Sabtu, 15 November 2014

DRUM PENGGEBUK OTAK

Terapi Drum Circle, by Abcdreams.ca
Sebuah riset mengungkapkan, 70% karyawan di Indonesia merindukan pemimpin yang bisa menumbuhkan kepercayaan

Oleh M. Tahir Saleh

ADA yang pernah belajar musik?” tanya Gilang Ramadhan, drummer ternama Indonesia, di depan sekitar 160 orang yang hadir di balairung lantai dua main lobby The Grand Hyatt Jakarta, Rabu pekan lalu. Hanya tiga orang mengacungkan jari. Kembali dia bertanya, adakah yang ingin belajar musik saat masih kecil. Kali ini 20 orang mengangkat tangan.

Tak puas, drummer jebolan Hollywood Professional School, Amerika, ini bertanya lagi, “Siapa yang tiap hari mendengarkan musik? Saat pertanyaan ini dilontarkan, hampir semuanya mengangkat tangan. Mereka mengakui menikmati alunan musik di tengah aktivitas pekerjaan sehari-hari.

Tiga pertanyaan ini diberondong Gilang sebelum memulai aksi bersama band-nya saat memperkenalkan Drum Circle di depan para eksekutif perusahaan dalam gelaran ‘The Leaders Forum’. Forum ini hasil kerja sama Nelson Buchanan and Oostergard (NBO Group), lembaga konsultasi leadership berbasis di Singapura, dan Rotary Club of Jakarta Menteng.

Gilang Ramadhan, by drummerterbaikindonesia.com
Ketika Gilang mempertontonkan Drum Circle, hadirin tampak sangat antusias. Didampingi band pengiring yakni Rheza Akbar (26), Andika (24), dan Rizki (27) yang memukul djembe—salah satu alat musik perkusi—suami aktris Shahnaz Haque ini tidak langsung menggebuk drum. Dia melangkah ke depan panggung dan interaktif dengan peserta bak motivator ulung.

Seluruh peserta—ada 16 meja bundar, satu meja terdiri dari 10 kursi—lebih dahulu dibagikan rebana, gendang pipih bundar yang biasa digunakan kasidah. Rebana itu akan dipukul sesuai dengan irama ketukan dan aba-aba dari Gilang di atas pangggung. Instruksi diberikan dengan sebuah perumpamaan nada dari aktivitas sehari-hari. Dua aktivitas dipilih menjadi perintah: ‘gosok gigi’ dengan ketukan drum ‘dugdugdug dugdugdug’ tempo cepat, sementara aktivitas ‘menarik kursi di meja kerja’ diiramakan dengan ketukan ‘dug dug dug dug dug dug’.

Di atas panggung, Gilang memberi komando. Bila kedua tangannya ke atas, pukulan rebana para peserta harus lantang. Kalau tangannya di dada, tabuhan rebana mulai dipelankan. Lalu jika tangannya ke bawah, suara tepakan rebana makin lembut, dan apabila tangan dikepalkan, peserta berhenti memukul. Setelah peserta lancar, kendali mentor diambil alih oleh Rheza dan Gilang pun kembali ke drum. Dia menggebuknya dengan sangat apik, membuat suasana makin harmonis. Peserta pun merasakan semangatnya. “Musik itu juga disiplin, leadership, team work, dan engagement,” kata pendiri Gilang Ramadhan Studio Band dan Drum Institute (GRDI) yang kini memiliki 15.000 murid di Indonesia ini.

Drum Circle bisa dibilang terapi atau metode baru dalam meningkatkan etos kerja karyawan. Seperti namanya, Drum Circle dilakukan dengan bermain alat musik pukul (perkusi), termasuk drum dan djembe, secara berkelompok dengan mengikuti ketukan seorang mentor, dalam hal ini drummer. Harmonisasi irama dari drum dan alat perkusi lain dinilai bisa meningkatkan konsentrasi. Efeknya, empat hal yakni kedisiplinan, team work, leadership, dan rasa keterikatan karyawan (engagement) bisa terdorong.

Dalam perusahaan, karyawan cenderung bekerja dengan ritme dan arah berbeda-beda, dan ini memicu penurunan produktivitas. Padahal, mereka berada dalam satu tim yang sama. Penelitian NBO Group Leadership Survey 2014 bahkan menguak fakta mencengangkan: kebanyakan responden karyawan di Indonesia kehilangan kepercayaan dari bawahan kepada atasan atau sebaliknya. “Kami menemukan bahwa lebih dari 70% responden di Indonesia mengatakan mereka sangat butuh pemimpin yang bisa menumbuhkan rasa percaya,” kata Michelle Miranda, Executive Trainer PT NBO Indonesia.

Survei kepemimpinan dari NBO itu dihasilkan dari penelitian dengan sebaran demografi responden mulai dari Singapura, Indonesia, Malaysia, Hong Kong, Taiwan, hingga Amerika. Tapi, tiga negara menyumbang responden terbanyak yakni Singapura (35%), Indonesia (34%), dan Malaysia (21%)—mayoritas dari sektor industri, keuangan, dan layanan konsumen. Belum ada data detail berapa jumlah responden dalam survei ini. Di Indonesia, kebutuhan terhadap trust mencapai 73%, disusul perlunya komunikasi yang efektif (66%), dan pemimpin yang bisa membangun tim yang efektif (63%). Di Singapura kepercayaan juga menjadi urutan teratas dalam hal kepemimpinan.

Di Amerika, Eropa, dan Australia, metode Drum Circle banyak dipakai perusahaan kelas dunia yang tergabung dalam Fortune Top 500 Companies. Melalui terapi ini, sisi kreatif dan potensi karyawan bisa distimulus, ujung-ujungnya bisa memperbaiki kinerja. Salah satu musisi berpengaruh dalam Drum Circle ialah drummer asal Inggris, Carl Palmer. “Di Amerika sebenarnya sudah lama, di sini belum. Pertama kali kami mulai 2010, tapi naik turun. Tahun ini akhirnya kami seriuskan,” kata Rheza, salah satu anggota band Gilang Ramadhan.

by Londondrumcircle
Di Indonesia, metode ini masih asing. Barangkali Gilang menjadi drummer pertama yang memperkenalkan program ini dalam dunia kerja. “Iya, ini inisiatif saya,” katanya usai demo Drum Circle berdurasi 30 menit itu. Setelah malang melintang menyosialisasikan Drum Circle, Gilang akhirnya digandeng NBO Indonesia dan PMC Teamindo. “Sudah presentasi sana sini akhirnya program itu jadi. Kami gandeng Mas Gilang, kami melihat metode ini sangat bagus,” kata Chief Operating Officer NBO Indonesia Andry Lie.

Sitti Syahleena Ramadhani, Humas NBO Indonesia, mengatakan persoalan ketidakpercayaan karyawan itulah yang menjadi landasan program Drum Circle. Lingkungan yang kolaboratif diyakini bisa membantu karyawan memperkuat rasa percaya, mengurangi tingkat stres, dan menyalurkan emosi melalui aktivitas yang positif dan kreatif. Penggunaan ritme-ritme repetitif itu bersifat menenangkan sehingga program itu baik guna menyalurkan emosi dan dorongan dalam diri menjadi kegiatan positif. “Kami harapkan tingkat trust ini bisa menjadi lebih kuat,” kata Sitti.

Untuk bisa memanfaatkan program tersebut, satu perusahaan mengucurkan dana sekitar Rp2 juta per peserta—tergantung parsial atau paket yang disediakan. Tapi jika ingin lebih murah atau di bawah Rp1 juta, jumlah peserta mesti ditambah lagi. Perusahaan tentu bebas memilih program yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Drum Circle begitu asyik, itu yang tampak di ruangan dan dirasakan oleh para peserta. “Kebetulan tim kami lagi membangun tim kolaborator. Kami rencananya akan coba Drum Circle ini, menarik sekali ya,” ujar Herry Putranto, Asisten Manajer Divisi Learning Development PT Agro Harapan Lestari (Grup Goodhope), usai mengikuti Drum Circle siang itu.

Metode ini sangat menarik, berbeda dengan metode pelatihan lain yang biasanya lewat verbal. Tapi tentu yang namanya pelatihan, motivasi, atau training biasanya punya faedah jangka pendek. Keluar dari pelatihan, karyawan cenderung kembali ke kondisi semula. Ini yang coba dihindari dan disadari oleh Gilang dan timnya. Oleh karena itu, metode Drum Circle juga bakal ditambah dengan sejumput inovasi guna memperkaya program. Setidaknya, dengan kombinasi otak kanan dan otak kiri melalui Drum Circle ini kinerja karyawan bisa ditingkatkan. □

ISU YANG DIBUTUHKAN DALAM KEPEMIMPINAN
Singapura
Pemimpin yang memberikan kepercayaan 62%
Pemimpin yang membangun tim efektif 59%
Pemimpin dengan komunikasi yang efektif 56%

Indonesia
Pemimpin yang memberikan kepercayaan 73%
Pemimpin yang membangun tim efektif 66%
Pemimpin dengan komunikasi yang efektif 63%

Malaysia
Pemimpin dengan komunikasi yang efektif 73%
Pemimpin yang bertransformasi 68%
Pemimpin yang membangun kepercayaan 66%

Sumber: NBO Group Leadership Survey 2014
Terbit di majalah Bloomberg Businessweek Indonesia, 03 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

Penayangan bulan lalu