perjuangan mempertahankan eksistensi manusia di planet bumi ini. Sepakat kan.

Dalam perjalanannya, wanita (gue pake nomenklatur wanita aja) selalu menjadi fenomena yang selalu terpahat dalam lembaran sejarah dunia. Kenal Cleopatra kan? Ratu yang dibuang oleh kakaknya kemudian akhirnya ia berhasil kembali untuk menaklukan Kaisar omawi. Ada lagi Ratu Balqis dan Hatsepsuit. Nama terakhir yang disebut itu sepengetahuan gue dari buku bahwa dia memerintah Mesir selama lebih dari 20 taon. Gila betah amat, tapi yang jelas masih kalah sih sama Presiden Soeharto, 32 tahun memerintah kita.

Nah kalo di dunia sufi lo mungkin inget satu nama: Rabiatul Adawiyah yang populer dengan konsep mahabbah-nya pada Sang Khalik (gue jadi inget lirik sufistiknya ……mau gue tulis tapi lupa, kalo kaga salah Rabiatul nyembah Allah bukan karena ngarep surga atau takut neraka, tapi emang karena Allah semata, subhanallah ya).

Wah pokoknya bejibun dah tokoh wanita di dunia enni. Nah dalam kaitan ini gue mau ngasi kesan tentang sebuah novel (di covernya tertulis kisah nyata, berarti memoar ya) yang baru gue pinjem bersama lima novel lainnya (hehe…minjem atau ngerampok, dasar kaga modal).

Judul tu buku "Princess: Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi". Dikisahkan oleh Sultana tokohnya) lalu kemudian ditulis oleh sahabatnya Jean P Sasson (penulis). Yah ceritanya menyangkut ma kaum wanita seperti yang gue perkenalkan di atas.

Menurut gue, Sultana salah satu cewek yang mengukir sejarah walaupun pengaruhnya belum sepenuhnya diekspos dunia, sebagaimana tokoh-tokoh populis di atas. Dari judul buku gue da dapat konklusi apa aja isinya, meskipun banyak yang melenceng dari prediksi gue.

Banyak banget yang gue dapat dari baca buku ini. Gue jadi tahu posisi wanita di Arab pada umumnya yakni berada pada: second sex (benar-benar jadi jenis kelamin kedua), maksudnya jadi subordinate laki-laki, marjinal. Padahal dalam agama Islam derajat antara wanita dan pria ga ada hierarki, yang membedakan adalah kedekatan kita pada-Nya walaupun wilayah praksis dalam ibadah pria adalah pemimpin namun bukan berarti wanita lebih rendah kan.

Kesian banget ya (kadang gue jadi bersyukur dilahirkan sebagai laki-laki, sigh). Apa pun itu gue prihatin banget. Dari bab atu mpe selesai gue disuguhin kisah tragis yang sebenarnya bermuara pada satu persoalan yang sama dan ini sudah berada pada tahap kultural dan struktural (ilmiyah ya kedengerannya). ah biar enak gue ambil inti-intinya ya:

- Gue jadi paham kenapa Pria Arab memperlakukan istri-istri (umumnya empat istri sesuai jumlah maksimal yang diperbolehkan dalam agama Islam), mereka se'enae dewek. Gila, mas kawin/maharnya aja ampe 27.000 USD (100.000 Real) gimana kaga miris yang mau kawin (h. 294).

Kalo tu cowok miskin bakal jadi bujang apuk deh. Pantes aja, logikanya begini : "Gue dah beli mahal-mahal yah terserah gue dong mau diapain? Ya kan?

- Gue jadi mahfum orang Arab yang pake paham Wahhabi emang ekstrim.
Patriarki banget. Tafsir-tafsir dari paham ini juga bias gender banged. Wanita ga boleh nyetir, ga boleh keluar rumah tanpa didampingi muhrim dll.

