![]() |
Bandara Soetta (by Dewbar) |
SENIN (24/9)
pukul 3 sore, Anton, salah satu
pegawai maskapai AirAsia di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng tampak serius.
Tugasnya
sebagai Tim Leader In-flight Sevices Air Asia di salah satu bandara tersibuk di
dunia itu membuatnya fokus karena dia mesti mengirim laporan ke Kuala Lumpur,
Malaysia secepatnya.
Akan
tetapi sejurus kemudian dirinya terkaget-kaget ketika pekerjaannya sore itu
terganggu. “Saya sadar listrik mati, sistem jadi down. Jadi, berpindah ke
manual, semenit kemudian nyala lagi [listrik],” katanya Selasa (25/9).
Senin
(24/9), aktivitas Bandara Soe karno-Hatta yang dirancang oleh arsitek Prancis Paul Andreu itu sempat mengalami
gangguan listrik. Kendati gangguannya hanya beberapa menit, dampaknya terjadi
keterlambatan pesawat hingga 2 jam.
Kepala
Humas PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Pusat Bambang Dwiyanto menjelaskan terputusnya listrik ke Bandara
Soerkarno--Hatta akibat kebakaran besar di daerah dekat Duri Kosambi pada Senin
sore. Akibatnya, penghantar saluran udara tegangan tinggi (SUTET) di
Cengkareng—Duri Kosambi padam.
“Ini menyebabkan
Bandara Soekarno—Hatta dan sekitarnya sempat padam. Sampai saat ini pemeriksaan
atas penyebab kebakaran itu masih diselidiki,” katanya.
Sebagai
catatan bukan kali ini saja listrik di bandara utama di Indonesia itu mengalami
padam listrik. Pada 25 April tahun ini,
listrik di bandara itu juga padam bahkan saat itu lamanya hingga 2 jam 30
menit.
Dampaknya
sangat terasa karena 27 penerbangan Garuda Indonesia kala itu terganggu,
terdiri dari 14 penerbangan terkena keterlambatan penerbangan atau delay dan
sisanya penerbangan lanjutan yang terkena efek domino.
Insiden
saat itu disebabkan oleh sebagian Jakarta mengalami pemadaman listrik akibat
adanya gangguan di Gardu Induk Gandul, Jakarta Selatan.
Sekretaris
Jenderal Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Tengku Burhanuddin mengatakan akibat
pemadaman pada Senin sore itu, dampaknya terjadi delay dari maskapai yang
beroperasi di Terminal 2 Bandara Soetta.
“Yang
beroperasi di terminal 2 [delay], yang pasti beberapa flight Garuda Indonesia.”
Burhanuddin
membandingkan antisipasi di bandara luar negeri, jika terjadi pemadaman,
operator bandara segera merespon dengan generator listrik atau genset yang
sudah tersedia. Di bandara internasional luar negeri juga selalu dilakukan
latihan darurat guna mengantisipasi insiden tak diiinginkan termasuk listrik.
“Saran
kami mungkin di bandara kita juga paling tidak 1 tahun sekali ada latihan
emergency termasuk bagaimana mengatasi mati listrik agar kesigapan petugas dan
alat itu berjalan dengan baik,” katanya.
Baginya
insiden di bandara bertaraf internasional itu mesti segera diusut mengingat
imbasnya berujung pada delay sekitar 2 jam.
“Maskapai
pasti rugi dengan keterlambatan karena rotasi pesawat dan semoga penumpang yang
terkena keterlambatan bisa memakluminya,” katanya.
Direktur
Pemasaran dan Penjualan Garuda Indonesia Elisa
Lumbantoruan mengatakan insiden itu menyebabkan delay maskapainya sekitar
10 menit—60 menit.
“Kemarin
[Senin] gangguannya tidak lama yah, dulu pernah terjadi lebih lama, saya lupa
kapan itu. Dampaknya kan misalnya check in, itu prosesnnya kan terganggu harus
divalidasi lagi,” katanya.
Dia
berharap Angkasa Pura II bisa mengantisipasi dengan cepat dan tidak hanya
mengandalkan satu sumber energi utama dari PLN. “Genset memang ada delapan,
tapi problemnya kan sempat down, di bisnis ini [aviasi] engga boleh begitu
[down], power system harus reliable, mestinya sudah tersedia,” katanya.
