![]() |
Roll-Royce Phantom Coupe, officiall website |
Oleh
M. Taher Saleh
MOBIL
Rolls-Royce hitam diparkir di sisi kanan lapangan Komplek Telaga
Bestari, Tangerang, Banten, pada Sabtu, akhir September tahun lalu.
Rusdi Kirana, empu kendaraan mewah itu bersiap meluncur pulang
setelah hampir seharian merayakan ulang tahun ke-13 Lion Air,
maskapai yang didirikannya pada 2000.
“Sebagai
pengusaha saya sudah melakukan pekerjaan saya dengan limit.
Seperti saat ini saya bangun kompleks [untuk karyawan], saya punya
keterbatasan,” kata Rusdi sebelum pamit kala itu. Sebagai pemilik
maskapai penerbangan berpenumpang terbanyak di Indonesia, wajar bila
tunggangan Rusdi adalah Rolls-Royce. Apalagi Lion Air memborong 234
pesawat Airbus A320 dan 230 unit Boeing, yang mesin pesawatnya
diproduksi oleh Rolls-Royce.
Di
Indonesia, Rusdi bukan satu-satunya pengguna mobil mewah asal Inggris
tersebut. Puluhan pengusaha tercatat menjadi ‘langganan’ daftar
orang terkaya versi Forbes
dan
Bloomberg
Billionaire.
Tentunya kendaraan mewah bernilai miliaran rupiah merupakan barang
lumrah bagi para miliarder. Tengok saja dua tahun silam saat pameran
perayaan 100 tahun Rolls-Royce di Pacific Place, Jakarta. Seri
Phantom Drophead Centenary laris manis, padahal mobil edisi khusus
ini hanya dibuat lima unit di dunia, tiga unitnya dijual di Tanah Air
dengan harga sekitar Rp14 miliar.
Mobil
yang diciptakan oleh Henry Royce pada 1884 ini merupakan satu dari
sejumlah merek otomotif superpremium yang konsisten menggarap pasar
high-end.
Sempat dinasionalisasi, divisi otomotifnya lalu dipisah dari divisi
mesin pesawat pada 1973 di bawah bendera Rolls-Royce Motors. Kini
induk Rolls-Royce Motors ialah pabrikan asal Jerman, BMW AG—yang
juga memproduksi BMW dan Mini Cooper.
Tahun
lalu, penjualan Rolls-Royce mencapai 3.630 unit di seluruh dunia. Ini
rekor dalam empat tahun terakhir dan hampir semua produknya
dipersonalisasi sesuai keinginan pemilik (bespoke).
Timur Tengah menjadi pasar bespoke
terbanyak, sedangkan 85% permintaan bespoke
tipe Phantom ada di Asia. Tahun lalu Indonesia masuk dalam 10 besar
penjualan bespoke
di
dunia. “Kami mengembangkan jasa bespoke
dalam tiga tahun terakhir. Kami membuat 100 lapangan kerja bagi para
‘pengrajin’ berbakat di Home of Rolls–Royce,” kata Chief
Executive Officer
Torsten Müller-Ötvös dalam siaran persnya.
![]() |
Lamborghini Aventador, by carthrottle |
Layanan
personalisasi pun dilakoni Porsche dan Lamborghini, dua merek
keluaran Volkswagen Group yang berbasis di Wolfsburg, Jerman.
(Volkswagen atau VW juga punya 12 brand
termasuk VW Passenger Cars, Audi, Bentley, Bugatti, Ducati, dan
Scania). Di Indonesia, agen pemegang merek Porsche dipercayakan
kepada PT Eurokars Artha Utama—yang juga menjadi sole
importer
Rolls Royce Motorcars Jakarta. “Yang kami jual ialah mimpi,
mobilnya benar-benar customized.
Tidak
semua mobil sama, tapi sesuai keinginan pembeli,” ujar Salman
Farouk Al Hakim, Manajer Humas Eurokars, Selasa pekan lalu.
