Jumat, 16 November 2012

Ah, Liburan Panjang Biasa Saja...


Suasana sepi di Jalan Gatot Soebroto Jakarta karenakan libur panjang, (15/11/2012). Foto:VIVAnews/Fernando Randy
M. Tahir Saleh

LIBURAN panjang 4 hari sejak Kamis pekan ini ternyata bukan menjadi hari spesial buat Ella, seorang calo bus antarkota di Terminal Bekasi, Jawa Barat. Sejak mangkal dari pukul 06.00, tak banyak penumpang menyambagi bus jurusan Bekasi–Karawang yang menjadi wilayah kerjanya, lebih sepi sejak Kamis, (15/11).

“Ada 2 atau 5 orang sudah diberangkatin aja sama sopir, sepi dari maren [kemarin, 15/11],” kata pria Betawi ini berkeluh, Jumat (16/11).

Bagi bapak lima anak ini, liburan hingga akhir pekan ini begitu berbeda dibandingkan dengan saat Hari Raya Lebaran atau Tahun Baru ketika penumpang berjubel. “Nah ini lima penumpang aja, itu juga ngetem-nya lama banget,” katanya

Ella biasanya mengantongi upah paling besar Rp10.000 per bus. Sepinya penumpang karena masyakarat lebih suka menggunakan sepeda motor, atau memilih mengunjungi tempat wisata dibandingkan mudik atau bisa jadi lebih memilih pesawat.

Tak jauh dari tempatnya berdiri, di pangkalan bus antarkota antarprovinsi (AKAP) suasana pun sama. Hanya beberapa orang de ngan tastas besar berjalan mendatangi bus  AKAP, sedangkan para pegawai perusahaan otobus atau PO lebih suka mejeng di samping bus sembari berteriak rute tujuan.

“Orang lebih suka naik mobil pribadi,” ujar Ginasir, pegawai perwakilan pengurus PO Budiman yang melayani rute Jakarta–Tasikmalaya.

Setiap hari PO Budiman menyediakan 20 bus AC. Namun, satu bus dengan 44 kursi
yang bertarif Rp40.000 per tiket hanya terisi 15 kursi. Kondisi itu membuat Ginasir pesimistis soal keterisian penumpang.

Soal sepinya penumpang bus AKAP ini dibantah oleh Ketua Umum Organisasi Angkutan Darat (Organda) Eka Sari Lorena Surbakti. Menurut dia, justru pada Kamis tingkat keterisian penumpang bus AKAP sangat tinggi, wajar jika liburan kali ini  Jakarta mulai lengang.

“Ramainya kemarin, Jakarta uda lengang sekarang. Saya dari Panglima Polim ke Cengkareng kurang dari 1 jam sampai. Kalau soal sepi, bus jarak pendek memang banyak yang lebih milih naik motor, ketimbang pilih bus, kecuali jarak jauh,” katanya.

Pada transportasi udara ini juga terjadi perubahan lalu lintas meskipun tidak terlalu signifikan, penjualan tiket dari jauh-jauh hari juga menunjukan peningkatan di sejumlah maskapai.

Pegawai tiket AirAsia perwakilan Bali, Muhammad Aditya, misalnya mengatakan tiket sejak Rabu-Jumat untuk tujuh penerbangan dalam sehari penuh dari Jakarta ke Bali. Tapi kondisi tersebut pun memang juga terjadi pada saat akhir pekan.

“Tapi kalau pun weekend kami biasanya penuh juga Jumat dan Sabtu terutama arus balik Minggu,” katanya.
Liburan panjang sejak Kamis ini memang sudah diperhitungkan oleh maskapai apalagi pada Desember nanti dua momen penting terjadi yakni Natal dan Tahun Baru.

Untuk mengakomodasi itu, sejumlah maskapai mulai mengajukan izin tambahan penerbangan, terutama rute internasional dan menerapkan program promosi tiket murah

Mulai dari Garuda Indonesia, AirAsia, Mandala Airlines, Lion Air, Sriwijaya Air hingga Batavia Air tak ketinggalan menerapkan promosi ini.

Direktur Komersial Batavia Air Sukirno Sukarna mengatakan jika ada penumpang booking lebih awal, harga bisa lebih rendah.

