Minggu, 29 Mei 2011

Kartu AKSes



Kartu Itu Gratis tetapi Bukan Pajangan
Oleh M Tahir Saleh

NICO OMER Jonckheere tersenyum simpul di depan audiens. Vice President Research and Analyst PT Valbury Asia Securities ini dengan bahasa Indonesia yang lugas mulai mendedahkan topik pasar modal dalam acara temu investor pada Kamis pertengahan bulan ini.

Puluhan investor lokal dan pekerja media yang diundang dari sejumlah kota khusyuk menyimak uraian Nico yang ketika itu didampingi oleh Direktur PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Margeret Mutiara Tang sebagai penyelenggara acara, Dirut PT BNI Securities Jimmy Nyo, dan entertainer Adrian Maulana yang kini menjadi Duta KSEI.

Beberapa investor duduk melingkar di Ballroom Hotel Mercure Pontianak. Sesekali hadirin bercekakakan saat pria asli Belgia itu melempar lelucon menggelitik, kadang renyah.

Selama dua hari, Nico bersama Jimmy dan Adrian memang menjadi bagian dari pengisi acara temu investor sekaligus sosialisasi Kartu Acuan Kepemilikan Sekuritas (AKSes) yang digelar oleh KSEI di Pontianak, Kalimantan Barat, sebelum melangkah ke Balikpapan.

Lantaran itu, makalah Nico praktis berujung pada bagaimana peran dan manfaat kartu AKSes yang sejatinya berperan penting mendorong transparansi pasar modal tetapi hingga kini kurang dimanfaatkan oleh investor.

“Banyak sekali orang yang engga tahu kegunaan kartu ini [AKSes], padahal sekarang sudah aman, semua sudah terbuka. Dulu pasar modal itu pakai warkat, sekarang scripless maka itu kartu ini penting,” jelas Nico.

Sosialisasi itu dirasa penting karena alih-alih investor tergerak, jumlah kepemilikan kartu AKSes malah belum sampai 50% dari total sub rekening di lembaga self regulatory organization (SRO) itu. KSEI mencatat dari 343.355 jumlah sub rekening per Mei tahun ini, baru 23% atau sebanyak 78.544 investor yang punya AKSes.

Lebih parah lagi, dari jumlah 78.544 itu baru sekitar 13.000 yang memanfaatkan dengan mengakses atau login di situs resmi perseroan. “Memang butuh kerja dan sosialisasi lagi soal pentingnya penggunaan kartu ini,” kata Margeret tetap optimistis.

Lantas sebetulnya barang apakah AKSes sehingga investor belum juga memanfaatkan kemangkusan kartu ini? Kartu ini diluncurkan pertama kali pada 18 Juni 2009 dengan nama Fasilitas Investor Area yang kemudian berubah nama menjadi Fasilitas AKSes pada 23 Desember 2009.

Ini semacam kartu mujarab bagi investor di pasar modal. Cukup satu kartu ini, investor dengan memanfaatkan fitur cross-link-nya secara terkonsolidasi dapat memonitor catatan kepemilikan efek berupa saham, obligasi, dan lainnya yang disimpan melalui beberapa perusahaan efek dalam beberapa sub rekening efek di KSEI. Sebelum kartu ini lahir, investor hanya menerima rekap data yang dikirim oleh perusahaan efek (broker).

Butuh support
Kartu ini sebetulnya dimiliki secara gratis dan dapat diperoleh investor melalui broker atau bank kustodian di mana investor terdaftar menjadi nasabah sesuai dengan penerapan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) No.5.D3.

Beleid ini mewajibkan broker memberikan kartu ini kepada nasabah dan setiap nasabah juga harus dibukakan sub rekening efek di KSEI dan rekening dana di bank yang terpisah dari rekening milik nasabah lain atau rekening milik broker.

Sub rekening efek dan rekening dana tersebut akan dikonsolidasikan dengan single investor ID masing-masing nasabah. Tenggat penerapan beleid ini berlaku paling lambat 31 Januari 2012.
Sayangnya, kata Margeret, meski gratis, upaya keras KSEI dalam mendorong kepemilikan dan pemanfaatan kartu ini seakan belum optimal. Perlu ada kerja sama dari perusahaan efek, bank kustodian, pekerja media, dan kesadaran masyarakat itu sendiri. Bahkan dia mendesak broker juga turut mengedukasi nasabah agar mau memanfaatkan Kartu AKSes menyusul rendahnya kepemilikan dan penggunaan kartu ini.

“Jangan ketika nasabah bilang sudah puas dengan rekap data dari perusaan efek lantas broker enggan sosialisasi, ini yang keliru, mestinya ada dukungan bersama untuk transparansi pasar modal,” katanya.

Menanggapi ini Manager PT Reliance Securities Tbk Cabang Pontianak Heri Halidi mengatakan memang pemanfaatan kartu tersebut butuh proses. Sejauh ini, katanya, pihaknya mengapresiasi semangat yang ditorehkan KSEI. “Kami di Cabang Pontianak sendiri saat ini sudah memiliki 67 investor di mana seluruhnya sudah memiliki kartu AKSes, untuk transparansi pasar modal kami dukung,” kata Heri.

Adapun Dirut BNI Securities Jimmy Nyo juga tetap berkomitmen mengedukasi nasabah agar mengurus kartu tersebut serta dapat segera memanfaatkan login guna memantau kepemilikan rekening investor itu sendiri. Dari 13.000 nasabah aktif, katanya, tinggal sedikit yang menunggu proses pengiriman kartu itu.

Oleh karena itu Duta Kartu AKSes Adrian Maulana menambahkan sosialisasi kartu saat ini lebih dititikberatkan tidak hanya dalam pembuatan kartu baru tetapi dalam hal pemanfaatan. “Ada beberapa investor yang sudah punya kartu tapi tidak dimanfaatkan, jadi pajangan. Jadi tingkat loginnya kecil sekali, padahal ini sangat berguna,” katanya.

Memang butuh proses agar Kartu AKSes dapat dimanfaatkan secara baik oleh investor mengingat fungsinya dalam menciptakan iklim pasar modal yang dapat dipercaya. Hadirnya terobosan KSEI ini toh juga memberikan informasi transparan mengenai dana dan kepemilikan saham.

tulisan ini terbit di Harian Bisnis Indonesia edisi 24 Mei 2011, dengan editan berbeda.
foto: kabarindo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

Penayangan bulan lalu