Mengapa
obligasi Grup Astra murah?
M Tahir Saleh
IMPERIUM
Grup Astra bermula pada 1957 dari tangan taipan bernama Tjia Kian Liong atau
lebih dikenal dengan nama William Soeryadjaya (almarhum). Pengusaha kelahiran
Majalengka, Jawa Barat itulah yang mendirikan PT Astra International Tbk yang
awalnya adalah perusahaan perdagangan, induk usaha dari Grup Astra.
Jejaring
grup yang kini menjelang 55 tahun ini lantas berkembang mulai dari otomotif,
jasa keuangan termasuk multifinance, agrobisnis, hingga jasa infrastruktur.
Dari
masa ke masa, perusahaan mencatatkan keuntungan berkesinambungan.
Hingga
2010, tercatat grup ini terdiri dari 145 perusahaan termasuk anak perusahaan,
perusahaan asosiasi, dan jointly controlled entities. Jumlah karyawan Grup
Astra pada periode tersebut mencapai 145.154 orang.
Dengan
kinerja yang baik dan harga saham yang cukup ting gi—harga saham Astra International
Rp76.950 per saham per 10 Januari 2012, anak-anak perusahaan pun memiliki daya
tawar tersendiri di pasar, khususnya ketika mereka menerbitkan surat utang atau
obligasi.
Investor
obligasi sudah akrab dengan nama-nama berkualitas seperti PT Astra Sedaya
Finance (ASF), PT Toyota Astra Financial Services, dan PT Federal International
Finance (FIF). ASF menerbitkan surat utang sebanyak 12 kali, sedangkan FIF sudah
11 kali.
PT
Kustodian Sentral Efek Indonesia mencatat per pekan pertama tahun ini, jumlah
obligasi yang jatuh tempo tahun ini mencapai Rp25,87 triliun dari 65 seri obligasi.
Dari jumlah tersebut, obligasi jatuh tempo Grup Astra mencapai Rp3,68 triliun
atau 14,23% dari total bond jatuh tempo tahun ini.
Pada
akhir pekan lalu, salah satu anak usaha Astra hasil joint dengan Marubeni Corp di
sektor pembiayaan alat berat yakni PT Surya Artha Nusantara Finance (SAN
Finance) menetapkan tiga seri kupon obligasi II/2011 Rp1,5 triliun pada level
7,2%-8,4%.
Kupon
seri A (1 tahun) ditetapkan 7,2% dari kisaran awal 7%-8%, seri B (2 tahun) 7,7%
dari penawaran 7,5%-8,5%, dan seri C (3 tahun) 8,4% dari tawaran awal
7,75%-8,75%. Obligasi tersebut berperingkat AA dari Pefindo memercayakan PT
HSBC Securities Indonesia, PT NISP Sekuritas, dan PT Standard Chartered
Securities Indonesia sebagai penjamin emisi.
Kupon
ini memang tak jauh beda dengan anak usaha Bank Danamon, PT Adira Dinamika Multifinance
Tbk (Adira Finance), yang menetapkan kupon seri A (2 tahun) 7,75%, seri B (3
tahun) 8%, dan seri C (5 tahun) 9% atas obligasi berkelanjutan I/2011.
Namun,
pada seri 2 tahun, bond SAN Finance lebih rendah padahal rating Adira Finance
lebih tinggi yakni idAA+ dari PT Pemeringkat Efek Indonesia
(Pefindo).
Mari
membandingkan dengan obligasi III/2011 PT Clipan Finance Indonesia Tbk dengan rating
idA+ dari Pefindo yang menetapkan kupon di atas dari kisaran yang ditawarkan
pada masa penawaran awal. Kupon A (1 tahun) 8,75%, B (2 tahun) 9,75%, dan C (3
tahun) 10,25%.
Rekam jejak bagus
Kepala
Divisi Fixed Income PT Anugerah Securindo Indah Ramdhan Ario Maruto menilai
rekam jejak Grup Astra dalam obligasi cukup bagus di pasar.
“Peringkat
nya bagus, track record mereka bagus, ‘rajin’ mengeluarkan obligasi,” katanya
kemarin.