- N Gue jadi tahu (pake h ) kenapa TKW kita pada disiksa di Arab, wong wanita selain Arab dianggap rendah kelasnya udah gitu pendidikan TKW kita rendah juga. Mereka mempekerjakan pembantu itu artinya mereka membayar gaji mereka, konsekuensinya mereka berhak atas diri tu pembantu. Terserah mau diapain, lazimnya babu "digarap" oleh majikan sama anaknya, salome.

Menyedihkan. Emang maniak seks banget ya (lo tau? bener ga sih, "dick" orang Arab itu lebih "large" dari yang bukan orang Arab, btw berapa centimeter ya? Diameternya berape?,heheh jadi piktor deh gue. Tapi kata temen gue emang "gede". Ah yaudalah

-,Terus, gue jadi ngertos (sebenarnya dah tahu sebelum baca ini buku) pria punya sex appeal yang berbeda dengan wanita. Tabiat dan nafsuseks pria ditandai dengan nafsu yang keras dan mendesak-desak seperti halnya pemburu mengejar mangsa kaya di pilem dokumenter National Geography. Karakternya cenderung kepada insting kehewanan (bahasa Arabnya al-anthrus: setengah di bawah derajat hewan, setengah lebih tinggi dari budak—ini bahasa buku, cuman gue lupa referensinya).

- Gue juga jadi tahu kenape sebagian wanita-wanita Arab itu desperate. WAnita yang notabene pake abaya dan cadar serba item ini ternyata ga sesuci yang kita kira. Mereka melakukan free sex karena tidak ada harapan akan masa depan.

Yah kaya sebagian mahasiswi di Indonesia. Cuma alasannya di Indonesia berbeda jauh. Ngebahas kemunafikan teringat kepura-puraan para selebritis kita. Tau kan kasus Rosa ciuman bibir ma Ivan Gunawan? padahal da punya suami (hehe doyan gossip juga ya), wah kaga pantes tuh nyanyi soundtrack Ayat-Ayat Cinta (ngerusak makna tulagu), semoga aja para pemeran pilem yat-Ayat Cinta kaya Rianti Cartwright, Fedi Nuril, Carissa, dan Zaskia sesuai sama karakter yang diperankan, minimal mendekatilah. Kok jadi ngalor ngidul gini.Nah gue mau menyoroti kasus di atas. Sesuai apa yang diceritakan si Sultana (tokoh) dalam kehidupannnya bahwa sebagian wanita Arab melakukan perlawanan dengan cara yang laten (terselubung).

Mereka mau pria-pria Arab yang akan menjadikan mereka istri di mana sebelumnya telah terbiasa menjamah wanita lainnya (entah libanon,Amerika dsb) mendapati istri mereka masih perawan. Struggle for revenge mungkin, jadi sebelum malam pertama wanita Arab telah lebih dahulu melakukan hubungan seksual walaupun ga ampe penetrasi.

Biar adil mungkin. Ada juga yang menyembunyikan ketidakperawanan mereka dengan melakukan operasi selaput dara. Dan yang lebih mengerikan dan jijiknya lagi wanita yang tak perawan meletakan beberapa helai hati domba dalam vaginanya (h.273).

Huuh. Gimana rasanya yah? au ah (sabar her, nikah dulu…)Tentang hal ini gue pernah diceritain temen gue (cewek):

"Her lo tau ga?" sapa temen gue
"Ga"
"Kenapa emang."
"Gini, temen gue kan baru merit kemarin."
"Trus, lo mau nyusul?" jawab gue.
"Yee, ngarang, bukan gitu"
"Lah trus?""Gini, temen gue yang baru merit cerita kalo dia takut banget pasmalam pertama anunya kaga bedarah." Temen gue mulai serius, gue juga.
"Wah kacau berarti kaga perawan dong?" sahut ue nyelidik
"Dasar cowok kaga ngerti, ga bedarah bukan berarti tu cewek gaperawan, tapi mang selaput daranya elastis." Temen gue ngejelasin lebih serius, seserius mukanya
"Wah enarik nih, trus?"
"iya dia takut banget dicurigai udah ga perawan sebelumnya, dia was-was banget gimana caranya biar suaminya percaya, akhirnya lo tau apa yang dia lakuin?" GUe geleng kepala so' paham
"Dia nyiletin tangannya pas di WC, nah pas di ranjang, darahnya dicipratin di seprai, yah ampun her dia cerita ke gue ampe nangis, gue ga tega banget."
"Astagfirullah"

