Senin, 18 Oktober 2010

Kapan Indonesia Punya MRT?

Oleh Taher Saleh

Christine duduk sendirian di sisi kanan bangku station SMRT NS27 Marina Bay. Suasana stasiun lengang saat itu karena masih pukul 12.00 siang. Rambutnya agak keriting, kalau ditaksir usianya sekitar 30 tahunan, berwajah Asia selayaknya penduduk lokal Singapura pada umumnya.

Aku bertemu wanita beranak dua ini ketika hendak pulang ke Stasiun SMRT (Singapore Mass Rapid Transit) NS22 Orchard, lokasi hotel tempatku menginap, Four Season Hotel di Orchard Boulevard. Tujuanku ke Marina lantaran Juni tahun lalu aku berkesempatan menyaksikan topping off (penutupan atap menara) gedung berkelas internasional itu.

Selepas melihat secara langsung gedung Marina Bay Sands yang sudah jadi itu, aku putuskan untuk langsung pulang saja ke Orchard. Tak baik lama-lama mengingat aku juga mesti memanfaatkan waktu dengan baik.

Namun, suara Bapakku menari-nari di telingaku seakan ada magnet yang menghentikkan langkahku.

“Er kalau ke Singapura lagi, jangan lupa mampir ke masjid,” kira-kira begitulah pesan Bapakku terngiang-ngiang. Beliau waktu mudanya sempat berkunjung ke sebuah masjid di negeri itu di antar oleh orang Afrika.

Meskipun ibadahku tak begitu bagus, aku coba ikuti nasehat Bapakku. Berbekal satu peta Singapura, hati kecilku akhirnya bagai dituntun mengikuti suara dari Flores itu.

Itulah mengapa ketika sampai di stasiun NS27 aku batalkan pulang ke Orchard tapi langsung kuteruskan perjalanan ke stasiun SMRT EW15 Tanjong Pagar, tentu mesti mampir kembali ke SMRT Marina Bay. Di sinilah, aku bertemu Christine yang mengaku keturunan Baba ini.

“Could you help me how to get this place [sambil kutunjukkan gambar masjid Al Abrar,” tanyaku membuka percakapan.

“You better go to the SMRT EW15 Tanjong Pagar but before that you have to change when you arrived at Raffles Place, the green line,” jelasnya agak kurang jelas.

SMRT yang kunaiki arah Marina Bay ini berada pada jalur merah, sementara Tanjong Pagar ada di jalur hijau. Jadi betul kata Christine aku mesti pindah kereta di stasiun Raffles Place (EW14/NS26). Kode EW singkatan dari east west dan NS ialah north south. Kalau naik TransJakarta (Busway) di Jakarta kita bisa menyebutnya shelter transit seperti Dukuh Atas, Harmoni, dan lainnya.

SMRT ini sebetulnya sebuah sistem transportasi yang terintegrasi khususnya train atau kereta. SMRT juga melayani bus, taxi, juga mengurusi periklanan atau media di bawah bendera SMRT Corporation Ltd. Perusahan ini juga memiliki 100% SMRT Hongkong Ltd dan 49% saham Shenzen Zona Transportation Group Co Ltd. Untuk sistem keretanya, SMRT ini sungguh modern karena sudah mencakup hampir seluruh wilayah negara kecil Singapura.

Sistem ini tak banyak melibatkan sumber daya manusia sebagai pekerja. Untuk beli tiket sudah ada mesinnya, tinggal tekan menu, misalnya pembelian tiket perorangan standard. Pembeli dibimbing dengan mudah karena perintah jelas. Setelah klik menu pembelian, lalu tekan stasiun tujuan lalu muncul nominal harga dalam denominasi dolar Singapura, namanya juga di Singapura. Pembeli lalu masukkan uang dolar, seketika
ploongg..tiket warna hijaun pun brojol.Sebagai informasi, perjalanan dari Orchard ke Marina Bay seharga S$2,20 atau Rp15.400 (asumsi S$1=Rp7.000), sementara ongkos dari Marina ke Tanjong Pagar hanya US$2 karena jaraknya lebih dekat.

Pertama kali memegang tiketnya, aku sempat ragu apakah ini return trip (PP) atau hanya sekali perjalanan pergi. Setelah bertanya ke petugas, nyatanya pembeli mesti membeli kembali tiket perjalanan pulang,,hehe mana ada gratis. Sebetulnya ini sama seperti TransJakarta. Pengguna tak perlu membeli jika ingin kembali dengan catatan tak keluar dari pintu utama.

Keuntungan lain, uang receh pun sangat dihargai karena saat kita mengembalikan tiket hijau tersebut di mesin pembeli tiket (dengan cara yang hampir sama), ada uang kembali S$1, lumayan, lumayan kan?

“Thanks for guide me,” kataku kepada Christine diiringi deru suara kerata bertalu-talu.

Christine tidak mengantarku sampai ke Tanjong Pagar karena mesti melanjutkan perjalanan ke Bugis.

Di dalam kereta aku merenung, kok Singapura, negeri seuprit ini gampang sekali menerapkan SMRT. Pengguna merasa begitu nyaman sekali, kereta bersih, udara sejuk, wangi, tak ada bau kretek dan bau ketek, lajunya pun cepat tanpa hitungan jam seperti di Indonesia. SMRT ini bisa dibilang menjual menit bukan jam. Kampanye perjalanan di atas stasiun pun menarik…dari Orchard ke Marina Bay, only 2 minutes?wow…

Selang beberapa menit, sampailah aku kembali dengan selamat di Orchard setelah mengunjungi Masjid Al Abrar yang dibangun pada 1827, dekat dengan SMRT Tanjong Pagar, bukan Stasiun Tanjung Barat ya.

Sayangnya apes buatku. Saat ke pintu keluar utama aku malah gunakan tiket bekas perjalanan dari Marina Bay ke di Tanjong Pagar yang belum kukembalikan untuk dapatkan S$1. Pantas saja aku ga bisa keluar.

“This old card sir, please check the time when you get this one…blab la bla….” kata petugas. “Uppss sori, salah kartu,” kataku.

Meski agak kaku sebagai orang baru pertama kali naik SMRT ini, aku begitu nyaman. Beberapa kali aku bertanya kenapa masyarakat di sana mengapa lebih memilih SMRT dari pada sepeda motor.

Iya tentu saja, pertama karena begitu mudahnya SMRT dan nyaman. Kedua, sepeda motor masih dipandang berbahaya dan mahal baik dari sisi bensin maupun perawatan. Di Jakarta, sebaliknya. Sistem transportasi yang amburadul membuat orang sepertiku ini lebih memilih sepeda motor. Murah, cepat, meski sangat berbahaya.

Kenapa negara sebesar Indonesia dengan besarnya jumlah PDB tahun iin Rp6.000 triliun tak bisa menerapkan sistem serupa? Orang-orang seperti Chritine tentu seabrek-abrek di wilayah Indonesia sana, yang punya pemikiran nyaman itu nomor satu. Semestinya Indonesia tak kalah dari Singapura, tapi mau bagaimana..transportasi di wilayah pelosok seperti Kalimantan, Papua, dan NTT saja masih susah, apalagi MRT? E

Entah kapan Indonesia punya MRT…tanyakan pada ahlinya…

Gambar: thr


1 komentar:

  1. tulisan yang bagus...
    dan pertanyaan saya juga sama dengan kamu, "kapan ya Indonesia punya MRT??"

    ^_*

    BalasHapus

Entri Populer

Penayangan bulan lalu