Jumat, 18 Juli 2014

Dawai Gitar untuk Indonesia

Aksi Endah N Rhesa, photo by Bentara Budaya Jakarta
“Satu hal yang baik tentang musik adalah ketika musik menyapa, Anda tidak merasakan sakit.” Bob Marley
Oleh M. Tahir Saleh

Alvin Adam dan Ratna Dumila tiba-tiba muncul dari balik pintu panggung Bentara BudayaJakarta (BBJ). Saat itu malam mulai merambat kendati baru pukul tujuh lewat. Kedua pembawa acara ini lantas menyapa hadirin, lalu seketika memanggil 47 gitaris.

Rabu malam pertengahan Februari itu, BBJ nampak dijejali penonton yang hendak menyaksikan aksi gitaris Indonesia dalam pentas amal ‘Dari Gitaris untuk Indonesia’. Perhelatan ini memang digagas oleh sejumlah gitaris dan disokong oleh lembaga kebudayaan BBJ. Puluhan musisi Indonesia dari berbagai genre hadir bersama dengan para donatur yang memenuhi kawasan Palmerah Selatan, Jakarta. Pementasan dimulai pukul tujuh hingga 11 malam. Tapi, tak semua tumplek berbarengan karena mereka dibagi dalam 13 band.

Penampilan band perdana yang apik disuguhkan Irvan Aulia ‘Samsons’, Arif ‘Kerispatih’, Diat ‘Yovie and Nuno’, Marshal ‘Ada Band’, Rama ‘D’Masiv’, dan Arden ‘Tiket’ lewat lagu Pelangi karya Koes plus. Performa band kedua tak kalah rancak. Penonton terkesima dengan lagu reggae milik Bob Marley berjudul One Love yang dibawakan oleh Eross ‘Sheila On 7’, Kin Aulia ‘The Fly’, Denny Chasmala, Qoqo ‘She’, Taraz ‘The Rock Triad’, Riry Silalahi, dan Didit Saad. Usai penampilan ini, sekitar pukul delapan, kedua host mengumumkan donasi sementara terkumpul Rp150 juta, ditambah sumbangan dari Mayapada Foundation melalui Datuk Sri Tahir yang mencapai Rp500 juta.

Selepas aksi trengginas Burgerkill dan duet romantis suami istri Endah n’ Rhesa, donasi langsung bertambah Rp500 juta lagi dari Osman Sapta Odang, pemilik Grup OSO yang turut hadir. “Ini rekor, baru lima penampil sudah dapat Rp1 miliar,” kata Ratna Dumila, presenter Kompas TV.

The musicians, photo by BBJ
Sehabis itu tampil puluhan gitaris lain, baik dengan auman distorsi gitar maupun lewat petikan manis. Jubing Kristianto, John Paul Ivan, Piyu ‘Padi’, Gugun ‘GBS’, Baron, Ovy /rif, Onci ‘Ungu’, Agam Hamzah, Dewa Budjana, hingga Tohpati. Tak ketinggalan musisi lawas Ireng Maulana, Mus Mujiono, dan Ian Antono. Total derma yang terkumpul Rp1,73 miliar dan S$10 dolar.

Bukan kali ini saja konser sukarela menggandeng musisi digelar untuk menghimpun dana bagi korban bencana alam. Pada 5 Februari, sederat musisi Tanah Air juga meramaikan konser amal ‘KOIN: Senandung untuk Negeri (Charity untuk Manado)’ di Hardrock Cafe, Pacific Place, Jakarta. Pegelaran guna menarik dana bagi para korban banjir Manado ini menampilkan sejumlah musisi misalnya Kerispatih, Alexa, Slank, Glenn Fredly, Indah Dewi Pertiwi, dan tak ketinggalan Cherry Belle. Lebih dari Rp430 juta terkumpul dari konser tersebut. Di luar negeri, perhelatan amal oleh pekerja seni juga bukan hal baru. Jumlahnya tak terhitung. Terakhir, para pemusik top dunia tampil dalam konser penghimpunan dana bagi korban Topan Sandy. Nama-nama musisi tersohor dunia itu di antaranya Rolling Stones dan Eric Clapton.

Inisiatif gelaran amal itu dipicu oleh bala yang memang belum menjauh dari Indonesia dalam beberapa bulan terakhir. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sejak awal tahun sampai 16 Februari tercatat 282 bencana. Dampaknya 197 orang tewas, 64 luka-luka, 1,6 juta jiwa mengungsi, dan puluhan ribu rumah rusak. Ekses ekonominya sangat besar.