Soal
promosi, konsepnya ditempuh dengan menggelar pameran, branding
dengan media, event
di
showroom,
dan bermitra dengan perbankan. Internet pun menjadi media promosi,
bahkan saban akhir pekan diselenggarakan acara bersama komunitas.
Biaya pemasaran diklaim tak besar dan titik aksentuasinya lebih pada
pendekatan personal.
Walaupun
berencana ekspansi di kota lain selain Jakarta dan Surabaya, Salman
menegaskan merek ini tetap menjaga eksklusivitas. “Kian susah
didapat mobilnya, kian tinggi nilai jualnya. Kalau terlalu banyak di
jalanan, kurang eksklusif. Jadi,
lebih ke persepsi.” Pengaruh kenaikan PPnBM mobil mewah di atas
2.500 cc dari 75% menjadi 125% dinilai tak besar. Namun,
dibandingkan periode yang sama tahun lalu, penjualan tahun ini
melorot 5-7%. “Tapi karena kami baru rilis Porsche Macan bulan
lalu, kami percaya selepas Lebaran akan baik.”
![]() |
Porsche Macan, by Dailytech |
Awal
Juli, Porsche merilis tiga varian New Porsche Macan. Mobil bermesin
empat silinder dengan output
233 horsepower
ini mampu berakselerasi dari 0 ke 100 kilometer per jam dalam tempo
6,9 detik. “Konsumen benar-benar menjadi ‘raja’. Harga bukan
soal kalau sudah suka sama brand.
Lebih pada koleksi,” kata Salman. Strategi itu sejalan dengan apa
yang disampaikan Matthias Müller, Chairman
of the Executive Board Porshce,
dalam laporan keuangan 2013, “Misi kami dalam Strategi 2018 ialah
memberi kesan yang unik bagi pembeli.”
Tahun
lalu, penjualan Porsche mencapai 155.000 unit dari sebelumnya 62.000
unit di dunia; sedangkan merek segrup, Lamborghini,
terjual 2.111 unit. Merek-merek superpremium ini tak mau ‘obral
produksi’ dan siklus ganti produk barunya cukup lama. Porsche Macan
bahkan merupakan model kelima sejak awal perusahaan ini berdiri.
“Selama ini yang kami lakukan adalah perubahan minor. Contoh
Porsche Carrera ada tipe 911,
lalu ada tipe 918,” ujar Salman.
![]() |
Ferrari, photo by digital-photo |
Prinsip
itu pula yang dilakoni Ferrari, merek yang didirikan oleh Enzo
Ferrari pada 1929 dan kini dikuasai oleh grup Fiat asal Italia. (Fiat
juga menangani Alfa Romeo, Lancia, Abarth, Chrysler, Jeep, Dodge, dan
Maserati.) Laporan keuangannya mencatat penjualan mobil Ferrari di
dunia mencapai 7.124 unit. Paling besar di Amerika Utara dan Timur
Tengah, sedang di Asia Pasifik 1.427 unit. Kendati laris, tapi masih
merugi €227 juta. “Tahun lalu kami memproduksi kurang dari 7.000
unit, tahun ini juga sebesar itu dan begitu juga di 3-4 tahun
mendatang,” kata Gueseppe Cattaneo, Direktur Pelaksana Ferrari Far
East Pte.
Ltd.,
dalam wawancara dengan Bloomberg
Businessweek Indonesia online.
Limitasi produksi dilakukan guna menaikkan nilai eksklusivitas produk
dan menjaga nilai jual dari mobil bekasnya. Ferrari kini berupaya
menggenjot penjualan di Asia Pasifik dengan mengurangi jumlah
penjualan di Amerika dan Eropa.
