Jumat, 26 September 2008

Sorot KOMODITAS dunia


Geliat harga jagung dunia di tengah perubahan cuaca AS

oleh: M Tahir Saleh

Harga jagung di pasar internasional akhirnya kembali terperosok ke level US$5 per bushel setelah sebelumnya sempat 'anteng' di angka US$6 per bushel. Entah sudah berapa kali harga komoditas itu turun naik seumpama roda, kadang di atas kadang di bawah. Ternyata penggerak harga salah satu bahan pangan itu adalah kondisi cuaca di AS.

Harga jagung melorot di tengah spekulasi hujan akan mengobati kekhawatiran petani AS akan hasil panennya karena hujan tentunya dapat memulihkan kondisi lahan tanam di negara produsen dan eksportir terbesar di dunia itu.

Dari pantauan Global Weather Monitoring, para petani di Midwest kemungkinan diguyur air hujan lebih dari 2,5 cm pada 6 Agustus seiring dengan perpindahan cuaca dari Selatan Kanada.

Kawasan wilayah Midwest AS yakni Ohio, Indiana, Illinois, Iowa, dan Missouri dikenal sebagai corn belt karena menjadi daerah penghasil jagung yang menyumbang 50% dari total produksi jagung di AS. Iowa dan Illinois merupakan dua ladang terbesar di AS.

Selain AS, dua negara di Amerika Selatan, Brasil dan Argentina juga menjadi negara produsen jagung terbesar dunia. Ketiganya memasok sekitar 70% jagung untuk pakan ternak dan 30% diolah untuk kebutuhan pangan. AS mampu memasok 40% dari total produksi jagung dunia berkat pengelolaan pertanian yang baik dan modern.

Spekulasi cuaca kering dan panas akhir bulan lalu di wilayah produsen jagung terbesar itu tentu mendorong harga komoditas ini sempat menanjak.

Pada saat itu beberapa analis memperkirakan temperatur udara beberapa wilayah di Midwest kemungkinan tidak kondusif untuk panen. Cuaca diperkirakan 12 derajat di atas normal dalam tujuh hari ke depan dan mencapai 98 derajat Fahrenheit (30o celcius).

Lebih parah lagi, QT Information System Inc, salah satu lembaga penyedia informasi harga komoditas yang bermarkas di Chicago Board of Trade, bahkan menyatakan wilayah negara bagian Nebraska hingga Indiana kemungkinan akan kering karena hujan masih berada di wilayah Selatan.

Beberapa analis di AS memproyeksikan panen jagung akan turun. Apalagi lahan pertanian juga semakin berkurang akibat tergerus hujan. USDA dalam laporannya menyatakan panen 15 Juni hanya mampu menghasilkan 57% jagung berkualitas baik.

Produksi jagung pada periode itu lebih rendah dibandingkan dengan awal pekan yang mampu menghasilkan 60% jagung. Bahkan tahun lalu, 70% jagung berkualitas tinggi dapat dihasilkan.

Pada perdagangan akhir Juli harga jagung untuk pengiriman Desember naik 11,25 sen atau 1,8% menjadi US$6,24 per bushel di bursa Chicago Board of Trade (CBOT). Harga jagung naik 9% sejak bergerak pada level rendah selama 17 pekan.

Namun, kemarin harga jagung untuk pengiriman Desember di CBOT turun 1,7% menjadi US$5,75 per bushel. Harga kontrak teraktifnya melonjak 20% pada Juli dan melorot 28% dari rekor US$7,99 pada 27 Juni.

Selain cuaca, pemicu lainnya adalah laporan Departemen Pertanian AS mengenai jumlah ekspor dari negeri Paman Sam itu. AS, sesuai dengan data USDA, mengekspor 152.400 ton jagung ke Jepang pada pekan lalu dan 112.000 ton padi-padian ke Korea Selatan. Dua negara langganan AS.

Pertengahan Juli harga komoditas itu turun ke level US$5,81 per bushel yang merupakan level terendah sejak 30 Mei. Penurunan saat itu terpicu rencana negara pengimpor jagung seperti Jepang yang memangkas impor jagungnya.

Di Tanah Air, masyarakat di Madura dan Nusa Tenggara Timur menjadikan jagung sebagai bahan pangan pokok.

Jagung juga menjadi bahan baku penting untuk pakan ternak di dalam negeri. Umumnya, lonjakan harga jagung akan langsung diikuti dengan kenaikan harga telur dan ayam potong.

Ketergantungan pada jagung impor berdampak buruk terhadap keberlanjutan penyediaan jagung di dalam negeri mengingat komoditas ini di negara produsen utama telah digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk untuk bahan baku biofuel. (redaksi@bisnis.co.id)

Dipublikasikan di Harian Bisnis Indonesia edisi 5 Agustus 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

Penayangan bulan lalu