![]() |
Suasana sepi di Jalan Gatot Soebroto Jakarta karenakan libur panjang, (15/11/2012). Foto:VIVAnews/Fernando Randy |
M. Tahir Saleh
LIBURAN panjang 4 hari sejak Kamis pekan ini
ternyata bukan menjadi hari spesial buat Ella, seorang calo bus antarkota di
Terminal Bekasi, Jawa Barat. Sejak mangkal dari pukul 06.00, tak banyak
penumpang menyambagi bus jurusan Bekasi–Karawang yang menjadi wilayah kerjanya,
lebih sepi sejak Kamis, (15/11).
“Ada 2 atau 5 orang sudah diberangkatin aja sama
sopir, sepi dari maren [kemarin,
15/11],” kata pria Betawi ini berkeluh, Jumat (16/11).
Bagi bapak lima anak ini, liburan hingga akhir
pekan ini begitu berbeda dibandingkan dengan saat Hari Raya Lebaran atau Tahun
Baru ketika penumpang berjubel. “Nah ini lima penumpang aja, itu juga ngetem-nya lama banget,” katanya
Ella biasanya mengantongi upah paling besar
Rp10.000 per bus. Sepinya penumpang karena masyakarat lebih suka menggunakan sepeda
motor, atau memilih mengunjungi tempat wisata dibandingkan mudik atau bisa jadi
lebih memilih pesawat.
Tak jauh dari tempatnya berdiri, di pangkalan
bus antarkota antarprovinsi (AKAP) suasana pun sama. Hanya beberapa orang de
ngan tastas besar berjalan mendatangi bus AKAP, sedangkan para pegawai perusahaan otobus
atau PO lebih suka mejeng di samping bus sembari berteriak rute tujuan.
“Orang lebih suka naik mobil pribadi,” ujar
Ginasir, pegawai perwakilan pengurus PO Budiman yang melayani rute
Jakarta–Tasikmalaya.
Setiap hari PO Budiman menyediakan 20 bus AC. Namun,
satu bus dengan 44 kursi
yang bertarif Rp40.000 per tiket hanya terisi 15
kursi. Kondisi itu membuat Ginasir pesimistis soal keterisian penumpang.
Soal sepinya penumpang bus AKAP ini dibantah
oleh Ketua Umum Organisasi Angkutan Darat (Organda) Eka Sari Lorena Surbakti.
Menurut dia, justru pada Kamis tingkat keterisian penumpang bus AKAP sangat tinggi,
wajar jika liburan kali ini Jakarta
mulai lengang.
“Ramainya kemarin, Jakarta uda lengang sekarang.
Saya dari Panglima Polim ke Cengkareng kurang dari 1 jam sampai. Kalau soal
sepi, bus jarak pendek memang banyak yang lebih milih naik motor, ketimbang
pilih bus, kecuali jarak jauh,” katanya.
Pada transportasi udara ini juga terjadi
perubahan lalu lintas meskipun tidak terlalu signifikan, penjualan tiket dari
jauh-jauh hari juga menunjukan peningkatan di sejumlah maskapai.
Pegawai tiket AirAsia perwakilan Bali, Muhammad
Aditya, misalnya mengatakan tiket sejak Rabu-Jumat untuk tujuh penerbangan
dalam sehari penuh dari Jakarta ke Bali. Tapi kondisi tersebut pun memang juga
terjadi pada saat akhir pekan.
“Tapi kalau pun weekend kami biasanya penuh juga
Jumat dan Sabtu terutama arus balik Minggu,” katanya.
Liburan panjang sejak Kamis ini memang sudah
diperhitungkan oleh maskapai apalagi pada Desember nanti dua momen penting terjadi
yakni Natal dan Tahun Baru.
Untuk mengakomodasi itu, sejumlah maskapai mulai
mengajukan izin tambahan penerbangan, terutama rute internasional dan
menerapkan program promosi tiket murah
Mulai dari Garuda Indonesia, AirAsia, Mandala
Airlines, Lion Air, Sriwijaya Air hingga Batavia Air tak ketinggalan menerapkan
promosi ini.
Direktur Komersial Batavia Air Sukirno Sukarna
mengatakan jika ada penumpang booking lebih awal, harga bisa lebih rendah.
