Selasa, 28 Februari 2012

Reksa Dana Baru

Dari Reksa Dana Indeks sampai ke Sapi
M. Tahir Saleh, Achmad Aris

JAM menunjukkan pukul 11.49, tetapi tamu di lantai 22 Menara Jamsostek sudah menyemut seperti tak tertampung. Beberapa malah tak kebagian ruang sekadar untuk berdiri, terpaksa nongkrong di luar. Jumlah hadirin ini memang luput dari prediksi sohibul bait, PT PG Asset Management.

Siang kemarin, 27 Februari, perusahaan yang baru mendapatkan izin usaha manajer investasi dari Bapepam-LK pada 27 Desember tahun lalu itu, mengundang cukup banyak relasi guna menyaksikan penandatanganan nota kesepakat an (MoU) antara PG Asset Management dan Bisnis Indonesia.

Kedua entitas yang berbeda industri ini menjalin kerja sama. PG Asset akan merilis Reksa Dana PG Indeks BISNIS27 pada April di mana reksa dana ini adalah reksa dana indeks berbasis saham dengan mengacu pada 27 saham yang ada dalam Indeks BISNIS27.

Reksa dana indeks sebetulnya adalah reksa dana yang portofolio nya terdiri atas saham-saham penyusun indeks tertentu. Proporsi kepemilikan saham oleh reksadana indeks sebisa mungkin disamakan dengan komposisi indeks acuan tersebut, sehingga kinerjanya diharapkan menyamai kinerja indeks acuan.

Dalam hal ini, Indeks BISNIS-27 yang menjadi acuan merupakan indeks yang dirilis oleh Bisnis Indonesia pada 27 Januari 2009 dan dicatatkan di Jakarta Automated Trading System (JATS).

Indeks itu terdiri dari 27 saham pilihan berdasarkan kriteria fundamental dan teknikal yang dilakukan oleh Bisnis Indonesia Intelligence Unit (BIIU) dengan pertimbangan dan masukan para ahli berpengalaman yang tergabung dalam Komite Indeks Bisnis-27. Evaluasi konstituen dilakukan setiap 6 bulan pada Mei dan September.

“Kenapa Indeks BISNIS-27? Karena tidak semua saham yang ada di bursa itu likuiditasnya ada. Jadi sementara 27 saham itu merupakan angka ideal untuk mewakili indeks keseluruhan,” kata Kepala Investasi PG Asset Management Achfas Achsien dalam sambutannya, kemarin.

Menurut Achfas, penerbitan reksa dana indeks itu adalah langkah awal setelah mendapat izin efektif dari Bapepam-LK dan memisahkan diri (spin-off) dari induk usaha PT Panca Global Securities Tbk.

Situs Bapepam-LK mencatat mayoritas saham PG Asset Management dimiliki oleh PT Multikem Suplindo sebesar 57%, PT Santosa Bara Mitra 38%, dan 5% PT Panca Global Securities. Multikem juga menggenggam saham PT First Indo American Leasing (First Finance), PT Sinar Mitra Sepadan Finance (SMS Finance), dan PT Pan Pasific Insurance.

Dirut PG Asset Management Sanverandy H. Kusuma mengatakan produk baru tersebut nantinya dipasarkan dengan nilai investasi minimal Rp250.000 dengan proyeksi imbal hasil investasi yang inline dengan IHSG.

“Pada tahun pertama, kami targetkan jumlah dana kelolaannya bisa mencapai Rp200 miliarRp300 miliar, sementara jumlah investornya bisa mencapai 100.000-200.000, mimpi kami investor bisa mencapai 1 juta, cita-cita boleh kan?“ tuturnya.

Diversifikasi produk
Wakil Pemimpin Umum Harian Bisnis Indonesia Ahmad Djauhar mengatakan sejak pertama kali diluncurkan, Indeks BISNIS-27 naik 178%, lebih tinggi dari KOMPAS100 dan LQ-45 yang naik 175% dan 163%.

BISNIS-27 juga satu-satunya indeks di Indonesia yang mema sukkan kriteria tata kelola perusahaan yang baik dalam memilih konstituen. “Misalnya direksi perusahaannya bertengkar terus, sahamnya bisa dikeluarkan dari indeks. Jadi sahamsahamnya itu saham rebusan, nggak ada saham gorengan,“ ujarnya.

Achfas menambahkan nantinya reksa dana indeks tersebut akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia atau menjadi reksa dana exchange traded fund/ETF (reksa dana yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa efek).

Menurut dia, yang pernah menjabat sebagai Sekjen Asosiasi Dana Pensiun Indonesia, sejumlah manajer investasi mulai mencoba meracik produk investasi yang berbeda, termasuk reksa dana indeks, dan ETF.

“Reksa dana saham sudah terlalu banyak, mesti ada keunikannya. Di Amerika, pertumbuhan ETF dan indeks lebih tinggi dari reksa dana konvensional meski dari sisi aset kelolaan masih kalah,“ katanya.

Diversifikasi produk ini mulai juga dilakukan oleh sejumlah manajer investasi seperti PT CIMB Principal Asset Management. Penjajakan anak usaha CIMB Principal Asset Management Berhad Malaysia dalam merilis ETF ini memang belum detail diungkapkan, tetapi dalam racikan.

“Kami belum mengetahui indeks mana yang jadi benchmark, kalau pakai indeks LQ-45 bisa sama dengan PT Indo Premier Investment Management. Kami belum mengetahui, tetapi ke depan ada rencana produk unik seperti ETF,“ kata Direktur CIMB Principal Asset Management Reita Farianti belum lama ini.

Indo Premier Investment Management bahkan sudah lebih dahulu merilis Reksa Dana Premier ETF LQ-45 dengan target dana kelolaan Rp1 triliun dalam 1 tahun ke depan.

Direktur Utama Indo Premier Investment Management John D Item mengatakan keunggulan produk seperti ETF adalah jika pergerakan satu saham emiten ditentukan oleh kinerja fundamental emiten terkait, kinerja reksa dana perseroan ini ditentukan oleh 45 saham anggota Indeks LQ45.“Artinya ini sama sama investasi dari gambaran GDP Indonesia karena 45 saham di indeks ini punya kapitalisasi pasar terbesar dan likuid,“ katanya.

John juga sepakat soal diversifikasi produk investasi. Bahkan suatu saat, katanya, dia bertekad jika regulasi memungkinkan bakal ada reksa dana sapi, yakni reksa dana yang investasinya berbasis industri sapi.

Inilah sebabnya bagi Achfas variasi produk menjadi tantangan bagi manajer investasi ke depan karena sejak 1995 sampai saat ini variasi produk khususnya reksa dana tidak terlalu banyak, padahal potensi tetap ada.

Sebut saja reksa dana komoditas (bukan saham komoditas), reksa dana emas, dan seperti diungkapkan reksa dana sapi, meski belum tentu didukung regulasi.(tahir.saleh@bisnis.co.id/achmad.aris@bisnis.co.id)


*) Tulisan ini diterbitkan di Harian Bisnis Indonesia edisi 28 Februari 2012
foto: big.sugeng.blogspot

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

Penayangan bulan lalu