Jumat, 31 Oktober 2014

SATU JAM MENGAKRABI MERAPI

Merapi's track, doc
'Untuk Anda yang terhindar dari bencana, maka syukurilah hidupmu'

Oleh M. Tahir Saleh

DERU mesin Jeep Willys keluaran 1944 mulai terdengar nyaring. Dari balik kemudi, Mesran (30), siap tancap gas membawa saya menyusuri kawasan bekas erupsi Gunung Merapi. Sebuah wisata yang disebut Volcano Tour, menjadi salah satu alternatif pelesiran di Yogyakarta.

Untuk menuju ke sini, butuh sekitar 30-45 menit dari pusat kota menggunakan kendaraan pribadi. Ada pula angkutan umum, tapi harus beberapa kali naik turun. Ketika sampai, saya langsung diberi tiga pilihan. Mau rute pendek, menengah, atau panjang. Inginnya sih langsung rute panjang, tapi karena hari sudah siang, saya pilih rute pendek bertarif Rp250.000 (tarif turis bule Rp300.000). Harga ini bukan perorangan melainkan per satu jip. Sempat kaget juga karena mode transportasinya mobil bekas Perang Dunia II. Namun, begitu tahu medannya penuh liku dan batu, rasanya ini memang ‘makanan’ jip. Di 86 Merapi Jeep Tour Community, salah satu penyedia jasa, juga tersedia mobil four-wheel drive lain seperti Daihatsu Taft, Landcruiser, Suzuki Jimny, dan Land Rover.

Mesran, doc
Mesran mulai menggerakkan kemudi setir ke arah barat kaki Gunung Merapi. Jip beratap terbuka ini memberi sensasi unik karena penumpang bebas menghirup udara, adrenalin pun kian terpacu saat melewati bebatuan besar. Para penyuka petualangan ekstrem mesti mencobanya.

Tujuan pertama kami bekas Dusun Jambu. Kampung ini merupakan salah satu wilayah terdampak erupsi cukup parah. Tak ada lagi sisa 'bangkai' rumah. Hanya tampak sebuah batu besar mirip wajah seorang kakek yang dinamai Batu Alien. “Bagi yang percaya, batu ini dianggap keramat. Sejak muncul pasca-erupsi sudah berbentuk wajah kakek-kakek dan ndak bisa dipindahkan,” cerita Mesran. “Pakai alat apa pun, tetap ndak bisa dipindahkan.” Malahan beberapa penganut kepercayaan tertentu kerap mendatangi lokasi ini untuk berdoa dan menaruh sesajen. Mereka percaya batu tersebut 'hidup' dan wujud penghuni Merapi. “Ya, ada yang meyakini seperti itu. Tapi, diambil sisi positifnya saja bahwa Batu Alien ini kemudian menjadi salah satu objek menarik dalam Volcano Tour.”

Perjalanan dilanjutkan ke bekas bungker di Kampung Kaliadem. Letaknya tak jauh dan masih melewati jalanan curam penuh batu besar. Di tengah jalan, kami sempat berhenti melihat uap panas abadi yang keluar alami. Saya menjajalnya. Ternyata benar. Dari dalam pasir muncul uap halus, terasa hangat. “Sejak erupsi terakhir 2010 lalu, uap ini keluar terus, ndak pernah berhenti. Kalau ditaruh telur, lama-lama matang sendiri,” tuturnya. Pemandangan di dekat uap itu pun sangat indah karena tempat ini paling dekat dari puncak gunung. Banyak orang memanfaatkan spot tersebut untuk berbagai keperluan seperti syuting film atau foto pranikah.

Tak lama kemudian, kami tiba di bekas bungker yang selesai dibuat pada 2005. Bungker ini dulunya digunakan warga untuk berlindung dari ganasnya erupsi Merapi. Namun, sejak 2006 berhenti difungsikan lantaran tak sanggup menahan panas. "Waktu itu ada dua relawan yang tewas karena terjebak di dalamnya. Bungker ini menjadi tempat yang tidak aman karena ternyata panas Merapi bisa tembus,” ujar Mesran.

Kondisi bungker gelap gulita. Ada beberapa bagian ruangan, salah satunya kamar mandi. Ada pula meja bundar berukuran besar, di atasnya ada sesajen. Hawa di dalam terasa dingin dan lembab. Sedikit memunculkan kesan mistis yang menjadi daya tarik banyak orang. “Di sini sering dipakai lokasi uji nyali juga buat acara di televisi. Ya, bagi yang percaya, tempat ini dianggap mistis atau keramat, tapi bagi yang ndak percaya, biasa saja,” katanya. Di sekitar bungker, beberapa warga yang dulu bermukim di kaki Merapi mencoba berwirausaha dengan menyewakan toilet, menjajakan dagangan dari minuman, makanan, hingga bunga Edelweis.

“Saya sama kayak warga lain, sempat mengungsi. Hewan ternak saya mati semua. Saya dapat pinjaman bank Rp1 juta buat usaha,” cerita Yamirah, 42 tahun, penjual bunga Edelweis. “Kalau sedang ramai pengunjung, saya bisa dapat Rp300.000. Kalau sedang sepi, ya seadanya saja sudah alhamdulillah.”

Lokasi tersebut tidak begitu ramai, tapi menjadi pos peristirahatan bagi peserta Volcano Tour. Menjelang siang, Mesran lalu mengarahkan kami ke jalan pulang, tapi bukan langsung kembali ke pos awal, melainkan singgah di Museum Sisa Hartaku. Kalau mengambil rute menengah atau panjang, peserta tur bisa mampir di bekas rumah mendiang Mbah Maridjan, kuncen Gunung Merapi, dan lokasi menarik lain.

Museum, doc
Museum Sisa Hartaku ini unik, bisa dilihat dari struktur bangunan rumah yang dibiarkan asli dan seluruh barang di sana. Rumah yang dijadikan museum ini sebetulnya milik warga korban Merapi, keluarga Riyanto. Isinya berupa barang-barang yang menjadi saksi bisu dahsyatnya erupsi 2010. Tengoklah di bagian teras. Di situ, ada bangkai sapi yang tinggal tulang belulang, motor Suzuki yang hangus terbakar, patahan tembok bertuliskan 'Merapi tak pernah ingkar janji', juga kursi kayu yang tertutup debu.

Masuk ke dalam, pemandangan menyayat hati meninggalkan kesan mendalam. Diiringi lagu Ebiet G. Ade, semua sisa harta warga dibiarkan 'bicara'. Ada jam dinding yang berhenti pada angka 00.05 (waktu erupsi terjadi), sisa pakaian, foto-foto keluarga, alat-alat dapur, radio, televisi yang hangus, dan banyak lagi. Berada di sana seolah mengajak pengunjung kembali ke masa lalu, ketika erupsi dahsyat memorakporandakan kehidupan warga, saat kehangatan keluarga berubah sirna hanya dalam hitungan detik.

Rute pendek Volcano Tour yang hanya sekitar satu jam itu bukan wisata ekstrem semata. Selain dimanjakan panorama Merapi nan indah, beberapa lokasi justru menghadirkan renungan spiritual. Misalnya tulisan di salah satu tembok Museum Sisa Hartaku: 'Untuk Anda yang terhindar dari bencana, maka syukurilah hidupmu'. Erupsi Merapi memang terlalu menyakitkan bagi mereka yang kehilangan, baik keluarga maupun harta benda.

Terbit di majalah Bloomberg Businessweek Indonesia, 16 Juni 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

Penayangan bulan lalu