Sekretaris
Perusahaan Angkasa Pura II Trisno
Heryadi menegaskan pihaknya sudah mengantisipasi dengan baik. Sokongan
energi dari delapan genset yang dimiiki lebih dari cukup untuk menangangi
persoalan padamnya listrik tersebut.
Sebanyak
delapan genset dalam 15 detik dapat mengatasi jalur prioritas di bandara
tersebut di antaranya jaringan listrik keselamatan penerbangan termasuk radar,
tower, transmitter dan lainnya sebesar 3x850 KVA (kilo volt ampere).
Selain
itu genset juga mengatasi jaringan prioritas operasional pelayanan di terminal
penumpang termasuk check-in, x-ray, bagasi, garbarata (aerobridge), filght
information display system, dan lainnya sebesar 2x2000 KVA. Pukul 16.41
kemarin, katanya, suplay listrik masuk sehingga kondisi bandara normal kembali.
“Saat
mati lampu 15 detik itu seluruh alat produksi bandara normal, proses
keberangkatan dan kedatangan penumpang normal. Kegiatan operasional di bandara
tidak terganggu berkat optimalnya delapan genset yang dimiliki,” tegasnya.
Sebagai
informasi selain Bandara Soetta, Angkasa Pura II juga menangangi 11 bandara
lain di antaranya Halim Perdanakusuma (Jakarta), Polonia (Medan), Supadio
(Pontianak), Minangkabau (Padang), Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), dan
Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru).
Tenaga Surya
Menteri
BUMN Dahlan Iskan juga angkat bicara
soal ini. Mantan Dirut PLN ini menghimbau agar bandara memakai tenaga surya.
“Saya minta supaya dipasang solar cell sebanyak-banyaknya,” katanya dikutip
Antara.
Tenaga
surya itu, katanya, bisa dipasang di atap-atap bandara begitu juga dengan
ruangan yang tersebar di seluruh terminal bandara agar sewaktu-waktu listrik
padam, penerangan bisa dimanfaatkan dari tenaga surya.
Ketua
Forum Transportasi Udara dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Suharto memandang pemadaman listrik di
bandara tersebut sebetulnya tidak perlu terjadi lagi dan tidak pantas terjadi
pada saat Indonesia sudah mendeklarasikan bandara tersebut bertaraf dunia.
“Bukan
soal nama internasionalnya tetapi bagaimana kita menjadi bandara world class?
Itu gerbang negara, cerminan negara kita, pintu masuk,” katanya.
MTI,
tegasnya, sudah berkali-kali menyarankan kepada Angkasa Pura II agar
memperhatikan sistem yang ada agar berdiri sendiri khususnya terkait dengan
listrik dan infrastruktur mengingat kevitalannya dalam penerbangan.
Dia
memaklumi jika pemadaman terjadi lantaran keadaan kahar atau force majeure
misalnya gangguan alam yang pernah terjadi di Eropa, tetapi jika pemadaman
listrik lantaran terputusnya aliran utama dari PLN hal itu mestinya tidak bisa
ditoleransi.
Bambang S Ervan, Kepala
Pusat Komunikasi Publik Kemenhub, menambahkan sebetulnya saat terjadi pemadaman
kemarin, delapan genset yang menopang berfungsi dengan baik sehingga operasional
bandara itu tidak terganggu. Namun, dia setuju perlu latihan tersebut guna mengantisipasi
pemadaman listrik.
“Yang
perlu dilakukan latihan emergency bersama menghadapi padam listrik yang
melibatkan semua maskapai penerbangan dan pengelola bandara.”
Apa pun
itu mestinya BandaraSoekarno-Hatta yang terhitung tersibuk di dunia ini tak
perlu sibuk mengurusi listrik jika antisipasi dari awal sudah baik dan terstruktur.
(tahir.saleh@bisnis.co.id)
Terbit di
Harian Bisnis Indonesia, Rabu, 26 September 2012
Words: 937
Words: 937
Tidak ada komentar:
Posting Komentar