Lembaga negara ini bahkan memperkirakan kerugian dan kerusakan akibat banjir bandang Sulawesi Utara mencapai Rp1,87 triliun, erupsi Gunung Sinabung Rp1 triliun, banjir Pantura Rp6 triliun, dan banjir Jakarta Rp5 triliun. Ini belum termasuk dampak meletusnya Gunung Kelud di Jawa Timur pada Kamis malam (13/2). “Bencana menjadi urusan bersama. Pemerintah dan Pemda menjadi penanggung jawab utama,” ujar Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, dalam siaran persnya.

Konser tak berhenti di BBJ dan Pacific Place. Di tengah bencana yang melanda, tercetuslah konser amal berikutnya yang diselenggarakan oleh Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) bekerja sama dengan Hipmi Peduli, Suara Hati Project, Polimoli.com, iPhonesia, dan Tamasya Hati.

Sari W. Pramono, Ketua Hipmi Peduli, mengungkapkan seluruh dana yang dihimpun dari penampilan musisi Tanah Air bakal disumbangkan untuk para korban bencana. “Karena judulnya konser amal, kami perlu artis. Tentunya kalau bersinergi dengan pihak luar lebih baik, kenapa tidak,” kata Sari.

Acara itu bertajuk ‘Suara Hati Peduli Konser Peduli Sesama: Persembahan untuk Indonesia’. Artis-artis papan atas seperti Ari Lasso, Andre Hehanusa,  Andra & The Backbone, Netral, dan Yuni Shara tampil memeriahkan acara tersebut. Konser amal ini berlangsung di Rolling Stone Cafe, Jakarta pada 20 Februari pukul 17:00-23:00 WIB. Harga tiket dipatok Rp300.000, VIP Rp5 juta, dan VVIP Rp10 juta. “Iya dong, artisnya pro bono [latin: bersedia tak dibayar], seluruh penjualan akan kami donasikan,” ujar Sari yang merangkap sebagai Wakil Bendahara Umum Hipmi ini.

Tak bisa ditampik, seni memang menjadi salah satu medium ampuh dalam menggalang dana. Ini yang disadari oleh Benyamin Prayogo, Ketua Departemen UKM dan Pengusaha Kecil Hipmi. Meski kerap menyumbang secara langsung bagi korban bencana, Hipmi kali ini mencoba kreatif dengan menggandeng musisi.

Penampilan musisi; penyanyi dan gitaris tanpa dibayar itu diharapkan menarik uluran tangan agar mendapatkan donasi cukup besar untuk mengurangi beban para korban. Soal anggaran sponsor, pria yang akrab disapa Benny ini belum bisa membuat estimasi. “Biasanya kami kumpulin dari anggota Hipmi lalu sumbang direct ke Jakarta, Bandung, Subang, Manado, hingga Sinabung,” kata Benny. “Tapi, baru kali ini kami kerja sama dengan artis.”

Walau begitu, dia berharap konser-konser yang positif semacam ini tidak seharusnya marak. Sebab bila perhelatan musik amal kerap diadakan, itu artinya musibah masih menghampiri Indonesiapadahal itu tidak diinginkan.

Harapan ini seperti tersirat dalam wejangan Iwan Hasan, pemain gitar harpa yang tampil dalam pementasan amal di BBJ Rabu malam itu. Saking cintanya, Indonesia laiknya rumah, tempat berlindung. “Mari kita yang hadir di sini jadikan Indonesia sebagai tempat berlindung di hari tua,” kata Iwan.

Setidaknya kesedihan masyarakat dan para korban bencana atas musibah bisa dihibur oleh penampilan para seniman melalui musik, seperti kata Bob Marley dikutip situs Magforwoman: “Satu hal yang baik tentang musik, ketika Anda mendengarnya, Anda tidak merasa sakit.”

Kepedulian bisa datang dari siapa saja, profesi apa pun, atas nama kemanusiaan dan solidaritas. Memang dana hasil pertunjukan amal belum bisa menggantikan kerugian materi dan psikologis akibat malapetaka itu, tapi konser amal merupakan wujud sederhana untuk berbagi dan membantu sesama.

Tulisan ini terbit di majalah Bloomberg Businessweek Indonesia, 24 Februari 2014
Words: 989


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

Penayangan bulan lalu