Dia mengatakan sejumlah rute yang menjadi primadona saat liburan adalah luar Jawa, seperti Medan, Manado, Bali, dan Pontianak, untuk luar negeri yakni Singapura. Extra flight, katanya, akan dilakukan jika dirasa perlu sebagaimana diterapkan tahun lalu.

Communications Manager AirAsia Indonesia Audrey Progastama Petriny mengatakan selain meluncurkan dua rute baru dari Medan dan Surabaya beberapa hari lalu, perseroan  mempromosikan harga kursi penerbangan mulai dari Rp69.000 yang berlangsung 12–25 November 2012 dengan periode pe nerbangan 1 Desember 2012–30  September 2013

Direktur Angkutan Udara Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub Djoko Murdjatmojo mengatakan pengajuan izin tambahan penerbangan (extra flight) dilakukan oleh sejumlah maskapai guna mengakomodasi permintaan yang diperkirakan meningkat jelang akhir tahun.

Sepengatahuannya, ada dua maskapai yang mengajukan izin extra flight, salah satunya Singapore Airlines, terutama untuk rute Singapura dan Hong Kong. “Itu biasanya menjelang Desember mulai diajukan,” katanya.

Kelas Menengah
Yudis Tiawan, Manajer Umum PT Angkasa Pura II Cabang Soekarno—Hatta, mengatakan liburan panjang kali ini tampak biasa saja karena dari sisi penumpang tidak banyak perbedaan dengan saat akhir pekan. Pada Sabtu dan Minggu, penumpang mencapai 15.000 orang per hari.

Dia menduga masyarakat kini lebih memilih bertamasya ke tempat wisata daripada pulang kampung karena mudik harus menyiapkan dana lebih seperti saat Lebaran.  Alasan lain liburan kali ini terlalu biasa karena libur perusahaan tidak seragam.

Asisten Sekretaris Perusahaan Bidang Humas PT Angkasa Pura I Merpin Butarbutar mengatakan terdapat rute—rute dengan permintaan tinggi pada saat liburan panjang tiba yakni Surabaya, Makassar, dan Bali.

“Lumayan ada peningkatan yah tapi memang tidak signifikan, kemarin [Kamis] yang lebih padat, terutama bandara—bandara yang kami kelola,” katanya.

Merpin yang pekan depan akan menjadi General Manager Bandara Internasional Frans Kaisiepo, Biak, Papua, ini menilai liburan kali ini bisa terlihat peralihan kelas ekonomi  menengah yang biasanya memilih kapal laut kini memilih pesawat.

Bahkan peralihan ini juga terjadi pada kelas menengah ke bawah mengingat disparitas harga tiket pesawat dengan tiket kereta api atau kapal laut tipis.

“Tiket pesawat relatif terjangkau, bayangin aja Makassar–Jakarta atau Jakarta–Medan itu kalau lagi promo bisa Rp500.000, tak jauh beda dengan kapal atau kereta dan lebih  cepat sampai juga,” katanya.

Pertumbuhan kelas menengah ini juga tampak dari catatan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta Nyoto Widodo. Dalam paparan di situs resmi BPS Jakarta, Widodo mengatakan kelompok kelas menengah menunjukan eksistensinya dalam beberapa tahun terakhir.

BPS Jakarta mencatat berdasarkan perhitungan distribusi pendapatan, kelompok kelas menengah ini (40% penduduk berpendapatan menengah) adalah penyumbang 35,37% dari total pendapatan dari aktivitas perekonomian 2011. Jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya, 34,09%.

Pertumbuhan kelas menengah ini juga terlihat dari upaya sejumlah maskapai meluncurkan layanan penuh (full services) dari sebelumnya low cost carrier atau layanan murah. Alasannya pun sama, ada prediksi peningkatan pertumbuhan kelas menengah.

Sama seperti prediksi Ella, sang calo yang sudah 25 tahun mangkal di Terminal Bekasi, sepinya penumpang bus hari itu bisa jadi karena orang lebih memilih sepeda motor,  sudah mampu kredit kendaraan, atau bisa jadi sudah mampu membeli tiket pesawat yang harganya tak jauh beda. (tahir.saleh@bisnis.co.id)

Terbit di Harian Bisnis Indonesia, Sabtu, 17 November 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

Penayangan bulan lalu