Ilustrasi Sukhoi, by merdeka.com |
NIA SITI FATIMAH, 33 tahun, tak
henti-hentinya mencubit tangannya sendiri, seakan ini sebuah mimpi. Istri dari
Fazal Achmad, salah satu komisaris Indo Asia yang ikut terbang dalam pesawat
naas Sukhoi Superjet 100 bersama kakaknya Ruli Dermawan ini seakan tak percaya.
Rasanya baru sehangat kuku dia
bercengkrama dengan suami tercinta.
Tidak ada firasat apa—apa.
Ibu dari Caca, bocah 10 tahun itu hanya masih
ingat malam terakhir sebelum Fazal berangkat mengikuti joy flight atas undangan PT Trimarga Rekatama—agen pesawat Sukhoi di
Indonesia. Suaminya tampak romantis dan menatap terus, berbeda dari sebelumnya.
“Rasanya belum siap jika hidup sendiri. Suami
saya baru pertama kali melakukan uji terbang dan saya sempat keberatan kalau
dia ikut demo flight,” katanya tertunduk lesu.
Paginya, sebelum Fazal hendak berangkat pun Nia
sebetulnya ingin ini sekali turut serta. Apa salahnya seorang istri ingin
bersama suami, toh ini hanya demo
penerbangan. Mungki itu fikiran Nia.
Tapi keinginannya kandas. Dari kejauhan
pandangan mata, Fazal terakhir kali hanya melempar senyum ketika keluar dari
pagar rumah mereka. Dan Rabu pagi itulah kesempatan terakhir bagi Nia melihat suami
tercinta itu.
Fazal dan Ruli adalah dua dari 45 penumpang
pesawat Sukhoi Superjet 100 yang diduga menabrak tebing Gunung Salak, Bogor,
Jawa Barat, pada Rabu, 9 Mei 2012.
Bukan hanya Nia yang berduka, seluruh keluarga
korban juga punya perasaaan sama; Kehilangan. “Saya
menunggu tante saya Maria Marcella Dayu Larita, saya masih berharap tante saya
selamat,” kata Kleopas Danang yang datang
bersama dengan keluarganya.
Perlahan
tapi pasti suaranya mulai menghilang dan terdiam. Maria
adalah koordinator pramugari atau Chief Stewardess dari Sky Aviation, maskapai
pertama yang menggunakan Sukhoi Superjet 100. Bekas
pramugari terbaik Garuda Indonesia itu sempat memberitahu keponakannya bahwa akan ada
joy flight Sukhoi.
Danang pun sempat merengek ingin ikut dalam rombongan joy flight. Namun
seperti kisah Nia, Danang pun tak diperbolehkan Maria
ikut karena memang sudah dijadwalkan membawa rombongan yang akan menguji
penerbangan pertama.
Setelah peristiwa itu muncul di layar televisi,
segala upaya komunikasi keluarga pun tak berbalas.
Dua hari setelah kejadian, puluhan keluarga
korban yang menunggu perkembangan terbaru proses evakuasi di Bandara Halim
Perdanakusuma juga tak kuasa menahan kesedihan. Tangis mereka tumpah. Di antaranya
histeris saat melihat tayangan langsung televisi yang disediakan oleh Trimarga
Rekatama di ruang tunggu terminal kedatangan.
Dan yang paling menyayat hati adalah tatkala helikopter
yang membawa dua kantong mayat untuk pertama kalinya mendarat di landasan udara
pada Sabtu pagi, 12 Mei 2012. Sebagian mungkin berfikir hanya mukzizat yang
dapat menolong korban selamat mengingat kondisi Sukhoi yang sudah remuk.
Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Daryatmo
mengatakan hingga Sabtu, sudah ada 16 kantong jenazah korban kecelakaan Sukhoi
Super Jet 100 yang dievakuasi oleh Tim SAR dari Cijeruk, Jawa Barat.
Dari jumlah itu 15 di antaranya dilakukan
melalui udara melalui helikopter, sedangkan satu kantong dilakukan melalui
jalur darat. Kantong jenazah yang terakhir sampai di Lanud Halim pada pukul
17.05 WIB, Sabtu.
“Evakuasi melalui udara ditutup sementara
dikarenakan hari gelap dan cuaca di Gunung Salak kurang bersahabat. Tapi bukan
berarti Tim SAR berhenti mencari, kami terus melanjutkan tugas kami,” katanya.
Saat ini Pemerintah Indonesia dalam hal ini Komite Nasional Keselamatan Transportasi akan
didukung oleh Pemerintah Rusia akan menginvestigasi secara cepat insiden
tersebut. Pemerintah
Rusia sudah mendatangkan dua tim masing—masing terdiri dari 41 dan 37 ahli dari Rusia guna
membantu tim KNKT.
Pemerintah juga menegaskan pemberian asuransi
kepada ahli waris korban dapat mengacu PM No.77/2001 yaitu ganti rugi korban
meninggal dunia pesawat udara sebesar Rp1,25 miliar.
Dalam Pasal 3 beleid tersebut, disebutkan penumpang
yang meninggal dunia di dalam pesawat udara karena akibat kecelakaan pesawat
udara atau kejadian yang semata-mata ada hubungannya dengan pengangkutan udara
diberikan ganti kerugian Rp1,25 miliar.
Sunaryo, Konsultan
Trimarga Rekatama,
meminta maaf atas nama perusahaan dan perwakilan Sukhoi di Indonesia terkait
dengan insiden tersebut dan daftar manifest penumpang yang tidak valid. “Saya mohon maaf sebesar-besarnya atas nama Trimarga dan representatif dari
Sukhoi,” katanya.
Sunaryo tampak letih dengan pakaian safari yang
tidak berubah sedikitpun dalam dua hari terakhir konferensi pers di Media
Centre Terminal Kedatangan Bandara Halim. “Saya tidak bisa tidur,” katanya.
Tak ada yang menyangka pesawat super canggih
buatan Rusia itu akan membawa petaka. Tentu dalam hal ini tak bisa saling
menyalahkan siapa yang salah tetapi bagaimana peristiwa ini tidak terjadi lagi,
membenahi otoritasi bandara dan infastruktur penerbangan Indonesia.
Tapi di tengah
evakuasi
Tim SAR, dari hati yang paling dalam seluruh keluarga korban tentu masih berharap sebuah keajaiban Tuhan bisa
terjadi.
Terbit di harian Bisnis Indonesia 14 Mei 2012 dan www.bisnis.com 13 Mei 2012 dengan judul elegi di Rabu Pagi
Gambar: merdeka.com