![]() |
Aksi Endah N Rhesa, photo by Bentara Budaya Jakarta |
“Satu hal yang baik tentang musik adalah ketika
musik menyapa, Anda tidak merasakan sakit.” –Bob Marley
Oleh M. Tahir Saleh
Alvin
Adam dan Ratna Dumila tiba-tiba muncul dari balik pintu panggung Bentara BudayaJakarta (BBJ). Saat itu malam mulai merambat kendati baru pukul tujuh lewat.
Kedua pembawa acara ini lantas menyapa hadirin, lalu seketika memanggil 47
gitaris.
Rabu
malam pertengahan Februari itu, BBJ nampak
dijejali penonton yang hendak menyaksikan aksi gitaris Indonesia dalam pentas
amal ‘Dari Gitaris untuk Indonesia’. Perhelatan ini memang digagas oleh
sejumlah gitaris dan disokong oleh lembaga kebudayaan BBJ. Puluhan musisi
Indonesia dari berbagai genre hadir bersama dengan para donatur yang memenuhi
kawasan Palmerah Selatan, Jakarta. Pementasan
dimulai pukul tujuh hingga 11 malam. Tapi, tak semua tumplek
berbarengan karena mereka dibagi dalam 13 band.
Penampilan
band perdana yang apik disuguhkan Irvan Aulia ‘Samsons’, Arif ‘Kerispatih’,
Diat ‘Yovie and Nuno’, Marshal ‘Ada Band’, Rama ‘D’Masiv’, dan Arden ‘Tiket’
lewat lagu ‘Pelangi’
karya Koes plus. Performa band kedua tak kalah rancak. Penonton
terkesima dengan lagu reggae milik Bob Marley berjudul ‘One Love’
yang dibawakan oleh Eross ‘Sheila On 7’, Kin Aulia ‘The Fly’, Denny Chasmala,
Qoqo ‘She’, Taraz ‘The Rock Triad’, Riry Silalahi, dan Didit Saad. Usai
penampilan ini, sekitar pukul delapan, kedua host mengumumkan donasi sementara terkumpul Rp150 juta, ditambah
sumbangan dari Mayapada Foundation melalui Datuk Sri Tahir yang mencapai Rp500 juta.
Selepas
aksi trengginas Burgerkill dan duet romantis suami istri Endah n’ Rhesa, donasi
langsung bertambah Rp500 juta lagi dari Osman Sapta
Odang, pemilik Grup OSO yang turut hadir. “Ini rekor, baru lima penampil sudah
dapat Rp1 miliar,” kata Ratna Dumila, presenter Kompas TV.
![]() |
The musicians, photo by BBJ |
Sehabis
itu tampil puluhan gitaris lain, baik dengan
auman distorsi gitar maupun lewat petikan manis. Jubing Kristianto, John Paul
Ivan, Piyu ‘Padi’, Gugun ‘GBS’, Baron, Ovy ‘/rif’, Onci ‘Ungu’,
Agam Hamzah, Dewa Budjana, hingga Tohpati.
Tak ketinggalan musisi lawas Ireng Maulana, Mus Mujiono, dan Ian Antono. Total
derma yang terkumpul Rp1,73 miliar dan S$10 dolar.
Bukan
kali ini saja konser sukarela menggandeng musisi digelar untuk menghimpun dana
bagi korban bencana alam. Pada 5 Februari, sederat musisi Tanah Air juga
meramaikan konser amal ‘KOIN: Senandung untuk Negeri (Charity untuk Manado)’ di Hardrock Cafe, Pacific Place, Jakarta. Pegelaran guna menarik dana
bagi para korban banjir Manado ini menampilkan sejumlah musisi misalnya
Kerispatih, Alexa, Slank, Glenn Fredly, Indah Dewi Pertiwi, dan tak ketinggalan
Cherry Belle. Lebih dari Rp430 juta terkumpul dari konser tersebut. Di luar negeri, perhelatan amal oleh pekerja seni juga bukan hal baru. Jumlahnya tak terhitung.
Terakhir, para pemusik top dunia tampil
dalam konser penghimpunan dana bagi korban Topan Sandy. Nama-nama musisi tersohor dunia itu di antaranya Rolling Stones dan
Eric Clapton.
Inisiatif
gelaran amal itu dipicu oleh bala yang memang belum menjauh dari Indonesia dalam beberapa bulan terakhir. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sejak awal tahun sampai 16 Februari tercatat 282
bencana. Dampaknya 197 orang tewas, 64 luka-luka, 1,6 juta jiwa mengungsi, dan
puluhan ribu rumah rusak. Ekses ekonominya sangat besar.