Dia mengatakan sejumlah rute yang menjadi
primadona saat liburan adalah luar Jawa, seperti Medan, Manado, Bali, dan Pontianak,
untuk luar negeri yakni Singapura. Extra flight, katanya, akan dilakukan jika
dirasa perlu sebagaimana diterapkan tahun lalu.
Communications Manager AirAsia Indonesia Audrey
Progastama Petriny mengatakan selain meluncurkan dua rute baru dari Medan dan
Surabaya beberapa hari lalu, perseroan
mempromosikan harga kursi penerbangan mulai dari Rp69.000 yang berlangsung
12–25 November 2012 dengan periode pe nerbangan 1 Desember 2012–30 September 2013
Direktur Angkutan Udara Ditjen Perhubungan Udara
Kemenhub Djoko Murdjatmojo mengatakan pengajuan izin tambahan penerbangan
(extra flight) dilakukan oleh sejumlah maskapai guna mengakomodasi permintaan
yang diperkirakan meningkat jelang akhir tahun.
Sepengatahuannya, ada dua maskapai yang
mengajukan izin extra flight, salah satunya Singapore Airlines, terutama untuk
rute Singapura dan Hong Kong. “Itu biasanya menjelang Desember mulai diajukan,”
katanya.
Kelas
Menengah
Yudis Tiawan, Manajer Umum PT Angkasa Pura II
Cabang Soekarno—Hatta, mengatakan liburan panjang kali ini tampak biasa saja
karena dari sisi penumpang tidak banyak perbedaan dengan saat akhir pekan. Pada
Sabtu dan Minggu, penumpang mencapai 15.000 orang per hari.
Dia menduga masyarakat kini lebih memilih bertamasya
ke tempat wisata daripada pulang kampung karena mudik harus menyiapkan dana
lebih seperti saat Lebaran. Alasan lain
liburan kali ini terlalu biasa karena libur perusahaan tidak seragam.
Asisten Sekretaris Perusahaan Bidang Humas PT
Angkasa Pura I Merpin Butarbutar mengatakan terdapat rute—rute dengan
permintaan tinggi pada saat liburan panjang tiba yakni Surabaya, Makassar, dan
Bali.
“Lumayan ada peningkatan yah tapi memang tidak signifikan,
kemarin [Kamis] yang lebih padat, terutama bandara—bandara yang kami kelola,”
katanya.
Merpin yang pekan depan akan menjadi General
Manager Bandara Internasional Frans Kaisiepo, Biak, Papua, ini menilai liburan
kali ini bisa terlihat peralihan kelas ekonomi menengah yang biasanya memilih kapal laut kini
memilih pesawat.
Bahkan peralihan ini juga terjadi pada kelas
menengah ke bawah mengingat disparitas harga tiket pesawat dengan tiket kereta
api atau kapal laut tipis.
“Tiket pesawat relatif terjangkau, bayangin aja
Makassar–Jakarta atau Jakarta–Medan itu kalau lagi promo bisa Rp500.000, tak
jauh beda dengan kapal atau kereta dan lebih cepat sampai juga,” katanya.
Pertumbuhan kelas menengah ini juga tampak dari
catatan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta Nyoto Widodo. Dalam
paparan di situs resmi BPS Jakarta, Widodo mengatakan kelompok kelas menengah
menunjukan eksistensinya dalam beberapa tahun terakhir.
BPS Jakarta mencatat berdasarkan perhitungan
distribusi pendapatan, kelompok kelas menengah ini (40% penduduk berpendapatan menengah)
adalah penyumbang 35,37% dari total pendapatan dari aktivitas perekonomian
2011. Jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya, 34,09%.
Pertumbuhan kelas menengah ini juga terlihat
dari upaya sejumlah maskapai meluncurkan layanan penuh (full services) dari sebelumnya
low cost carrier atau layanan murah. Alasannya pun sama, ada prediksi peningkatan
pertumbuhan kelas menengah.
Sama seperti prediksi Ella, sang calo yang sudah
25 tahun mangkal di Terminal Bekasi, sepinya penumpang bus hari itu bisa jadi
karena orang lebih memilih sepeda motor, sudah mampu kredit kendaraan, atau bisa jadi
sudah mampu membeli tiket pesawat yang harganya tak jauh beda. (tahir.saleh@bisnis.co.id)
Terbit di Harian Bisnis Indonesia, Sabtu, 17
November 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar