Jumat, 14 November 2014

MIMPI YANG TERBAYAR

Modifikasi, by gambar-kata
Mereka membeli mobil baru, mampir ke bengkel modifikasi, mengubah kendaraan sesuai dengan impian, lalu memacunya ke jalan raya

Oleh M. Tahir Saleh

MOBIL bagus-bagus kok dibuat ceper gitu,” celoteh seorang kawan saat menyaksikan parade modifikasi mobil di area parkir Ocean Ecopark, Taman Impian Jaya Ancol. “Biarin aja Mas, orang banyak duit mah begitu,” timpal Budi, tukang minuman yang mangkal di area parkiran tersebut. Kami istirahat sejenak di bawah pohon sambil menyeruput air mineral yang dijual Budi. Siang yang cukup panas setelah hampir sejam mondar-mandir melihat mobil-mobil modifikasi.

Di depan kami, sekitar 200-an mobil hasil modifikasi berjejer dipamerkan pada Jakarta Modification Festival (Jakmodfest) 2014 di Ancol, Sabtu 9 Agustus. Pelbagai mobil dari segala aliran dijajakan seperti stance, classic, retro, elegant, VIP, Japanese Domestic Market, total body conversion, off-road, extreme, dan lainnya. Mereknya macam-macam, dari yang termurah seperti Toyota Agya dan Daihatsu Ayla hingga premium seperti Mercedes-Benz atau Jeep Rubicon.

Sejak pukul 8.00 pagi, satu per satu mobil berpenampilan unik masuk ke area parkiran. Sampai pukul 11.00, tercatat jumlah kendaraan mencapai 184 dari total terdaftar lebih dari 200 unit. Acara ini melanjutkan kesuksesan dua event tahun lalu, yakni Jakmodfest 2013 dan Street of The Year (#SCOTY). Gelaran tahun ini dinamakan Jakmodfest Cars N Burger dan diklaim menjadi salah satu event mobil modifikasi terunik dan terbesar di Indonesia karena mengakomodasi seluruh daerah. Nama 'Cars N' Burgers' dipilih karena panitia menyediakan burger untuk makan siang. “Para peserta juga dilibatkan di berbagai tantangan yang kami siapkan,” kata Aditya Pradhana, anggota panitia Jakmodfest.

Beberapa tantangan itu antara lain beat-the bump challenge, mobil dengan ground clearance rendah ditantang melewati polisi tidur. Ada juga car limbo, mobil harus melewati tiang yang ketinggiannya dibatasi, jadi mobil harus seceper mungkin. Ada tiga tipe modifikasi: show, wild, dan mild. Kategori modifikasi show di seluruh bagian, wild hanya beberapa bagian, sedangkan mild pada satu bagian saja.

Para peserta sebagian besar anak muda berusia 18-30 tahun. Mereka datang sendiri, bersama teman, atau menggandeng pacar dengan balutan busana cukup berani. Di pojokan parkiran, berdiri Nadhif Pradipta (18), mahasiswa Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Dia tengah membuka kap depan mobilnya. Pemuda kurus ini datang bersama puluhan karibnya yang tergabung dalam ‘keluarga’ Speed Stance dengan total 23 mobil yang digiring langsung dari Kota Kembang. “Kami berangkat Jumat malam, sampai di Jakarta nginep di hotel dulu. Sabtu pagi jalan ke Ancol,” ceritanya.

Mobilnya Mercedes-Benz keluaran 1989. Itu mobil ayahnya yang diwariskan kepadanya. Mesinnya diganti, knalpot diubah lebih sporty, pengapian pun dipasang blue fire. Dua jok belakang diangkat dan dibiarkan lowong. Total dia menghabiskan sekitar Rp55 juta selama dua tahun pengerjaan bertahap. “Uang dari orangtua, tapi saya juga kerja, manajer DJ, bantu-bantu event organizer,” katanya didampingi teman-teman Speed Stance. Hadir pula komunitas modifikasi dari Yogyakarta, Java Flash.

Selain Nadhif, Nabilah (21) juga memendekkan Mazda 2 miliknya. Ia pasangi audio full di bagian belakang. “Lama modifikasi sekitar 4-5 bulan,” kata mahasiswi Institut Bisnis dan Informatika Indonesia (IBII) Jakarta ini. “Total habis sekitar Rp45 juta, duitnya dari orangtua,” katanya sambil tersenyum.

Berbeda dengan Nadhif dan Nabilah, Derry Wahyu (25) dan Haruns Maharbina (28) mengandalkan kocek sendiri. Derry memiliki PO Metropolitan yang menyewakan bus premium, sementara Haruns fotografer Destination Media Group. Keduanya tinggal di Grand Galaxy Bekasi. Ia ‘menyulap’ habis mobil Toyota Vios 2013 yang dibelinya sekitar Rp270 juta. Cat asli warna hitam diganti merah candy, dipasangi double sunroof—celah terbuka, suspensi udara, jok diganti, velg, dan audio. Semuanya habis Rp200 juta. “Jarang dipakai, ke kantor biasanya pakai [Honda] CR-V,” katanya. “Ini masih kredit lho, kilometer juga belum sampai 1.000,” katanya tertawa.

Kalau Derry sampai Rp200 juta, Haruns masih sekitar Rp100 juta untuk mengubah Honda Freed putihnya. “Warna masih sama, saya ganti jok, velg, ground clearance, dan sunroof. ” ujarnya. Baginya harga tak jadi soal lantaran sejak SMP sudah menggemari mobil dimodifikasi, ibarat mimpi yang kini terbayar. “Pas belum punya uang sendiri, motor saya modif, sekarang sudah bisa kerja,” kata bapak satu anak ini. Biaya perawatan standar sebagaimana merawat mobil sekitar Rp1-2 juta.

Dari ajang ini mereka juga memberi tips memodifikasi di antaranya estimasi alokasi bujet, pastikan bengkel profesional, dan konsultasi dahulu dengan teknisi. Hobi ini memang asyik, tapi sebaiknya tetap berhati-hati memodifikasi karena semua ada risiko. “Aman sih, tapi saya paling bermasalah kalau ke kantor, harus pelan-pelan, mobil pendek bisa kepentok palang parkiran,” kata Haruns tertawa.


Terbit di majalah Bloomberg Businessweek Indonesia, 18 Agustus 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

Penayangan bulan lalu