Sumpah ini cerita beneran gue alamin.Asli Cccck………… Inilah potret kelam kalau bicara masalah ini: virgin.Keperawanan adalah satu hal yang disinggung dalam kisah Sultana ini.

Selaput dara hanyalah sebuah organ tubuh yang fungsinya sama pentingnya dengan organ-organ yang lain, tapi kenapa jadi icon sebuah "kehormatan". Kalo ada wanita yang selaput daranya elastis dan memang sangat comfortable (dapat melar, melebar dan mengkerut) pada saat penetrasi dari si pria dan itu tidak mnyebabkan pendarahan nah sudah pasti menunggu diceraikan oleh pihak suami padahal tu wanita masih suci, gadis, mateng, dan ranum (emang mangga?)

Nah seharusnya kaum pria Arab (juga seluruh pria konservatif bin kolot di belahan bumi) dirubah pemahamannya. Kalo kaya gitu terus kesian banget si wanita kalo malam pertama seprai ga da bercak merah.

Merubah mindset emang susah karena kultur Arab sudah dari sononya begitu, butuh perjuangan dari siapa pun (dalam novel ini wanita) yang ga mudah seperti apa yang dilakukan Sultana. Padahal Mr.Simone De Beauvoir (feminis tulen) nyang nulis buku second sex bilang :….perempuan bukan merupakan tiruan laki-laki yang tak berguna, melakinkan merupakan tempat yang mempesona di mana aliansi yang hidup antara laki-laki dan alam semesta dihadirkan. Jika perempuan lenyap,laki-laki akan sendirian, orang asing tanpa paspor dalam dunia yang membeku. Ia adalah bumi itu sendiri yang diangkat menuju kehidupan tinggi, bumi menjadi peka dan senang; dan tanpa dirinya, bagi laki-laki bumi terasa SUNYI dan MATI…..

Wah bener banget tuh. Kalo elo pada hormat ma wanita, sama aja lo mengangkat harkat derajat kaum dari nyokap lo, ibu sebuah generasi. Nah nyambung lagi, kalo kasus yang diceritain temen gue terjadi pada umumnya wanita-wanita di Indonesia berarti kaum pria kudu dikasi penataran keperawanan atau seminar sex kali. Setuju?

Terakhir tentang novel ini singkat aja, Dalam novel ini mengajarkan kita bagaimana menciptakan komunikasi yang asertif antara dua jenis manusia. Meskipun ngebaca ni novel, jujur gue belum dapat klimaks dari kisah ini coz datar aja gitu, dari bab satu ampe terakhir. Semuanya hampir seragam kisahnya. Tetapi bagian terakhir di epilog pengetahuan sejarah gue nambah juga sih.hehe..

Novel ini bagus apalagi buat perjuangan kaum feminis yang tetap concern dalam mengobarkan gairah kesetaraan antara pria dan wanita. Karena apa pun jenis kelamin bukan hukuman tapi sebuah anugerah agung dari maha agung yakni Allah SWT. Keseimbangan perlu dibina, perbedaan harus disyukuri, dan keadilan tentunya mutlak ditegakkan.

Seperti sebuah adagium : pria bagai jarum dan wanita adalah magnet yang selalu mempunyai daya tarik yang luar biasa kuatnya.

08/02/08Kritik dan saran tas esai lepas ini dapat dilayangkan ke:tahersale@gmail.com//tahernovosellic@plasa.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

Penayangan bulan lalu