Jumat, 14 November 2014

BUKU: JURUS MEMIMPIN SI 'RAJA SEMEN'

Direktur Utama Semen Indonesia ini membagi pengalamannya mengatasi pelbagai tekanan. Hasilnya, lahir holding BUMN semen yang diklaim menjadi perusahaan semen terbesar di Asia Tenggara

Oleh M. Tahir Saleh

BUNUH Tresdi. Bunuh Dwi,” pekik sejumlah provokator yang menolak paket direksi baru PT Semen Padang. Teriakan ini disambut dukungan para karyawan Semen Padang usai mendengar pidato Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei 2003.

Momen perayaan yang digelar di kantor Semen Padang itu malah menjadi ajang demonstrasi penolakan direksi baru. Dwi yang dimaksud tak lain adalah Dwi Soetjipto, direktur litbang yang kemudian diangkat menjadi direktur utama melalui RUPSLB pada 12 Mei tahun itu. Adapun Tresdi atau Tresdi Arma ialah direktur produksi yang baru.

Kisruh itu makin memanas. Semen Padang menolak menjadi anak usaha PT Semen Gresik Tbk. (kini bernama PT Semen Indonesia Tbk.) dan meminta pemisahan diri. Sebagai perusahaan semen tertua di Indonesia (didirikan pada 1910) melekat perasaan ‘lebih tua dan enggan berada di bawah kendali Semen Gresikperusahaan semen yang diresmikan mendiang Presiden Soekarno pada Agustus 1957.

Kendati diangkat sebagai orang nomor satu di BUMN itu, Dwi ibarat public enemy di Padang. Dia diboikot tak boleh masuk ke kantor. Bersama tim, mereka terpaksa berkantor di Hotel Pangeran kamar 537, di pusat Kota Padang untuk menjalankan perusahaan. Strateginya merangkul para ‘pendemo’ akhirnya berhasil empat bulan kemudian. Dia mampu membalikkan keadaan dan merengkuh kepercayaan karyawan, meski sempat diremehkan. “Ini dirutnya penakut ya?” kritik seorang komisaris yang heran karena setelah demo tiga bulan tak ada yang dibawa ke polisi.

Kisah ini menjadi salah satu epos dalam Road to Semen Indonesia: Transformasi Korporasi Mengubah Konflik Menjadi Kekuatan yang ditulis oleh Dwi sendiri. Dia menuturkan pengalamannya hingga memimpin perusahaan induk (holding) semen BUMN, yakni Semen Indonesia. Buku terbitan Kompas pada 2014 ini tebalnya mencapai 318 halaman. Anda bisa membaca nukilan kisah tadi pada bab kedua.

Peluncuran buku ini digelar di Balai Kartini, Jakarta, pada 4 Februari. Selain Dwi, hadir pula sejumlah pembicara. Antara lain Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan, Kepala BKPM Mahendra Siregar, Direktur Utama Thang Long Cement Johan Samudra, Direktur Utama Bukit Asam Transpacifik Rudiantara, Direktur Pemasaran Semen Padang Benni Wendry, dan Direktur Keuangan Semen Gresik Sunardi Prionomurti.

Di depan hadirin, Dahlan memuji habis Dwi yang dianggap mampu menjalankan amanah dengan baik. Selain dikenal mahir bela diri silat, jebolan Doctor Strategic Management Universitas Indonesia ini ternyata pandai ‘bermain silat’ dalam memimpin perusahaan. Maksudnya, dia mampu menghindari segala tekanan saat berada di ‘kursi panas’. Tekanan datang dari segala penjuru: atasan, masyarakat, tokoh-tokoh, hingga politisi. Dengan kemampuannya tersebut, api yang berkobar selama membangun industri semen nasional bertaraf global akhirnya padam.

Tiga perusahaan semen yang kental dengan nuansa primordialismeSemen Padang, Semen Gresik, dan PT Semen Tonasa—akhirnya bertransformasi di bawah holding Semen Indonesia. Mereka tumbuh sebagai BUMN multinasional dengan mengakuisisi perusahaan semen Vietnam. “Inilah transformasi korporasi fenomenal yang dilakukan oleh Dwi Soetjipto, Direktur Utama Semen Gresik yang kini menjadi Semen Indonesia,” kata Dahlan dalam prakatanya.

Selain alur cerita menarik, Dwi juga mengutip kisah kejatuhan dan kisah sukses CEO atau perusahaan sebagai pelajaran bagi semua pucuk pimpinansiapa pun bisa belajar dari kegagalan dan keberhasilan. Cerita bangkrutnya Kodak akibat tak ada inovasi (hal. 108); kisah sukses transformasi IBM (hal. 150); dan cerita Ingar Skaug, CEO Wilhelmsen, perusahaan logistik terintegrasi terbesar di dunia (hal. 66) bisa menjadi ibrah. Buku ini pun dilengkapi daftar pustaka, galeri foto, dan indeks.

Teori-teori manajemen yang biasa dipakai untuk menganalisis sebelum mengambil keputusan juga menyempil dalam buku ini—meskipun ini terkesan kaku dan tampak seperti buku manajemen yang berat. Namun, secara garis besar buku ini mengisahkan perjalanan Dwi selama memimpin BUMN semendari Semen Padang hingga Semen Indonesia. Konflik dan tantangan kerap mewarnai perjuangannya membawa BUMN semen menjadi world class engineering company.

Ada dua jurus yang dia tekankan dalam memimpin perusahaan: sinergi dan inovasi. Sinergi itu baik dilakukan dengan tim yang dibentuk maupun dengan tim pendukung lain, sementara inovasi mutlak ditempuh kalau tidak mau ‘mati’. Seorang pemimpin tak bisa hanya sekadar duduk di kursi nyaman dan hangat, tapi harus berani menanggung risiko atas jabatan yang dipegang.

Terbit di majalah Bloomberg Businessweek Indonesia, 17 Februari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

Penayangan bulan lalu