Sudah hampir 2 pekan Yusuf Unyil, 25, menunggu turunnya surat tanda nomor kendaraan (STNK) Honda Revo Absolute yang bulan lalu dikreditnya melalui salah satu perusahaan pembiayaan di wilayah Jati Asih, Bekasi.
Padahal hari raya tinggal menghitung hari antara 20 September atau 21 September, tetapi surat sakti tanda bukti identitas kendaraan itu tak juga nongol. Jika STNK urung didapatnya, pria asli Kalimantan yang ingin mudik ke keluarga istrinya di daerah Cirebon, Jawa Barat itu terancam tertunda.
"'Saya pengennya sih sebelum Lebaran sudah ada (STNK) biar malam takbiran di kampung istri, tetapi belum ada juga nih. Dijanjiin diler sih maksimal 14 hari kerja,'' gerutunya.
Tahun lalu, karyawan perusahaan yang bergerak di jasa penagihan (debt collector) sebuah bank swasta ini mudik ke kota istrinya itu dengan menggunakan kereta api, sedangkan tahun ini dia ingin alternatif baru menunggangi 'kuda besi' karena lebih irit dan fleksibel.
Yusuf tak sendiri, pertengahan Juli, Aswin, 29, juga mengajukan aplikasi kredit motor Yamaha Jupiter. Menurut rencana, untuk keperluan mudik Lebaran tahun ini. Bedanya, STNK sudah di tangan sehingga momen sakral tahunan itu bisa dirasakan di kampung halamannya di Purwodadi, Jawa Tengah.
"'Mudik pake motor emang berisiko. Berangkat pukul 4 pagi, sampai ke sana kadang-kadang jam 6 petang. Saya masih bujang jadi masih amanlah naik motor, lagian juga bareng rekan-rekan kerja yang sama satu kampung,"' kata Aswin, karyawan pabrik garmen di Kawasan Berikat Pulo Gadung, Jakarta Timur ini.
Mudik saat Lebaran merupakan tradisi yang tak pernah hilang. Para pemudik menempuh berbagai cara agar dapat merayakan Idulfitri bersama keluarga di kampung halaman. Hal ini pula yang dirasakan Muhammad Syuaib, 29, karyawan multifinance kendaraan bermotor, yang sudah 5 tahun terakhir memilih mudik ke Magelang dengan mengendarai sepeda motornya.
"Ogah numpang angkutan umum karena padat. Kalau naik bus kan tiket cepet banget habis. Kalau motor kan nyantai," katanya.
Pulang kampung dengan mencicil sepeda motor guna menekan pengeluaran ini setiap tahun terjadi, sehingga dimanfaatkan oleh hampir semua perusahaan pembiayaan untuk menarik konsumen dengan bunga yang rendah dan proses mudah.
Sebagian pemudik memang memilih menggunakan motor sebagai alat transportasi ketimbang kereta api, bus, dan pesawat. Selain murah, penetrasi kendaraan yang dijuluki 'raja jalanan' ini menjadi kelebihan tersendiri.
Dengan momen Lebaran ini, permintaan kredit kendaraan khususnya roda dua diperkirakan meningkat hingga 20% dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Bahkan, sebagian pelaku usaha meyakini penjualan kendaraan bermotor mengalami puncaknya pada Agustus. Bulan lalu, angka penjualan motor menembus level tertinggi pada tahun ini.
"'Penjualan motor peak-nya adalah Agustus karena permintaan jelang hari raya ini naik tajam terutama motor. Entah untuk kendaraan mudik sekalian pamer di kampung halaman. Bulan puasa ini naik 15%-20% dari sebelumnya,'' ujar Hafid Hadeli, Direktur PT Adira Dinamika Multifinance Tbk (Adira Finance).
Selain Adira yang juga mencatatkan kinerja booking hingga Rp8,6 triliun sampai dengan Agustus, PT Bussan Auto Finance (BAF) juga mengklaim menjadi multifinance dengan penyaluran kredit terbesar pada bulan lalu seiring dengan naiknya penjualan Yamaha dari Juli sebanyak 262.799 unit menjadi 287.560 unit pada Agustus.
"Lebaran memang memberi berkah bagi pemudik maupun perusahaan pembiayaan," kata Armando Lung, Direktur BAF.
Gunadi Sindhunata, Presdir Indomobil Group, menegaskan kebutuhan atas kendaraan roda dua terus meningkat setiap tahun bukan hanya persoalan untuk Lebaran. Apalagi di Tanah Air rasio kepemilikan kendaraan bermotor masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya.
"Kita delapan orang satu motor, Thailand dan Malaysia empat orang satu motor, maka kita harus berlari dua kali lipat. Selain itu masyarakat membutuhkan transportasi yang murah dan kebutuhan ini belum dipenuhi oleh proyek pemerintah,'' katanya.
Awasi NPL
Direktur Biro Riset Infobank Eko B Supriyanto menilai dengan meningkatnya pembelian kendaraan menjelang Lebaran maka yang perlu diperhatikan adalah peningkatan tingkat kredit bermasalah (NPL) akibat tingginya suku bunga dan penurunan aktivitas ekonomi sebelumnya.
"'Indikasi naiknya permintaan bisa dilihat dari peningkatan aktivitas di beberapa showroom yg mempunyai kerja sama dengan perusahaan pembiayaan, tetapi multifinance juga perlu memperhatikan kredit macet," katanya.
Eko mengatakan persoalan suku bunga dan likuiditas sudah tidak menjadi halangan saat ini. Pasalnya, tren penurunan suku bunga dan ketersediaan likuiditas perbankan yang mencukupi. Kondisi ini berbeda dengan triwulan pertama tahun ini.
Kehati-hatian memberikan kredit terhadap pemudik yang mengajukan kredit baru semestinya menjadi perhatian multifinance tidak hanya mengejar target bulan puasa. Saiful Ichlas, Corporate Secretary PT Summit Oto Finance (SOF), menegaskan dengan permintaan kredit menjelang Lebaran yang tinggi ini mendorong perusahaan menerapkan manajemen yang baik guna menekan kredit macet bermasalah.
Dengan usaha yang selama ini dilakukan perusahaan pembiayaan memudahkan masyarakat membeli kendaraan secara mencicil semestinya tidak dimanfaatkan secara tidak adil oleh pemudik sehingga NPL tetap terjaga dengan baik.
Jika hal ini bisa terwujud, puluhan ribu motor yang mengantarkan pemiliknya untuk bersilaturahmi dengan keluarga pada hari raya Idulfitri bisa kembali dengan melaksanakan kewajibannya sesuai dengan akad yang ada. Selamat jalan... Selamat hari raya Idulfitri. (tahir.saleh@bisnis.co.id)
Ditulis oleh M Tahir, dikutip dari Harian Bisnis Indonesia, edisi 17 September 2009
Gambar: tawvic.wordpress.com