“Maaf kawan-kawan, gue ga bisa ikut maen futsal. Gw lagi di luar kota, cielah.” Begitu bunyi wasiat Sepudin Zuhri via SMS yang gue terima jam 08.00 pagi, sayang banget dia tidak bisa datang, padahal tim kami sedang kekurangan pemain, dia malah menambah daftar absen.
Demi sebuah sejarah baru, pekan lalu, kami ‘begundalan trainee’ ini terpaksa begadang main futsal di lapangan dekat Mall Ambasador meski sebelumnya tidak punya track record pemain pelatnas, atau primavera futsal. Gue masih inget banget cerocos Asep pada malam itu.
“Siip,” timpal gue.
Asep ternyata lebih memilih pulang kampung ke Comal ketimbang memperkuat skuad futsal kami. Tentu saja, kalau gue diposisi dia juga mungkin lebih mementingkan keluarga. Yang tidak habis gue fikir, kenapa anak ini terlalu membual sebelum berperang? Kalau tidak bisa datang, janganlah memberi harapan semu. Apa kata dunia? Bisa-bisa menimbulkan rasa benci yang laten.
Sayang sekali, selain Asep, ternyata kawan-kawan lainnya pun banyak keperluan. Menurut Mas Fahmi Ahmad (Asred-Perbankan),“ternyata pasukan Redaksi Bisnis kali ini sama dengan yang sebelumnya. Banyak yang NATO. Endang Muchtar sibuk arisan, Asep bersedih ditinggal kawin (jawaban atas pertanyaan di atas mengapa dia ke Monas), Agust jadi pagar bagus, Aris cedera hati tak ditonton Dewi, Dadan ngantar bini pulang kampung, Andry foto berbalut stagen, Munir Haikal terkapar tifus (get well soon amigo).”
“Her tenang aja, lo semua pasti menang besok, gue ada acara keluarga kaga bisa. Investor mah tua-tua, santai aja gue prediksi 7-1 deh lo menang,” motivasi bang Endang, Fotografer Bisnis.
****
Jam sembilan tepat, gue terpaksa ke kantor lagi di Karet Tengsin, RayDion Goban ternyata disibukkan pula dengan agenda liputan. Jadi, biar pun dia bawa boil tetap saja tidak bisa sekalian ke kantor lagi untuk mengambil kostum dan kaos kaki milik sponsor resmi, XL.
Gue absen sebentar (seperti kebiasaan begundalan trainee yang lainnya), gue coba tengok keadaan si Aris setelah keluar dari kantor.
(“Ini bau kaos kaki Fajar, Irvin, Asep, Aris, atau keempatnya?”)
“Ris lo maen ga?” sapa gue berharap.
“Wah Her sori banget, kaki gue berait nih, udah gitu Dewi lagi liputan di luar kota lagi,” alasannya pria yang mengaku mau melepas lajangnya dengan nudes party di Inul Vista.
****
Tiba di Hanggar Gatot Subroto, dekat arena Gocart, perasaan udah kembang kempis lihat tim lainnya bertanding. KONTAN tertinggal 0-3, Rakyat Merdeka menang lawan …, Gatra juga menang. Ditambah lagi anak-anak cuma segelintir saja, Gue, Irvin, Dion Goban, Karnain (pemain cadangan yang namanya gue coret trus diganti Pak Afriyanto-redaktur BIM), dan Mas Fahmi bareng istri dan anaknya.
“Her, parah juga kami kekurangan pemain nih,” kata Adi, wartawan KONTAN yang sebelumnya tes bareng di REPUBLIKA akhir tahun lalu.
Tenang aja mereka ga bagus kok, asal kalian tenang mainnya jangan porsir dengan gocek melulu,” nasihat gue, (dalam hati ketar ketir juga.)
“Priiiiiiittttttt….LAPANGAN TIGA AKAN BERTANDING BISNIS INDONESIA VERSUS INVESTOR DAILY, HARAP PERSIAPKAN TIMNYA,” toa bergumang dan semakin cepat pula aliran darah ini, panik.
“Tenang Her, pasti menang,” gue coba proyeksi.
Goban jadi kipper, cocok sama postur tubuhnya tinggi besar, Irvin di depan, gue tengah, di belakang ada libero mas Fahmi dan Stoper Pak Afri (Gue salut ma Bapak ini, sudah senior tapi mau main dan mendorong darah baru seperti kami). Mas Fahmi atur strategi bak Benny Dolo.
"Her tenang aja, dulu gue di UPH jadi manager plus kapten, ga pernah kebobolan. Lo fokus di depan aja," cerocos Goban bangga bukan sombong.
"Oke Bro, awas gool ya" ancam gue.
Pertandingan di mulai: Wasit berkumis baplang mulai menipu pluit,......"Priitt..Priiit."
