Dari
Reksa Dana Indeks sampai ke Sapi
M. Tahir Saleh, Achmad Aris
M. Tahir Saleh, Achmad Aris
JAM
menunjukkan pukul 11.49, tetapi tamu di lantai 22 Menara Jamsostek sudah
menyemut seperti tak tertampung. Beberapa malah tak kebagian ruang sekadar
untuk berdiri, terpaksa nongkrong di luar. Jumlah hadirin ini memang luput dari
prediksi sohibul bait, PT PG Asset
Management.
Siang
kemarin, 27 Februari, perusahaan yang baru mendapatkan izin usaha manajer
investasi dari Bapepam-LK pada 27 Desember tahun lalu itu, mengundang cukup
banyak relasi guna menyaksikan penandatanganan nota kesepakat an (MoU) antara
PG Asset Management dan Bisnis Indonesia.
Kedua
entitas yang berbeda industri ini menjalin kerja sama. PG Asset akan merilis
Reksa Dana PG Indeks BISNIS27 pada April di mana reksa dana ini adalah reksa
dana indeks berbasis saham dengan mengacu pada 27 saham yang ada dalam Indeks
BISNIS27.
Reksa
dana indeks sebetulnya adalah reksa dana yang portofolio nya terdiri atas
saham-saham penyusun indeks tertentu. Proporsi kepemilikan saham oleh reksadana
indeks sebisa mungkin disamakan dengan komposisi indeks acuan tersebut,
sehingga kinerjanya diharapkan menyamai kinerja indeks acuan.
Dalam
hal ini, Indeks BISNIS-27 yang menjadi acuan merupakan indeks yang dirilis oleh
Bisnis Indonesia pada 27 Januari 2009 dan dicatatkan di Jakarta Automated
Trading System (JATS).
Indeks
itu terdiri dari 27 saham pilihan berdasarkan kriteria fundamental dan teknikal
yang dilakukan oleh Bisnis Indonesia Intelligence Unit (BIIU) dengan
pertimbangan dan masukan para ahli berpengalaman yang tergabung dalam Komite
Indeks Bisnis-27. Evaluasi konstituen dilakukan setiap 6 bulan pada Mei dan
September.
“Kenapa
Indeks BISNIS-27? Karena tidak semua saham yang ada di bursa itu likuiditasnya
ada. Jadi sementara 27 saham itu merupakan angka ideal untuk mewakili indeks
keseluruhan,” kata Kepala Investasi PG Asset Management Achfas Achsien dalam
sambutannya, kemarin.
Menurut
Achfas, penerbitan reksa dana indeks itu adalah langkah awal setelah mendapat
izin efektif dari Bapepam-LK dan memisahkan diri (spin-off) dari induk usaha PT
Panca Global Securities Tbk.
Situs
Bapepam-LK mencatat mayoritas saham PG Asset Management dimiliki oleh PT
Multikem Suplindo sebesar 57%, PT Santosa Bara Mitra 38%, dan 5% PT Panca
Global Securities. Multikem juga menggenggam saham PT First Indo American
Leasing (First Finance), PT Sinar Mitra Sepadan Finance (SMS Finance), dan PT
Pan Pasific Insurance.
Dirut
PG Asset Management Sanverandy H. Kusuma mengatakan produk baru tersebut
nantinya dipasarkan dengan nilai investasi minimal Rp250.000 dengan proyeksi
imbal hasil investasi yang inline dengan IHSG.
“Pada
tahun pertama, kami targetkan jumlah dana kelolaannya bisa mencapai Rp200
miliarRp300 miliar, sementara jumlah investornya bisa mencapai 100.000-200.000,
mimpi kami investor bisa mencapai 1 juta, cita-cita boleh kan?“ tuturnya.
Diversifikasi produk
Wakil
Pemimpin Umum Harian Bisnis Indonesia Ahmad Djauhar mengatakan sejak pertama
kali diluncurkan, Indeks BISNIS-27 naik 178%, lebih tinggi dari KOMPAS100 dan
LQ-45 yang naik 175% dan 163%.
BISNIS-27
juga satu-satunya indeks di Indonesia yang mema sukkan kriteria tata kelola
perusahaan yang baik dalam memilih konstituen. “Misalnya direksi perusahaannya
bertengkar terus, sahamnya bisa dikeluarkan dari indeks. Jadi sahamsahamnya itu
saham rebusan, nggak ada saham gorengan,“ ujarnya.
Achfas
menambahkan nantinya reksa dana indeks tersebut akan dicatatkan di Bursa Efek
Indonesia atau menjadi reksa dana exchange traded fund/ETF (reksa dana yang
unit penyertaannya diperdagangkan di bursa efek).
Menurut
dia, yang pernah menjabat sebagai Sekjen Asosiasi Dana Pensiun Indonesia,
sejumlah manajer investasi mulai mencoba meracik produk investasi yang berbeda,
termasuk reksa dana indeks, dan ETF.
“Reksa
dana saham sudah terlalu banyak, mesti ada keunikannya. Di Amerika, pertumbuhan
ETF dan indeks lebih tinggi dari reksa dana konvensional meski dari sisi aset
kelolaan masih kalah,“ katanya.
Diversifikasi
produk ini mulai juga dilakukan oleh sejumlah manajer investasi seperti PT CIMB
Principal Asset Management. Penjajakan anak usaha CIMB Principal Asset Management
Berhad Malaysia dalam merilis ETF ini memang belum detail diungkapkan, tetapi
dalam racikan.
“Kami
belum mengetahui indeks mana yang jadi benchmark, kalau pakai indeks LQ-45 bisa
sama dengan PT Indo Premier Investment Management. Kami belum mengetahui,
tetapi ke depan ada rencana produk unik seperti ETF,“ kata Direktur CIMB
Principal Asset Management Reita Farianti belum lama ini.
Indo
Premier Investment Management bahkan sudah lebih dahulu merilis Reksa Dana
Premier ETF LQ-45 dengan target dana kelolaan Rp1 triliun dalam 1 tahun ke
depan.
Direktur
Utama Indo Premier Investment Management John D Item mengatakan keunggulan
produk seperti ETF adalah jika pergerakan satu saham emiten ditentukan oleh
kinerja fundamental emiten terkait, kinerja reksa dana perseroan ini ditentukan
oleh 45 saham anggota Indeks LQ45.“Artinya
ini sama sama investasi dari gambaran GDP Indonesia karena 45 saham di indeks
ini punya kapitalisasi pasar terbesar dan likuid,“ katanya.
John
juga sepakat soal diversifikasi produk investasi. Bahkan suatu saat, katanya,
dia bertekad jika regulasi memungkinkan bakal ada reksa dana sapi, yakni reksa
dana yang investasinya berbasis industri sapi.
Inilah
sebabnya bagi Achfas variasi produk menjadi tantangan bagi manajer investasi ke
depan karena sejak 1995 sampai saat ini variasi produk khususnya reksa dana
tidak terlalu banyak, padahal potensi tetap ada.
Sebut
saja reksa dana komoditas (bukan saham komoditas), reksa dana emas, dan seperti
diungkapkan reksa dana sapi, meski belum tentu didukung regulasi.(tahir.saleh@bisnis.co.id/achmad.aris@bisnis.co.id)
*) Tulisan ini diterbitkan di Harian Bisnis
Indonesia edisi 28 Februari 2012
foto: big.sugeng.blogspot
Tidak ada komentar:
Posting Komentar