Keterbatasan
itu yang barangkali menjadi alasan mobil mewah tak luput dari bajakan
alias KW. Situs Inautonews
mencatat, e-Bay menawarkan Lamborghini Reventon hanya US$50.000 atau
sekitar Rp550 juta bulan ini, padahal edisi terbatas Reventon
dibanderol selangit. Itu bukan Lamborghini sungguhan,
tapi modifikasi dari Nissan 300ZX. Reventon yang asli hanya
diproduksi 21 unit pada 2008. “Lamborghini didesain untuk memeluk
jalanan,” kata Filippo Perini, Direktur Desain Lamborghini dalam
laporan keuangan mereka. Perrini juga menjelaskan keindahan desain
mobilnya dengan pensil dan kertas. “Beauty
is works.”
Soal
harga,
semuanya enggan bicara. Tetapi situs Truecar
mengestimasi
harga Porsche Boxster US$63.095, situs Autoguide
memperkirakan harga Ferrari F12 Berlinetta mencapai US$318.888,
dan situs Motortrend
menaksir harga Lamborghini Aventador antara US$397.500-548.800.
Harga demikian selangit bukan tanpa sebab. Pabrikan-pabrikan ini
menggelontorkan bujet besar untuk riset dan pengembangan. Dalam hal
litbang, tahun lalu belanja modal BMW—pemilik Rolls-Royce—mencapai
€4,79 miliar, naik 21,3% seperti terungkap dalam laporan tahunan
mereka. Jumlah itu mayoritas dari total belanja modal mereka yang
mencapai €6,69 miliar, sedangkan pendapatan tahun lalu mencapai
€76,06 miliar.
Mobil-mobil
itu dikreasikan dengan desain estetika brilian—bukan sekadar mesin
pabrik—sehingga produksinya pun butuh waktu lama. Materialnya
sangat detail, spesifik, dan mahal. Ada kabin yang memakai kulit
banteng dan karpet dari bulu domba. Ban yang digunakan juga bukan ban
biasa,
melainkan berdiameter 255/50 R21 dan 285/45 R21 yang harga per
unitnya ditaksir sekitar Rp150 juta untuk model Rolls-Royce
Centenary. Maka tak heran jika bintang sekelas David Beckham pun
memboyong Rolls-Royce Phantom Drophead Centenary ke garasi rumahnya.
Tapi
sekadar informasi, tak semua membelinya secara tunai. Tawaran kredit
lewat bank atau perusahaan pembiayaan (mutifinance)
kerap menjadi pilihan. Porsche bermitra dengan perbankan lewat
fasilitas kredit misalnya BCA, CIMB Niaga, dan Bank Mandiri.
Mekanisme cicil ini juga dipraktikkan oleh Tubagus Chaeri Wardana
alias Wawan, tersangka kasus suap pilkada yang diciduk KPK. Lembaga
antikorupsi ini menyita 17 mobil Wawan—termasuk sejumlah mobil
mewah seperti Lamborghini, Ferrari, Bentley, dan Rolls-Royce—yang
sebagian dibeli lewat kredit.
“Ada
juga multifinance
yang
cover
itu, misalnya CIMB Niaga. Biasanya diberikan kepada nasabah premium
mereka. Yang beli sebulan belum tentu satu, down
payment
juga bisanya 50%,” kata Suwandi Wiratno, Ketua Asosiasi Perusahaan
Pembiayaan Indonesia. “Saya bisa bilang pembelian lewat kredit
untuk menjaga arus kas dan pengelolaan pajak, bukan menghindari pajak
karena pembeli mobil mewah kan
taat pajak,” kata Suwandi yang juga Dirut PT Chandra Sakti Utama
Leasing ini.
Di
tengah pertumbuhan ekonomi yang terus menanjak, masih ada tantangan
sektor otomotif kelas mewah, yakni regulasi, peningkatan harga bahan
bakar, dan belum pulihnya pasar Eropa dan Amerika sehingga pasar Asia
(termasuk Indonesia) menjadi incaran para produsen merek
superpremium. Tapi sekali lagi, konsumen segmented ini tak
mempersoalkan harga. Mereka rela merogoh koceknya dalam-dalam demi
meraih mimpi. □
Terbit
di majalah Bloomberg Businessweek Indonesia, 21 Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar