Minggu, 30 Maret 2008

antologi puisi taher heringuhir


Mendedahkan Emosiku

Kebencian perlahan memenuhi kepalaku….

Kondisi, situasi, tanpa adaptasi semakin mematahkan kekuatan yang selama ini kubangun.

Sebelum ku berada di sini

Tempat ku merasa diasingkan, tanpa teman, mungkin pula persaudaraan yang tak pernah ku rengkuh.

Saat ku terpuruk..tiada lagi yang merasa iba, tak sedikitpun orang yang memalingkan wajahnya padaku..kepiluanku berceceran….Apa begitu berkarat kepekaan mereka

Brengsek….kurang ajar…cukimai…

Kata-kata yang sebenarnya bukan diriku, tak ingin lidahku menyebutnya

Aku benci dengan semua itu…..lalu

Di mana hati ini kuletakan biar nyaman?

semua itu terlalu, terlalu sesakkan kepenatan yang telah lama melingkupi

…..aku tak tahu lagi…. Barangkali semakin jelas. bahwasanya aku rapuh

Kalah dengan orang-orang yang terzinahi hatinya

Orang-orang munafik yang menamakan dirinya kaum alim, priyayi atau apalah

Sambil asik menarik asap rokok

Di kala menikmati keanggunan adegan porno

Ini Kudedahkan perasaan seperti tertuang adanya…

Tak ada sangkut pautnya dengan cinta. (sukabumi,kks 2006)

Surat Buat Kawan

Kawan, bisakah kau tidur dengan nyeyak

Di saat saudara-saudara kita di Aceh, Nias, Padang, Ambon, mojokerto, sidoarjo, manggarai dan lainnya

Bergeliat mencari setitik harapan?

Bisakah kau tenang di sini Saat adik-adik kita merintih dan merangkak bahkan tergenang

Dalam lumpur mencari bapak ibunya.?

Bisakah kau tertawa di siniDi saat putra putri bangsa iniMenangis piluDalam kedukaan

Apakah elegi di sana tak cukup mengiris di telinga kita

Hingga kita terlena dan terbius oleh hedonisme, egoisme, dan isme-isme yang lain

Apakah belum cukup teguran Tuhan padamu, padaku, pada kita?

Masih kurangkah bencana ini?Kawan, mereka yang gugur, mereka yang di telan ombak

Mereka yang tertimbun sampah, mereka yang terkubur Lumpur

Mereka yang meronta……mereka yang terbakar…mereka yang meringkih dan mereka yang tenggelam

aDALAh saudara kita, jiwa-jiwa yang membentuk apa yang disebut Indonesia ini, begitu pula kau..

Jangn kau siakan seribu nyawa pergi

Duka bangsa ini takkan berganti dengan isak tangis

Nestapa negeri ini takkan hilang dengan kesedihan

Kawan, angkatlah wajahmuIndonesia masih butuh butuh orang sepertimu, seperti kita

Bangun dan jangan pernah nyeyak dalam tidurmu

Sedang bangsa besar ini dibangun dengan

Perjuangan, Pengorbanan, dan Kesadaran

Langit yang Sedang Biru

17 Maret 2004

Seorang prajurit yang termenung menatap langit yang sedang biru

Aku berjalan di separuh bumi menghampirinya

Melewatinya sambil berpikir Ajang kontemplasi mungkin.

Mengapa terus termenung sedang langit masih membiru

Jawaban pasti tak kutemui kurasa ia hanya menghampa Kurasa ia hanya menghampa,

Di hatinya terbesit satu kata untuk selalu mengharapkan

Yang terbaik harus diberikan pada bangsa ini Di kala langit sedang membiru

Lalu ia berdiri menghampiriku

Bertanyalah pada hatimu dan biarkan apa yang terjadi berlalu

Kataku…bukan katanya Setelah langit tak biru lagi ia pun melangkah pulang

Dan aku berjalan ke tepi bumi mencoba merenungi prajurit itu

Apa yang sudah kuberikan pada bangsa ini?

Betapa tak berartinya jasaku dibandingkan dengan

Jutaan perjuangan, darah,dan segala pengorbanan prajurit

Apa ini gambaran diriku yang sedang hampa di bawah

Langit yang sedang biru? lalu apa?

Hari berikutnya aku bersua kembali dengannya, tak berubah

dengan suara parau kembali ia membuka suara.

Langit yang sedang biru selalu menatapmu,

Apa yang kau lakukan, apa yang menjadi mimpimu, dan apa perjuanganmu…

Maksudku ikhtiarmu..

10/08/06

Mimpi

Terjaga dari mimpi, seolah olah mati

Buyarkan semua bayangan tentang keindahan Apa yang terjadi membuatku bertanya

Sucikah hati yang ternodai dengan keangkuhan Bila segalanya telah terukir benar dan pasti

Maka aku sadar akan hari pembalasanMU nanti

Hari di mana KAU tumpahkan kesengsaraan dan kehancuran yang abadi

Aku tak dapat menghindar dari takdirMU

Seperti aku mengindari keculasan cerita dalam mimpi-mimpi

Untuk apa aku berlari bila kepastian telah datang

Untuk apa aku berlaku demikian

Takutkah aku dengan derita padahal semuanya berbenih dari ulahku

Semua berawal dari hasrat ingin menjadi seorang yang dipuja, sosok impian, disanjung semua orang, kaya segalanya

Begit kuatnya

Kerakusan semakin dia ada dan berwujud indah sebagai penghuni tubuh ini

Tubuh yang kurus, terhina dan tidak iingin dihinakan….

Tapi aku yakin KAU pasti punya cerita yang sesungguhnya bukan mimpi

AKU ingin MelupakaN “Kalian”

Keberadaanku didekatnya adalah cinta

Kedekatanku dengannya adalah sayang

Dan aku selalu meletakkan bayangannya di peraduan hatiku, adalah adalah rindu

Cinta..Sayang,.. dan rindu bertukar peran silih berganti lantas tak pernah ia singgah untuk satu waktu di hatiku

Adalah nafsu yang tiba-tiba ikut campur

Merusak pundit-pundi keabadian cinta hingga mengeruhkannya…menjadikannya makin hitam, kelam dan bernanah…..

Ia menaklukanku kini, memasung hatiku tanpa kenal rasa belas kasihan

Terus dan terus menyiram cinta, saying, dan rindu dengan air raksa

Membawa bumbu kebencian

Aku ingin lepaskan dia, ingin sekali kubuang

Bila perlu kubakar hingga tak tersisa sedikitpun. Tapi

Aku terjebak

Cinta telah hilang

Sayang telah terkubur,

Dan Rindu kini berselimutkan nafsu

Oh Tuhan biarkan aku rasakan sebuah cinta

yang tak membawa nafsu dipundaknya, biarkan aku basuh hatiku dengan kesucian itu….

30/07/06

2 komentar:

Entri Populer

Penayangan bulan lalu