'RI Bisa
Contoh Negeri Gajah Putih Mendukung Freight Forwarder'
Integrasi
logistik Asean pada 2013 sudah di depan mata. Thailand mempersiapkan diri
memasuki era liberalisasi logistik di Asia Tenggara itu dengan menggelar Thailand
International Logistics Fair 2012 pada 19-22 September 2012. Apa saja yang
menarik dari pameran itu, berikut tulisan singkatnya:
![]() |
Pembukaan TILOG2012, Sin Kumpha (tengah) dan Kate Choomchaiyo (kanan) by logisticfair.com |
CHARVANIN BUNDITKITSADA,
Chief Executive Officer JVK Group, tiba-tiba mengeryitkan dahinya ketika ditanya
berapa peringkat Thailand saat ini dalam Logistics Perfomance Index versi Bank Dunia.
Bos salah
satu perusahaan solusi logistik terbesar di Negeri Gajah Putih itu hanya
terdiam sejenak, lantas mencoba menebak barangkali peringkat negaranya masih
lebih baik ketimbang Indonesia.
“Saya
tidak tahu jelasnya peringkat berapa di Bank Dunia,” katanya saat ditemui di
sela-sela kunjungan wartawan Asia di salah satu gudang utama JWD InfoLogistics
Company Limited, anak usaha JVK Group, di Provinsi Chonburi, Thailand, Selasa
(18/9).
Logistics
Perfomance Index (LPI) adalah penilaian peringkat yang dilakukan Bank Dunia
terhadap 155 negara. Peringkat didasarkan pada survei global dari operator
lapangan baik dari ekspedisi kargo (freight forwarder) maupun jasa kurir yang
memberikan umpan balik soal perlakukan logistik di negara tempat mereka
beroperasi.
Perkiraan
Bunditkitsada tepat. Sesuai dengan data Bank Dunia, ranking LPI Thailand pada
tahun ini lebih baik dari Indonesia. Thailand berada di urutan ke-38, sementara
Indonesia di urutan ke-59 dari 155 negara.
Peringkat
pertama dunia diisi Singapura yang menggeser Jerman, sedangkan Malaysia
diperingkat ke-29. Posisi Indonesia 2 tahun lalu masih jauh di urutan ke-75,
Malaysia dan Thailand lebih baik masing-masing ke-29 dan ke-35.
“Banyak
hal terkait dengan permasalahan logistik tentu setiap perusahaan punya masalah
yang berbeda-beda tetapi secara garis besar efisiensi memang jadi perhatian,”
ungkapnya.
JVK Group
merupakan satu dari 190 perusahaan partisipan Thailand International Logistics
Fair (TILOG) 2012 yang digelar pada 19-22 September 2012 di Bangkok
International Trade Exhibiton Centre (BITEC).
Acara
tahunan yang ke-9 itu digagas Departemen Promosi Perdagangan Internasional,
bagian dari Kementerian Perdagangan Thailand, dengan menggandeng Thai National
Shippers Council dan Hazardous Substances Logistics Association.
Tujuannya
mencari solusi mengurangi biaya logistik dan menaikkan ekspor, meningkatkan
standar pengiriman barang, dan mendorong kemandirian logistik di negara
kerajaan itu dalam Asean Economic Community (AEC) pada 2015
Dari
Indonesia, dua perwakilan ikut serta yakni JNE Logistics dan PT Samudera
Indonesia yang memiliki anak usaha PT Silkargo Indonesia. Dari Singapura ada
enam perusahaan, Kamboja lima per usahaan, Vietnam empat perusahaan, dan China
lima perusahaan.
Bangun Jaringan
Kulpong Saralamba, Inward
Manager Samudera Shipping Line Ltd, anak usaha Samudera Indonesia, mengatakan
tahun lalu pihaknya juga turut serta dalam pameran yang sama guna mempromosikan
perseroan sekaligus mencari mitra guna memperkuat jaringan.
“Perwakilan
dari Jakarta sudah kembali, jadi kami di sini untuk mempromosikan PT Samudera Indonesia
dan keseluruhan bisnisnya,” tuturnya.
Bagi
Wakil Menteri Perdagangan Kementerian Perdagangan Sin Kumpha, penyelenggaraan pameran itu penting mengingat negaranya
perlu mendukung pertumbuhan industri logistik.
Hal itu
lantaran Asean bakal menjadi pasar kuat karena punya total populasi mencapai
600 juta penduduk. Potensi dengan kelebihan jumlah penduduk itu, katanya, bisa
menjadi target pasar ekspor baik bagi Thailand sendiri maupun negara Asia lain.
Sin
Kumpha mendorong kebijakan yang membuka keran efektivitas berbisnis dan
berusaha sehingga memudahkan industri bertumbuh.
Netpreeya Kate Choomchaiyo,
Direktur Logistik Perdagangan Departemen Promosi Perdagangan, Kementerian
Perdagangan Thailand, mengatakan persoalan logistik Thailand berbeda dengan
Indonesia yang terkendala infrastruktur sehingga menimbulkan beban biaya
tinggi.