Bola ditendang tim lawan, namun berhasil kami kuasai. Kini ball position kami lebih besar, ada kemungkinan bisa menang nih. Pak Afri memulai dengan liukan ala Ronaldinho, bawa, seret, goreng, tendang. Sayang masih melebar.
Kami tetap berkobar. Serangan demi serangan dipatahkan lawan. Maklum kiper tim lawan seperti Markus Horison, penjaga gawang Nasional. Sebuah peluang dari Irvin hanya menggoda mistar gawang, tak berhasil.
Gue coba menyisir dari sisi kiri, gocekan di selasar selangkangan lawan terlewati, sayang sekali lagi Si mArkus ini menepisnya. Gue coba sekali lagi, umpan bagus pak Afri kembali lurus mendekati sisi kanan gue, pelan-pelan gue olah, tahan, lalu 'menari'. Sayang gagal lagi.
Kini serangan balik terjadi, mereka kompak menyerang, kami seakan terpana, Mas Fahmi terlewati, Irvin jauh di depan, Pak Afri juga ketinggalan, dan GUa....di mana? Ternyata gue kecapean males balik menjaga pertahanan, sisi Pertahanan goyah, Goban dag dig dug, reputasinya di UPH dipertaruhkan, striker mereka menendang danGOOOOOOL,
GOOOLLL.
Dion Goban terpana, kecewa gawangnya jebol untuk pertama kali dalam karis profesional sepak bolanya. kami kebobolan.
Nafas sudah tercengal, saat itu seakan-akan kami puasa di tengah gurun Gobi. Berkali-kali gue berhenti, heran banget deh, padahal gue ga ngerokok tapi karena jarang latihan cepet sekali stamina terkuras.Tiim lawan yang kini menguasai kami, tapi berhasil kami rebut. BOla di kaki Pak Afri, Bapak ini lincah sekali, dia mulai bergerak dari sisi kiri gawang lawan, berhasil terlewati, dan ....dan
kembali ia memutar badan untuk mengoper ke Irvin, sayang tendangannya menusuk jala di samping gawang.“PRIIItttt” time out,” pekik Pak Ketut, wasit nasional yang juga anggota KOSTRAD Cijantung.
(dalam hati: akhirnya minum juga)***
Tim mereka melakukan pergantian pemain full, maklum kelebihan stok, sementara kami, hanya pasrah, seperti baterai handphone, low bath. Terbukti, sudah kalah serangan, kalah motivasi (wartawan bisnis ga ada yang nonton kecuali, Karnain yang ga bisa main karena direkrut Forum Wartawan Telco).
BABak kedua dimulai. Tapi staminan gue sudah tidak kuat lagi. rasanya pengen diganti tapi mau bagaimana, skuad kami terbatas.
"Her lo pasti-bisa" "ayo temen" bisik hati gue memberi stimulus.
Petaka kembali muncul bung.
Dua gol kembali bersarang ke gawang Goban. Dengan mudahnya mereka menguasai lapangan. Strategi baru kami terapkan. Akhirnya mAs Fahmi pindah posisi jadi kiper. Semoga dengan pergantian inisiatif sendiri itu bisa mendatangkan semangat baru. Namun sepertinya ketika latihan malam itu, mas Fahmi terkilir kakinya. Jadi, lengkap sudah penderitaan ini. Masalahnya cedera membuat pergerakan nyong Ternate ini agak melambat. Strategi baru si Benny Dollo tim Bisnis ini tak berdaya.
Gue sudah ga sanggup lagi turun naik, lari dari depan ke belakang, bahkan bola di depan mata juga seakan meledek.
Akhirnya kami kalah 0-6, tapi Alhamdulillah, dengan kekalahan ini kami terpicu untuk rutin latihan mulai pekandepan he222. Di futsal ini pun terbangun sportifitas antar media, meski dalam pertandingan tadi gua mentacle pemain lawan sampai jatuh terguling-guling dan pelanggaran. Tapi tetap sebagai pemain profesional (he2) gua sapa dan salam seperti anjuran Aa Gym.
Trakhir seluruh wartawan disuguhi tontonan menarik, Cheerleaders dari XL yang seksi dan mulus, tentu bukan Luna Maya, apalagi simpanse-maskot baru XL.
Semoga tahun depan ada lagi. ya XL Cup.
“Her gimana skornya?menang ga?” sms dari Agust selang beberapa menit kemudian.
"Kawan-kawan menang ga? sms dari Aris di inbox
“Tenang, kita kalah orang bro, Cuma kalah 0-6, mereka ga bagus-bagus amat kok, stamina kita abis,” bales gue mencari pembenaran.
“Dasar”
“*&()&)(^(%%”
Gambar: andybatt.com