Lembaga
negara ini bahkan memperkirakan kerugian dan kerusakan akibat banjir bandang
Sulawesi Utara mencapai Rp1,87 triliun, erupsi Gunung Sinabung Rp1 triliun,
banjir Pantura Rp6 triliun, dan banjir Jakarta Rp5 triliun. Ini belum termasuk
dampak meletusnya Gunung Kelud di Jawa Timur pada Kamis malam (13/2). “Bencana
menjadi urusan bersama. Pemerintah dan Pemda menjadi penanggung jawab utama,”
ujar Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, dalam
siaran persnya.
Konser
tak berhenti di BBJ dan Pacific Place. Di tengah bencana yang melanda,
tercetuslah konser amal berikutnya yang diselenggarakan oleh Himpunan Pengusaha
Muda Indonesia (Hipmi) bekerja sama dengan Hipmi Peduli, Suara Hati Project,
Polimoli.com, iPhonesia, dan Tamasya Hati.
Sari
W. Pramono, Ketua Hipmi Peduli, mengungkapkan seluruh dana yang dihimpun dari
penampilan musisi Tanah Air bakal disumbangkan untuk para korban bencana. “Karena judulnya konser amal, kami perlu artis.
Tentunya kalau bersinergi dengan pihak luar lebih baik, kenapa
tidak,” kata Sari.
Acara itu bertajuk ‘Suara Hati Peduli Konser Peduli
Sesama: Persembahan untuk Indonesia’. Artis-artis papan atas seperti Ari Lasso,
Andre Hehanusa, Andra & The
Backbone, Netral, dan Yuni Shara tampil memeriahkan acara
tersebut. Konser amal ini berlangsung
di Rolling Stone Cafe, Jakarta pada 20 Februari pukul 17:00-23:00 WIB. Harga tiket dipatok Rp300.000, VIP Rp5
juta, dan VVIP Rp10 juta. “Iya dong,
artisnya pro bono [latin: bersedia tak
dibayar], seluruh penjualan akan kami donasikan,” ujar Sari yang merangkap
sebagai Wakil Bendahara Umum Hipmi ini.
Tak bisa ditampik, seni memang menjadi salah satu medium ampuh dalam menggalang dana. Ini yang disadari oleh
Benyamin Prayogo, Ketua Departemen UKM dan Pengusaha Kecil Hipmi. Meski kerap
menyumbang secara langsung bagi korban bencana, Hipmi kali ini mencoba kreatif
dengan menggandeng musisi.
Penampilan
musisi; penyanyi dan gitaris tanpa dibayar itu diharapkan menarik uluran tangan
agar mendapatkan donasi cukup besar untuk mengurangi beban para korban. Soal
anggaran sponsor, pria yang akrab disapa Benny ini belum bisa membuat estimasi. “Biasanya kami kumpulin dari anggota Hipmi lalu sumbang direct ke Jakarta, Bandung, Subang, Manado, hingga Sinabung,” kata
Benny. “Tapi, baru kali ini kami kerja sama dengan artis.”
Walau
begitu, dia berharap konser-konser yang positif semacam ini tidak seharusnya
marak. Sebab bila perhelatan musik
amal kerap diadakan, itu artinya musibah masih menghampiri Indonesia—padahal itu tidak diinginkan.
Harapan
ini seperti tersirat dalam wejangan Iwan Hasan, pemain gitar harpa yang tampil
dalam pementasan amal di BBJ Rabu malam itu. Saking cintanya, Indonesia laiknya
rumah, tempat berlindung. “Mari kita yang hadir di sini jadikan Indonesia
sebagai tempat berlindung di hari tua,” kata Iwan.
Setidaknya
kesedihan masyarakat dan para korban bencana atas musibah bisa dihibur oleh
penampilan para seniman melalui musik, seperti kata Bob Marley dikutip situs Magforwoman: “Satu hal yang baik tentang musik, ketika Anda mendengarnya,
Anda tidak merasa sakit.”
Kepedulian bisa datang dari siapa
saja, profesi apa pun, atas nama
kemanusiaan dan solidaritas. Memang dana hasil pertunjukan amal belum bisa
menggantikan kerugian materi dan psikologis
akibat malapetaka itu, tapi konser amal merupakan wujud sederhana untuk berbagi dan membantu sesama.
Tulisan ini terbit di majalah Bloomberg Businessweek
Indonesia, 24 Februari 2014
Words: 989
Words: 989
Tidak ada komentar:
Posting Komentar