Senin, 23 Mei 2011

Pejuang SJSN

Ketika Sesepuh 'Turun Gunung'
Oleh Taher Saleh

AHMAD SUBIANTO menangis, bibirnya merapal kalimat tasbih. Memuji nama Tuhannya. Mantan Dirut PT Taspen ini lalu merogoh kantong pantalon, mengambil secarik lap menghapus air matanya.

Nostalgia perjuangan ikut meloloskan Undang-Undang No.40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, 7 tahun lalu, memaksa air matanya menderas. “Kalau ingat perjuangan itu sedih rasanya betapa berat perjalanan UU itu,” lirihnya lalu kembali terdiam.

Pidatonya terhenti sejenak
. Giri Suseno Hadihardjono yang berdiri di sampingnya sigap mendekap, meredakan kesedihan Ahmad Subianto. Seketika ruangan 809 di lantai 8 Gedung Artaloka akhir Februari lalu itu hening.


Sejumlah wartawan yang meliput peresmian kantor sekretariat Komunitas Jaminan Sosial Nasional (Jamsosnas) saat itu saling berpandangan. Konferensi pers yang tak biasa hari itu.

Ahmad Subianto adalah mantan orang nomor satu di Taspen. Dia diangkat pada 2002 dan memimpin hingga enam tahun kemudian. Agustus mendatang, usianya 65 tahun, sementara Giri Suseno genap berusia 70 tahun per 5 Januari lalu.

Giri adalah mantan Menteri Perhubungan 1998-199 sebelum digantikan oleh Agum Gumelar.

Kontur wajah keduanya menampakkan usia yang tak muda lagi, tapi semangatnya mereka masih menyala.

Dua sesepuh inilah deklarator Jamsosnas, organisasi ini lahir pada 16 Agustus 2010. Organisasi ini pun didirikan oleh 10 individu lainnya di antaranya Progo Nurjaman (63 tahun), Didin Hafidhuddin (60 tahun), Hotbonar Sinaga (62 tahun), Bambang Subianto (66 tahun), dan Bacelius Ruru (63 tahun).

Progo kini menjabat Komisaris Taspen. Sebelumnya dia Sekjen Departemen Dalam Negeri. Adapun Didin adalah Ketua Umum BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional), sementara Bacelius Ruru mantan Sesmen BUMN dan Hotbonar Sinaga kini Direktur Utama PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).

Namanya juga orang tua, mereka rata-rata berusia di atas 60 tahun dengan latar belakang praktisi, akademisi, direksi, dan tokoh masyarakat.

Kepedulian mereka tergambar dari waktu yang diluangkan pada usia yang tak muda lagi, ketika orang tua lainnya santai saat pensiun. Mereka “turun gunung” mendirikan organisasi Jamsosnas lantaran UU No.40/2004 yang disahkan pada era Presiden Megawati Soekarnoputri belum terealisasi.

Beleid itu mengatur lima jaminan yakni pensiun, hari tua, kesehatan, kecelakaan kerja, dan jaminan kematian. Bahkan pembahasan Rancangan Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (RUU-BPJS) yang merupakan perangkat dari UU No,40 itu masih buntu di DPR.

“Kehadiran Jamsosnas ini bukan untuk politik meski kami memakai warna biru. Kami menyusun program kerja dalam jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek termasuk penyusunan draft RUU BPJS solusi dari kami,” kata Ahmad.

Dalam pidatonya itu dia pun menyitir Bank Dunia mengenai lima pilar sistem jaminan sosial nasional yakni bantuan sosial, asuransi sosial, jaminan sosial sukarela, jaminan rumah dan kesehatan, serta pengentasan kemiskinan.

Dari pijakan itulah, bulan ini mereka membuat draft usulan RUU BPJS yang akan disampaikan kepada parlemen akhir bulan ini. Draft akan dikaji bersama dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan Naisonal (Bappenas) guna meminta tanggapan dan masukan.

Substansi draft tersebut a.l mengkonversi Taspen, Asabri, Jamsotek, Asuransi Kesehatan Indonesia (Askes) dari persero menjadi BPJS dan tidak melakukan merger mengingat masing-masing dari lembaga tersebut punya problematika dan karakteristik tersendiri.

Pihaknya juga mengkaji asuransi lainnya dapat dimasukkan menjadi BPJS Penunjang seperti PT Jasa Raharja dan lainnya serta mengkaji terbentukknya BPJS Guru Swasta, BPJS Tenaga Medis Swasta sebagai penunjang implementasi UU No.4o.

“Kami terbuka jika ada usulan dari Jamsosnas, siapa tahu usulan tersebut memperkaya kami. Saat ini sudah masuk Pansus dan setelah ini masuk Panitia Kerja atau Panja sehingga usulan tersebut dapat masuk,” kata Ketua Panitia Khusus (Pansus) RUU BPJS Ahmad Nizar Shihab.
Sekjen Jamsonas Achmad Mochtarom mengatakan sebagian besar pendiri memang berusia sepuh mengingat mereka pernah merasakan aktif dan kini pensiun. Namun hal itu tak meluruhkan niat mereka memberi kontribusi bagi negara ini.

“Oleh sebab itu, mereka ingin di masa pensiunnya punya andil terhadap negara ini, membantu mewujudkan jaminan sosial,” katanya.

Meski diketuai Ahmad Subianto, kini Jamsosnas didukung orang-orang muda. Achmad Mochtarom masih berusia 43 tahun, sementara Asiwardi Gandhi (Direktur Utama Dana Pensiun Karyawan Taspen) yang menjabat sebagai Wakil Ketua IV kini berusia 55 tahun.

Pada usianya yang tak muda lagi ini, sekelompok orang tua ini punya keinginan memperbaiki sistem jaminan sosial bagi masyarakat agar terhindar dari belenggu kemiskinan. Hadirnya organisasi ini semacam jawaban kaum tua atas kinerja kaum muda di pemerintahan maupun di parlemen yang masih pantas untuk untuk dituntun.


Tulisan ini dibuat pada 16 Maret 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

Penayangan bulan lalu