Dengan
kondisi itu, masalah di kedua negara tak bisa dipetakan sama. Indonesia,
menurutnya, punya kelemahan infrastruktur jalan darat dari pelabuhan ke gudang.
Imbasnya, biaya logistik jadi selangit.
***
![]() |
Suasana TILOG 2012 by Logisticfair.com |
Direktur
Logistik Perdagangan Departemen Promosi Perdagangan, Kemendag Thailand Netpreeya
Kate Choomchaiyo menilai Indonesia punya keunggulan adanya keterhubungan antarpulau
yang membaik.
“Kalau
kami kebalikannya dari Indonesia. Sarana infrastruktur kami sangat baik, jalan
tol. Jalan darat, truk, dan kami juga kuat pada penerbangan,”paparnya.
Kate
mengklaim sejak penyelenggaraan TILOG yang sudah kesembilan kalinya mengesankan
karena terjadi penurunan dalam beban biaya terhadap produk domestik bruto
(PDB). “Ada peningkatan volume logistik hingga 10 kali lipat, rasio beban ke
PDB juga berkurang."
Padahal,
imbuhnya, beban logistik Thailand 2
tahun lalu 18% dari PDB. Dengan pertumbuhan industri yang cukup baik, beban
biaya diharapkan berkurang menjadi 15% terhadap GDP dan beberapa tahun
mendatang bisa menjadi hanya 10% dari PDB.
Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat statistik terakhir biaya logistik di
Indonesia termasuk yang tertinggi di Asean yakni sebesar 25%--30% dari PDB.
Padahal idealnya tidak melebihi 15% dari PDB.
Besaran
biaya logistik tersebut terdiri dari biaya pengelolaan persediaan (inventory
carrying cost), biaya transportasi, dan biaya administrasi.
Cara
mengurangi beban logistik tersebut, lanjut Kate, akan diimplementasikan dengan
menyelenggarakan program latihan bagi perusahaan eksportir hingga perusahaan
importir agar mengetahui layanan logistik secara baik dan sistem manajemennya.
“Kami
juga kerja sama dengan tenaga ahli yang akan melakukan kunjungan langsung
terhadap perusahaan,” jelas Kate yang sudah 20 tahun lebih menggeluti industri
logistik di Thailand ini.
Selain
itu, tuturnya, pemerintah juga akan menggadeng seluruh kampus di Thailand guna
mencetak tenaga yang ahli di industri ini.
“Soal SDM
bisa menjadi masalah ke depan jika tidak dipersiapkan karena bisnis ini makin
tumbuh dengan segala tingkat kerumitannya,” ungkapnya.
General
Manager Dynamic Intertransport Co Ltd, anak usaha logistik dari Charoen
Pokhphand Trading Group, Kamol Satcha
menambahkan cara lain meningkatkan efisiensi adalah mendorong penggunaan jalur sungai
dalam angkutan barang.
Saat ini,
jalur sungai baru dimanfaatkan sekitar 5% dari total distribusi barang. Dia
mengharapkan angkutan sungai bisa ditingkatkan perannya menjadi 10%. Saat ini, logistik
lewat darat mendominasi hingga 80% dari total angkutan barang di Thailand.
Pada
2006-2007, menurutnya, arus peti kemas melalui kota Lat Krabang, Thailand mencapai
1,7 juta mengakibatkan kemacetan parah karena setiap truk butuh waktu mengangkut
dan memindahkan kontainer
Dulu,
ungkapnya, perjalanan truk maksimal dua kali trip mengambil container. Saat
ini, jumlah trip meningkat lima kali yang dibawa ke kawasan bisnis Ayutthaya,
ibu kota Thailand, sebelum Bangkok.
Sin Kumpha
menambahkan fokus pada peningkatan efektivitas dan efisiensi adalah keharusan mengingat
logistik merupakan faktor penting dalam perdagangan internasional, khususnya layanan
ekspor barang yang menyumbang 70% pendapatan negara.
Untuk
mendorong kemajuan logistik Thailand, Kate juga mengungkapkan pihaknya meng
gandeng sejumlah institusi lain. “Dukungan pemerintah saat ini nampak, misalnya
ketika perusahaan logistik berinvestasi di luar negeri, atau ketika dalam urusan
pendanaan,” katanya.
Kate
berharap dengan penyelenggaraan TILOG tersebut yang diklaim terbesar di Asean
bisa menurunkan biaya logistik menjadi kenyataan yakni 10% dari PDB. Untuk
menjaring peserta TILOG, Kemendag Thailand bahkan sudah mengkampanyekan pameran
tersebut 2 tahun lalu kepada pelaku industri dan duta besar negara sahabat.
Bagi saya
yang datang khusus atas undangan Kemendag Thailand, penyelenggaraan pameran TILOG
tak ada bedanya seperti pameran internasional di Indonesia. Namun, yang justru
berbeda adalah komitmen negara dalam mendukung industri logistiknya yang
sepatutnya dicontoh juga oleh Indonesia. (tahir.saleh@bisnis.co.id)
Terbit di Harian Bisnis Indonesia, edisi Senin dan Selasa 24—25
September 2012
Words: 1.088
Words: 1.088
Tidak ada komentar:
Posting Komentar