Dia
menilai kupon SAN Finance tersebut cukup murah bila dibandingkan dengan obligasi
multifinance lain. Pengaruh nama besar Astra juga mendorong obligasi tersebut kelebihan
permintaan lalu emisi dinaikkan dari Rp750 miliar menjadi Rp1,5 triliun.
Namun,
katanya, kupon SAN Finance yang terhitung baru dalam menerbitkan obiligas tak jauh
beda dengan Adira Finance. Namun, jika dibandingkan dengan kupon obligasi FIF
dan ASF, tentu jauh lebih murah dari obligasi sejenis misalnya dari PT Indomobil
Finance atau Clipan Finance.
“Saya
rasa pasar sudah confident dengan
nama-nama anak usaha Astra. Kalau sama Indomobil atau Clipan terlihat bedanya,
kalau sama obligasi PT BCA Finance kupon FIF memang tidak terlalu jauh
bedanya.”
Menurutnya,
murahnya kupon mengindikasikan beban biaya bagi perusahaan penerbit jauh lebih
rendah, sedangkan peringkat dan kinerjanya yang dipandang baik dan berkelanjutan.
Meski demikian, katanya, tak bisa dipungkiri investor justru mengincar kupon
tinggi sesuai dengan risiko.
“Saat
ini pasar obligasi sedang ramai, menyusul sepinya penawaran saham perdana.
Investor dapen misalnya incar kupon 10% tapi kupon segitu sudah jarang saat
ini,” katanya.
Minimal peringkat A
Bagi
investor dana pensiun (dapen), sebagai salah satu pembeli obligasi, penerbitan
obligasi korporasi bisa menjadi diversifikasi portofolio bagi industri jaminan
hari tua selain fokus pada obligasi pemerintah.
Obligasi
Grup Astra juga tampak cantik di mata mereka. PT Jamsostek yang dikenal sebagai
salah satu perusahaan yang cukup aktif di pasar IPO dan obligasi memandang Grup
Astra merupakan salah satu grup perusahaan yang baik.
“Astra
adalah good company, juga anak-anak
perusahaannya. Sebelum membeli, kami kaji dulu tentu hati-hati. Bunga
bergantung pada tenor, jika tenor pendek pada kisaran 9%, tapi kalau tenor
panjang 10%,” kata Direktur Utama Jamsostek Hotbonar Sinaga yang mengatakan
pihaknya juga membeli obligasi milik Grup Astra, ASF dan PT Serasi Auto Raya
(TRAC).
Di
tempat terpisah, Direktur Utama Dapen Garuda Indonesia Muchit Sudirman memandang
ketertarikan terhadap obligasi juga bergantung pada tenor, mengingat horizon
investasi dapen jangka panjang.
Dia
memandang obligasi Grup Astra cukup baik, mengingat dari sisi manajemen tertata
dengan baik dan dipercaya investor. Selain itu, tingkat pertumbuhan laba
anak-anak usaha Astra berkelanjutan dari masa ke masa.
Dapen
sendiri sesuai dengan regulasi dinyatakan boleh berinvestasi pada obligasi minimal
dengan peringkat A. Pada akhir tahun lalu, Pefindo juga menaikkan peringkat
tiga anak usaha pembiayaan Grup Astra. Peringkat perusahaan yaitu FIF dan ASF
ditingkatkan ke level idAA+ dari sebelumnya idAA.
Analis
Pefindo Dimas Rizky Aditya dan Hendro Utomo mengatakan peringkat ASF
mencerminkan
kuatnya posisi pasar perusahaan di industri pembiayaan mobil dan kuatnya kualitas
aset perusahaan.
Faktor
pembatas peringkat ASF disinyalir karena ketatnya persaingan di industri perusahaan
yang dipimpin Djony Bunarto Tjondro itu. Satu peringkat lain yang ditingkatkan
yaitu SAN Finance idAA- dari sebelumnya idA+.
Dengan
kenaikan peringkat perusahaan tentu menjadi pertimbangan bagi investor membeli
obligasi, juga keuntunganm bagi perusahaan penerbit dalam menetapkan kupon,
murah atau mahal termasuk obigasi Grup Astra. (tahir.saleh@bisnis.co.id)
Tulisan ini terbit di Harian Bisnis Indonesia, edisi Rabu 11 Januari 2012
Foto: downloaddesain.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar